Sudah melewati 1 minggu setelah turnamen. Kelas 3 mulai ujian praktek.
Dan saat ini hari praktek yang paling tidak disukai oleh anak-anak kelas Yura, apa lagi kalau bukan olahraga? Mereka sudah mengetahui sebelumnya, ada 2 yang harus dilakukan untuk ujian praktek olahraga, renang dan lari.
Hari pertama untuk renang dilewati dengan lancar, dan sekarang memasuki hari kedua untuk olahraga yaitu lari mengelilingi lapangan luar, bukan gor yang biasa dipakai anak basket. Dan yang membuat para siswa kesal itu karena diwaktu, untuk 12 menit 10 keliling, sedangkan lapangan luar ini cukup luas.
Setelah mengganti pakaian mereka berkumpul di lapangan. Yang menilai ujian sudah ada disana dengan pakaian khasnya.
"Dek, kaki lo beneran gak apa-apa?" ucap Junho saat mereka berjalan bersama, sedangkan Eunsang berjalan disisi lain Yura.
"Engga kak."
"Kan masih tahap penyembuhan, masih memar juga." timpal Eunsang.
"Memar dikit doang, gak apa-apa kok gue masih bisa."
"10 keliling loh! Lo bisa ijin buat susulan kalo udah mendingan, asal susulannya gak lewat batas ujian praktek."
"Gue kuat ya ampun. Eh ijinin dulu ya kak gue mau ke wc dulu."
"Ya udah jangan lama-lama."
"Oke."
Ketiganya berpisah. Yura kembali masuk ke gedung sekolah menuju toilet.
Sedangkan Junho dan Eunsang sudah bergabung dengan siswa yang lainnya.
Junho kembali mendekati Eunsang.
"Kok perasaan gue gak enak ya." ucap Junho sepelan mungkin agar tidak didengar oleh orang lain.
"Gue kira gue doang. Apa ada hubungannya sama Yura ya?" timpal Eunsang dengan raut wajah khawatir.
"Ya udah, gue cek ya. Lo ijin dulu gitu gue mau ke belakang. Masih ada waktu ini kan?"
"Hm, kalo ada apa-apa bilang."
"Oke."
Junho bergegas kembali untuk mencari Yura. Ikatan batin mereka terhubung karena kakak adik, dan apa yang Junho rasakan ini perasaan gelisah entah apa itu. Tidak ada alasan lagi, selain para kakak dan adiknya yang membuat perasaannya gelisah.
Junho berjalan mendekati kamar mandi perempuan. Namun langkah kakinya terhentikan tepat disamping pintu kamar mandi.
"MURAHAN!"
"Asal kalian tau, gue gak pernah ada hubungan apa-apa sama Junho atau Eunsang. Gak ada sama sekali. Jadi tolong jangan salah paham."
Itu suara adiknya, Yura. Dan suara itu terdengar menahan tangis bagi Junho. Apa yang sudah Junho tebak sepertinya benar. Bahkan mereka beberapa kali mengatakan kata yang tidak pantas dan kasar kepada Yura.
Junho membuka pintu kamar mandi dengan tidak santai dan langsung terkejut saat melihat keadaan Yura.
Disana Yura tengah duduk dengan memegang kakinya, dimana tepat bekas luka tulang keringnya dan dengan baju yang sudah basah sepenuhnya.
Beberapa yang diduga pelaku benar-benar terkejut dengan kehadiran Junho yang tiba-tiba. Mereka ada 4 orang dan Junho tahu jika mereka kelas 12.
Yura yang melihat Junho terkejut pastinya, tapi hal yang membuatnya terkejut bukan hanya karena datangnya Junho saja, melainkan raut wajah Junho yang baru pertama kali Yura lihat. Entahlah, dari pandangan Yura, saat ini Junho sangat menyeramkan hanya dengan menunjukkan ekspresi wajahnya.
Junho berjalan perlahan mendekati Yura yang sesekali meringis kesakitan lalu hendak membantu Yura berdiri, tapi sepertinya Yura tidak bisa menumpu berat badannya karena tulang keringnya sakit kembali sampai akhirnya Junho yang menahan tubuhnya.
Junho menatap tajam mereka. "Kalian tau? Apa yang bakal gue, yang notabenenya kakak Yura, ngeliat kalian ngelakuin hal kaya gini, nyelakain adik gue, ngatain sesuatu gak sesuai fakta. Dan kalian udah ngebuat Yura kesakitan lagi, udah cukup sampe sini. Urusan hukum yang setimpal buat manusia kaya kalian bakal gue pikirin." jelas Junho masih dengan ekspresi yang sulit ditebak.
Setelahnya Junho langsung mengangkat Yura dan membawanya menuju uks. Tidak peduli dengan yang baru saja ia tegur didalam.
Junho tidak mengatakan apapun dijalan menuju uks, setelah lelaki itu mendudukkan Yura di kursi, Junho langsung keluar kembali menuju lapang untuk ijin secara langsung karena harus membantu Yura. Setelahnya Junho kembali ke kelas untuk mengambil seragam harian Yura dan kembali ke uks sesudahnya.
Setelah Yura mengganti pakaiannya, barulah Junho memeriksa kaki Yura karena perawat uks sedang tidak ada.
Bagian tepat bekas luka itu kembali memar, kali ini sepertinya lebih merah dan bengkak dari sebelumnya.
Junho melirik Yura yang ternyata sudah menangis tanpa suara. Air mata gadis itu sudah membasahi wajah cantiknya.
Dengan lembut Junho menghapus air matanya. "Lo ditendang sama mereka?" tanyanya pelan dan Yura langsung mengangguk.
"Kak, lo harus ikut praktek." gumam Yura.
"Terus ninggalin lo yang kondisinya kaya gini? Kakak macam apa gue? Gue gak jahat yang ninggalin adiknya yang lagi sakit sendirian. Apalagi ini gara-gara masalah gue juga." ucapnya masih terus mengelus kedua pipi Yura.
"Terus gimana dong?"
"Gue bisa susulan nanti sama lo. Gue udah telepon kakak, nanti dia kesini. Lo harus ke rumah sakit lagi." Junho menarik kedua tangannya dari pipi Yura lalu beralih menggenggam kedua tangan Yura.
"Maaf. Gue gak bisa jagain lo." lirihnya.
Yura menggeleng. "Gak apa-apa. Mungkin gue lagi sial aja. Makasih kak udah bantu."
"Gak mungkin gue diem aja liat lo kaya gitu."
"Btw kok lo bisa ada disana?"
Junho memiringkan kepalanya lalu tersenyum. "Tadi Eunsang ngerasain hal yang gak beres sebenernya, dan gue mau cek karena kita tau kalo lo pasti lagi dalam bahaya. Karena kita kakak lo."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
X1 Family
Fanfiction-HAN YURA- Ini kisah hidup gue yang jadi adeknya kakak-kakak ganteng sama adek imut satu. Jadi adek mereka gue berasa senam jantung setiap harinya. Saking seringnya senam jantung, jantung gue jadi sehat gara-gara mereka ber-11 😅