19. live your life

135 36 19
                                    

Sama halnya dengan Hana, Minhyuk juga tidak menyukai hujan. Tapi dia lebih benci menunggu, makanya ia tidak mau menanti hujan berhenti karena akan membuang-buang waktunya.

"Seharusnya tunggu hujannya reda dikit, jangan pas deras-derasnya kayak gini," keluh Hana sembari memeluk tubuhnya yang menggigil kedinginan.

Minhyuk menyodorkan handuk kepada Hana tanpa berkata apa-apa. Kini mereka telah berada di mini market yang ada di seberang gedung apartemen Minhyuk. Keduanya memang sengaja mampir membeli handuk, tidak mungkin mereka memasuki lobi apartemen dalam keadaan basah kuyup.

Sesudah mengeringkan pakaiannya masing-masingㅡsebenarnya tidak bisa dibilang kering, namun setidaknya lebih baik dari sebelumnyaㅡMinhyuk membuka payung yang barusan ia beli. Melihat Hana berdiri berjauhan darinya seolah sedang menjaga jarak, dia reflek meletakkan tangannya di atas pundak gadis itu.

"Maaf ya," ucap Minhyuk lalu menarik Hana agar merapat ke tubuhnya.

Jika bukan karena ukuran payung yang tidak terlalu besar, Hana pasti akan mendorong Minhyuk jauh-jauh.

"Baju Seola masih ada di apartemen lo ga?" tanya Hana ketika mereka tiba di lobi apartemen.

"Ngapain Seola nyimpen baju di gue?" balas Minhyuk seraya menekan tombol lift.

Hana mengedikkan bahu, tidak berniat menjawab. Dia tahu Minhyuk mengerti apa yang ia maksud.

"Lo kira gue cowok kayak gitu?" sungut Minhyuk sesaat setelah menyadari apa yang dikatakan Hana, "Ga usah mikir macem-macem deh lo."

"Emangnya gue mikir apa?" ujar Hana sewot, "Maksudnya, kalau dia ninggalin baju, gue mau pinjem. Ga mungkin kan gue make baju ini lagi?"

"Pakai punya gue aja," kata Minhyuk sebelum melangkah keluar lift.

Sesampainya di apartemen, lelaki itu beringsut ke kamar mengambil pakaian bersih untuk Hana dan dirinya sendiri.

Kamar mandi di tempat tinggal Minhyuk hanya ada satu, sebagai tuan rumah yang baik, dia mempersilakan Hana memakainya terlebih dahulu.

Beberapa menit kemudian, Hana selesai membersihkan diri, "Sabun lo wanginya enak."

Minhyuk tidak menyahut, dia menyodorkan gelas berisi coklat hangat kepada Hana, "Kalau laper, ambil aja roti yang di atas meja makan."

Hana mengangguk sebagai jawaban. Selagi menunggu baju kerjanya dikeringkan, dia menikmati minuman yang dibuat oleh Minhyuk di ruang tengah. Bosan akan tayangan televisi yang menurutnya tidak mengasyikkan, ia memilih melakukan hal lain, yaitu menuliskan rentetan kata di atas selembar sticky note.

Merasa puas dengan hasil tulisannya, Hana menempelkan sticky note itu pada salah satu buku yang sengaja ia beli untuk Minhyuk. Dia bangkit dari sofa menuju kamar, lantas meletakkan buku tersebut di atas nakas.

Semoga dengan membaca buku, dapat membantu Minhyuk terlelap di malam hari.

Gerakan Hana terhenti kala melihat foto Seola dan Minhyuk yang masih terpajang di samping kasur.

"Gimana bisa move on kalau tiap mau tidur liat fotonya."

Sudah sebulan berlalu semenjak hubungan mereka kandas, tapi Minhyuk tak kunjung beralih dari bayang-bayang Seola. Hana memahaminya, melupakan seseorang butuh waktu yang tak bisa dibilang singkat.

"Haann," seru Minhyuk dari dalam kamar mandi.

"Apa?"

"Gue lupa bawa kancut. Tolong ambilin dong di lemari."

"Lo ga malu apa? Gue tuh cewek," omel Hana.

"Daripada gue keluar ga pake daleman?"

"Kan bisa pake handuk!"

"Ga mau ah takut melorot."

"Dih aneh banget," gerutu Hana, namun dia tetap mengambilkan pakaian dalam untuk Minhyuk.

Kalau orang lain pasti akan merasa malu, berbeda dengan Minhyuk yang keluar dari kamar mandi malah langsung duduk di samping Hana tanpa merasa canggung sedikitpun.

Kadang Hana bertanya-tanya, sebenarnya Minhyuk menganggapnya sebagai perempuan tidak sih?

"Gue dari kemaren pengen nanya, tapi lupa mulu," ujar Minhyuk memecah keheningan.

"Nanya apa?"

"Seandainya gue resign, menurut lo gimana?"

Hana mengalihkan atensi dari televisi dan mengubah posisi duduknya agar menghadap Minhyuk, "Serius lo?"

"Gue cuma nanya pendapat, bukan berarti gue bakal beneran resign."

Tidak seperti Hana yang menyukai pekerjaannya sebagai pegawai kantoran, Minhyuk justru sebaliknya. Meskipun ia merupakan salah satu karyawan yang disukai atasan karena kemampuannya, laki-laki itu sering mengeluh jenuh terhadap kehidupan kantor yang monoton.

Selama ini Minhyuk tidak dapat melakukan hal-hal yang ia inginkan dengan bebas, dia selalu diatur oleh keluarganya. Dia dituntut masuk jurusan yang dikehendaki orangtuanya, dan ketika lulus, ia diminta untuk bekerja kantoran. Mungkin itulah salah satu alasan mengapa Minhyuk kerap menghindari telepon dari ayah atau ibunya, dia lelah akan segala tuntutan yang mereka berikan.

Sekarang Minhyuk mau menjalani kehidupan yang diinginkannya tanpa perlu memikirkan apa yang dikatakan orang lain.

"Kalau mau resign, lo harus tau konsekuensinya, nyari kerja tuh ga gampang. Pikirin baik-baik, abis resign lo bakal ngapain, kerjaan apa yang lo pengenin, dan kira-kira ada kesempatan ga buat kerja di sana," jelas Hana.

"Pertimbangin plus minusnya, jangan sampai nanti lo nyesel," lanjut Hana lagi.

Minhyuk menarik napas panjang, "Gue butuh suasana baru, Han. Menurut lo, pekerjaan apa yang cocok buat gue?"

"Youtuber? Selebgram? Model? Lo bisa jadi penyiar radio juga, soalnya lo pinter ngomong."

Minhyuk bangkit dari duduk dan berjalan mendekati jendela besar di ruang tengah.

"Kenapa lo ga ambil cuti aja supaya ada waktu buat mikirin keputusan lo mateng-mateng," saran Hana, "Kayaknya lo emang butuh suasana baru."

Tak ada jawaban dari Minhyuk, tatapannya mengarah kepada pemandangan di luar, namun pikirannya entah ke mana.

Hana beranjak menghampiri Minhyuk, "Lo ngeliatin apaan dah?"

"Pernah ga sih lo kepikiran terjun dari tempat tinggi?" tanya Minhyuk out of the blue.

Hana mengerutkan dahi, "Hah? Maksud lo?"

"Pusing banget hidup."

how to deal with a breakup | hana, minhyukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang