17. eat your favorite food

121 37 14
                                    

Minhyuk heran melihat Hana yang biasa menampilkan ekspresi menyebalkan, mendadak terlihat begitu bahagia, "Kenapa?"

"Gaji gue udah cair," jawab Hana berseri-seri.

Minhyuk menatap lock screen ponselnya. Tanggal 2, pantas saja.

"Tumben cepet banget?"

"Iya makanya, aneh kan?" sahut Hana.

"Bukannya biasa baru cair tanggal 4 atau 5 ya?"

"Kok tau?" Tentu saja Hana bingung, pasalnya dia tidak pernah memberi tahu Minhyuk soal upah kerjanya yang sering terlambat masuk ke rekening.

"Dari Seola."

Hana mengangguk paham, sejenak dia sempat melupakan fakta bahwa Minhyuk pernah berpacaran dengan salah satu rekan kantornya.

"Lo udah pesen?"

"Udah, palingan bentar lagi dateng," ucap Minhyuk. Tak lama berselang, seorang pelayan datang dan meletakkan pesanan mereka di atas meja.

Minhyuk berinisiatif menaruh daging pada pemanggang, sementara Hana yang nanti membalik daging tersebut.

Sore ini, selepas kerja, Minhyuk meminta Hana untuk menemaninya menyantap makanan kesukaannya, yaitu daging sapi. Gadis itu mulai muak terhadap tingkah Minhyuk yang akhir-akhir ini selalu menempel padanya, tapi ia tidak mampu menolak.

Hana mengetahui bahwa Minhyuk tengah mengalami masa sulit, walaupun dia tidak menampakkannya. Patah hati merupakan satu dari sekian banyak permasalahan yang ia hadapi. Jujur saja, umur 20 tahunan adalah waktu di mana seseorang merasa lelah akan kehidupan. Tak sedikit yang memilih mengakhiri hidupnya di umur segini.

Semakin bertambah usia, semakin besar jumlah persoalan yang dialami. Hanya segelintir manusia yang masih mau memedulikan orang lain. Karena kebanyakan dari mereka sibuk dengan diri sendiri, mencari jalan keluar bagi masalahnya masing-masing, atau memikirkan bagaimana cara agar tetap bertahan hidup.

Pada dasarnya Hana dan Minhyuk sama-sama tidak memiliki banyak teman dekat. Jadi Hana memaklumi jika Minhyuk bergantung kepadanya, ia tidak memiliki siapa-siapa lagi yang bisa dijadikan tempat mengeluh. Dia memang punya Hyungwon dan Kihyun, namun keduanya tidak bisa diharapkan. Hyungwon yang tak acuh, dan Kihyun yang gemar mengomel, sama sekali bukan pilihan yang tepat untuk berbagi masalah hidup.

"Cepetan angkat, ntar gosong," seru Minhyuk membuyarkan lamunan Hana.

Hana buru-buru memindahkan daging ke piring menggunakan sumpit, sedangkan Minhyuk hanya memperhatikannya, tak ada niat membantu.

"Udahlah, gantian. Gue aja yang naroh," kata Hana sembari meletakkan daging mentah di atas panggangan.

Tiba-tiba kobaran api membesar, membuat Hana tersentak. Dia menjauhkan tangannya dan memundurkan posisi duduk, "Kaget banget."

"Seharusnya apinya lebih gede, bikin kebakaran, supaya kita mati bareng," komentar Minhyuk tanpa mengalihkan atensi dari api yang kini sudah mengecil. Tatapannya kosong, sepertinya tidak sadar dengan apa yang barusan ia katakan.

"Ga waras," sungut Hana, "Gue belum siap mati meskipun pengen."

Minhyuk mengedikkan bahu, lalu ia bangkit dari duduk, "Gue tinggal dulu ya bentar."

"Ke mana?"

"Kamar mandi. Kenapa? Mau ikut?"

"Jangan lama-lama," balas Hana sebelum sosok Minhyuk pergi dari hadapannya.

Beberapa saat kemudian, Hana mendengar dering telepon, tapi bukan berasal dari ponselnya. Dia mengedarkan pandangan dan mendapati layar ponsel Minhyuk menyala, tanda bahwa suara tersebut berasal dari sana.

"Min, ada yang nelepon," kata Hana tepat setelah Minhyuk kembali dari toilet.

"Siapa?"

Hana menggeleng sebagai jawaban. Dia tidak melirik ponsel Minhyuk sedikitpun karena menghargai privasi temannya.

Dering ponsel terdengar lagi, Minhyuk menatap layarnya guna mencari tahu siapa yang menelepon. Alih-alih menjawab panggilan, dia malah menekan tombol turn off untuk mematikan benda itu.

"Kenapa ga diangkat?"

"Nyokap gue yang nelepon," ujar Minhyuk enteng.

"Terus kenapa lo matiin hp nya?"

"Biar ada alasan. Kalau ditanya kenapa ga angkat telepon, bilang aja hp nya mati," jelas Minhyuk tanpa rasa bersalah, "Soalnya gue ga mau nge-reject, takut dimarahin."

Hana menaikkan sebelah alisnya dan memutuskan untuk tidak bertanya lebih lanjut. Ini bukan pertama kali dia melihat Minhyuk mengabaikan panggilan dari orangtuanya. Dulu Hana mengira hubungan Minhyuk dengan keluarganya cukup buruk, karena dia sering menghindari telepon dan menolak pulang ke kampung halaman. Kenyataannya, hubungan mereka baik-baik saja, terlepas dari segala tuntutan yang orangtuanya berikan kepada anak pertamanya tersebut.

"So, how was your day?" celetuk Minhyuk berusaha membangun kembali percakapan.

"Melelahkan," Hana mengembuskan napas berat, "But it's fun."

Minhyuk melipat tangan di depan dada, bersiap mendengar apapun yang akan diucapkan Hana. Dia selalu tertarik apabila Hana bicara, karena menurutnya gadis itu terlalu malas membuka suara. Namun Hana tetaplah Hana, daripada bercerita, dia lebih memilih fokus pada makanannya.

"Kok lo ga mesen acar sih?" protesnya, mengabaikan Minhyuk yang tampak kecewa lantaran Hana tidak ingin memberitahu mengenai kegiatannya hari ini.

"Jangan ih, acar ada mentimunnya," gerutu Minhyuk.

"Yang makan gue kok, bukan lo," ketus Hana seraya mengangkat tangan untuk memanggil pelayan.

"If you like cucumber, I hate you."

Hana memutar bola matanya malas, "I hate you too."

how to deal with a breakup | hana, minhyukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang