Seungyoun duduk manis bersama Mingyu dipinggir lapang, memperhatikan bagaimana latihan keras yang dilakukan oleh tim putri untuk turnamen nanti.
Dan Seungyoun melihat dengan jelas jika Dahye berperan penting disana, gadis manis itu terlihat berbeda dari biasanya jika sudah bermain dilapang. Itulah yang Seungyoun sukai dari Dahye.
"Biasa aja kali liatinnya. Copot ntar itu mata."
Seungyoun menoleh, melihat sahabatnya yang tertawa kecil setelah berucap tadi.
"Tumben Yura gak dibawa, Youn?"
"Engga. Gue harus ngelakuin sesuatu jadi gue gak ajak Yura."
"Yah, kangen padahal."
"Eh woi, jangan deketin adik gue ya, masih polos dia. Lo udah banyak dosa."
"Astaga, masih suci gini dibilang banyak dosa!"
Seungyoun menunjuk ponsel yang digenggam oleh Mingyu. "Suci apaan? Bisa diliat tuh isi hpnya, apa lagi ada aplikasi itu. Astaga, polos matamu. Adik gue ternodai kalo deket-deket sama lo."
Mingyu hanya menunjukkan deretan gigi putih rapihnya mendengar ucapan Seungyoun yang memang fakta.
Keduanya kembali fokus melihat lapang.
Tidak lama latihan selesai. Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore.
Setelah berpamitan dengan pelatih, Seungyoun menghampiri Dahye dan mengajak gadis itu untuk ikut pulang dengannya. Dan beruntungnya Dahye menyetujuinya karena kebetulan saat itu Dahye tidak membawa mobil pribadinya.
Dan disinilah mereka, di laut. Langit sudah gelap saat ini, laut juga sudah tidak ada orang, hanya mereka berdua disana.
Tidak lupa Seungyoun memberikan jaketnya kepada Dahye karena Dahye masih menggunakan baju basket, tentu saja itu terbuka.
Kini keduanya tengah duduk didepan mobil Seungyoun, menikmati udara malam yang dingin dengan pandangan lautan luas yang terlihat sangat indah dimalam hari.
"Lo beneran gak dimarahin balik telat?" tanya Seungyoun.
"Engga, santai aja. Orang tua gue lagi diluar ini. Btw lo mau ngomong apa?"
Keduanya menoleh, saling menatap.
"Hm, gimana ya. Gue gak tau ya ini bener apa engga ngomongnya."
"Kenapa?" Dahye terlihat sangat penasaran.
"Gue udah bilang sama ayah gue. Dan dia ngasih ijin, gue mau serius sama lo, lo mau jadi pacar gue?" akhirnya Seungyoun mengatakannya. Mungkin jika cahaya menerangi wajahnya, kedua pipinya sudah seperti kepiting rebus. Itu adalah kalimat yang sangat susah ia katakan, namun akhirnya lelaki itu mengatakannya dengan lancar.
Dahye terdiam, gadis itu mencari sebuah kebenaran di mata indah Seungyoun. Dan Dahye tidak menemukan kebohongan disana, lelaki di sampingnya ini mengatakan yang sejujurnya.
"Kalo lo takut sama orang tua lo, biar gue yang minta ijin buat jagain anaknya." Seungyoun memposisikan dirinya dan Dahye agar berhadapan.
Seungyoun meraih kedua tangan Dahye, menggenggamnya erat.
"Gue tau ini ngedadak, gue gak pernah ngode kalo gue suka sama lo, dan lo juga sama. Tapi semenjak kemarin-kemarin, gue lebih sadar sama hati gue kalo gue emang beneran sayang sama lo." jelas Seungyoun.
Dahye tersenyum menanggapinya.
"Mungkin gue gak bakal bisa jadi cowok kaya yang lain. Gue gak punya pengalaman apa-apa."
"Kalo gitu ayo kita jalanin, belajar saling menyayangi satu sama lain. Lo belajar dan gue juga belajar."
"Serius? Lo nerima gue?"
Dahye mengangguk. Seungyoun langsung menarik Dahye ke dalam pelukannya.
"Makasih ya. Gue janji bakal jagain lo sebisa gue, gue juga janji gue bakal ijin ke orang tua lo. Makasih."
"Hm, makasih juga ya, akhirnya hati gue bisa kearah sekarang, gak bingung lagi karena ada lo."
"Thanks and love you."
•••••
"Wah liat nih. Kayaknya udah jadi nih. Jangan lupa traktir ya." Yura berucap saat melihat Seungyoun pulang dengan senyuman manis yang tertampang di wajah tampannya.
Seungyoun hanya membentuk O dengan tangannya dan berlari kecil menuju kamarnya.
Yura hanya menggelengkan kepalanya lalu kembali fokus pada kegiatannya. Yaitu mengelus rambut adik kesayangannya, Dohyon yang sedang tertidur dengan kepala dipangkuannya.
Sebelumnya, Yura dengan sabar mendengar keluhan adiknya itu mengenai persiapan ujiannya dan berakhir dengan Dohyon yang tertidur.
Dohyon ini hanya badannya saja yang besar, tapi tetap saja umurnya masih kecil.
"Sayang. Kamu gak tidur?"
Yura menoleh ke asal suara, dimana suara itu berasal dari wanita yang tak lain adalah ibu mereka yang tengah berjalan mendekat.
Ibu begitu terlihat muda, jarang sekali wanita berstatus ibu anak 12 itu ada dirumah karena pasti selalu lebih sibuk dari kepala rumah tangga ini.
"Kasian Dodo bu, pasti kecapean." jawab Yura dengan masih terus mengelus rambut Dohyon.
"Gak baik loh tidur malem. Ini udah malem, ayo bangunin dulu Dodonya, nanti ibu yang anterin Dodo ke kamar."
Ibu mendekat dan mengelus pipi Dohyon. Membangunkan anak bungsunya dengan lembut.
"Do bangun yuk." ucap Yura pelan.
Tidak lama Dohyon terbangun.
"Besok kalian sekolah. Sekarang ayo tidur." ucap ibu.
Ibu langsung membantu Dohyon bangun dan mengantarkan Dohyon ke kamarnya, sementara Yura juga langsung naik ke kamarnya.
Yura masuk ke kamarnya dan mendapati kakaknya yang bernama Yohan tengah berbaring dikasur kesayangannya.
"Kak ngapain disini?! Sana ah ke kamar sendiri!" ucap Yura kesal sambil mendekati kasurnya.
Yohan langsung membuka matanya. "Sini, gue kangen sama lo, dek." ucapnya sambil menepuk bantal sebelahnya.
"Gak ya. Sana ih!"
Yohan bangun dan menarik pelan Yura dan menidurkan adiknya itu disebelahnya dan langsung Yohan tahan agar Yura tidak kabur.
"Ini kejahatan ya namanya! Kak ih!" pekik Yura berusaha memberontak.
"Gak bakal gue apa-apain ini, dek. Gue gak jahat kok, cuma mau tidur sama lo aja. Udah jangan banyak ngomong, tidur." Yohan membenarkan selimutnya untuk menutupi tubuh keduanya.
Dan Yura berakhir didalam pelukan Yohan. Gadis itu hanya mendengus saat Yohan sesekali menjailinya dan pada akhirnya Yura bisa tertidur larut malam karena terus menerus diganggu oleh Yohan.
TBC
Yohan bangke emang wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
X1 Family
Fanfiction-HAN YURA- Ini kisah hidup gue yang jadi adeknya kakak-kakak ganteng sama adek imut satu. Jadi adek mereka gue berasa senam jantung setiap harinya. Saking seringnya senam jantung, jantung gue jadi sehat gara-gara mereka ber-11 😅