"Kak. Bisa lepasin tangan gue?" Yura dengan pelan berucap disamping Mingyu karena lelaki itu masih menggenggam jari-jarinya.
Mingyu yang mendengarnya langsung melepaskannya. "Sorry. Kebablasan jadi nyaman, hehe."
"Kira-kira gimana ya?" tanya Yura entah kepada siapa.
"Lo tau sendiri Seungyoun gak bakal bisa bohong sama orang, gue tebak sih kayaknya dia gak bakal langsung tembak deh, kan kata lo tadi masalahnya di ayah kalian kan? Gak ngijinin gitu. Kemungkinan besar sih engga bakal jadian." jelas Mingyu.
Keduanya memasuki minimarket terdekat dan mengambil 2 es krim dan Mingyu yang membayarnya dengan alasan meminta maaf karena genggaman tadi. Setelah selesai keduanya duduk dibangku taman terdekat sambil memakan es mereka.
"Bener juga sih. Bohongnya kakak itu cuma dalam status gue sama dia. Dan gue gak pernah denger tuh kalo kak Uyon bohong. Sayang deh, kak Dahye itu keliatan baik banget. Mangkanya gue percaya."
"Dahye emang baik, banget malah. Gak nyangka aja gue denger dia suka sama kakak lo, soalnya yang gue denger sih Dahye gak pernah pacaran, sama sih kaya Seungyoun."
"Bisa bayangin gak canggungnya mereka gimana?"
"Bener ya. Pasti canggung banget tuh. Eh btw lo juga sama dong? Gak boleh pacaran dulu?" Mingyu sesekali melirik Yura yang tengah menggigit esnya.
"Ya gitu, nunggu kerja."
"Lo kelas 3 kan sekarang?"
"Iya kak."
"Mau lanjut kuliah?"
"Akademik sih. Pengen polisi."
"Anjai. Serius?"
"Lo liat muka gue?" Yura menoleh dan menatap Mingyu. "Apa keliatan boong?"
Mingyu langsung menggeleng. "Hehe engga. Semangat ya. Btw lo bisa basket kan?"
"Bisa, kalo engga dulu gue gak bakal ikut latihan, kak."
Mingyu menggaruk rambutnya yang tidak gatal. "Bener juga ya. Kata si Chan di deket sini ada lapang basket outdoor nih, gimana? Lo capek gak?"
"Wah bener? Gaslah, abisin esnya dulu. Tapi bolanya gimana kak?"
"Santai. Kata Chan sih disana ada bola. Gak ngerti lagi, katanya dia tau daerah sini, soalnya vila yang kita pake juga vila punya orang tua dia. Gila kan? Beda aja holkay."
"Bagus dong. Boleh nih, cepet abisin kak. Pengen basket gue, enak malem-malem gini."
"Iya iya, dek. Sabar napa."
Beberapa menit mereka selesai dengan esnya dan langsung melesat ke lapang yang dimaksud oleh Mingyu.
Memang benar, lapangnya sangat terurus dan bersih. Dan ada beberapa bola disudut kanan dari pintu masuk yang tersimpan didalam jaring.
Yura langsung berlari mengambil bola basket tersebut dengan senang. Mingyu hanya tersenyum kecil melihat bagaimana bahagianya Yura.
Yura memberikan 1 bola kepada Mingyu. Mereka memegang 1 bola masing-masing dan mulai drib santai.
Yura mengambil ancang-ancang dari garis 3 point dan bersiap untuk shoot. Dengan mudahnya bola itu masuk melewati ring tanpa suara.
"Wah, hebat bener lo, emang kakak sama adek gak beda jauh ya."
"Kak Uyon sering 3 juga?"
"Hm, AS tim emang gak pernah ngecewain loh, kakak lo itu banyak sebutannya. Salah satunya kartu AS atau tangan dewa. Shoot pake posisi apapun juga bakal masuk dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
X1 Family
Fanfiction-HAN YURA- Ini kisah hidup gue yang jadi adeknya kakak-kakak ganteng sama adek imut satu. Jadi adek mereka gue berasa senam jantung setiap harinya. Saking seringnya senam jantung, jantung gue jadi sehat gara-gara mereka ber-11 😅