Empat

3.7K 296 6
                                    

◆◆◆

Iqbaal menutup pintu ruangannya dan melangkah menuju meja miliknya. Namun, dahinya mengeryit dalam saat melihat seorang pria tengah terduduk dibangkunya dengan posisi memunggungi kearahnya.

Siapa yang berani mendudukan pantat nya ke kursi ke banggaannya, apa dia mau pantatnya budukan, -

"Maaf, anda siapa yah? "Cetusnya dengan nada dingin, hal tersebut membuat seseorang yang duduk dibangkunya langsung berbalik dan tersenyum lebar kearah Iqbaal.

Kedua bola mata Iqbaal membulat terkejut, dia benar-benar terkejut melihat pria yang saat ini tengah berdiri dan melambaikan tangan kearahnya. "Halo, sobat lama apa kabar? "

"A-Aldi, lo Aldi kan? Yang... Waktu kecil suka ngompol kalo, nginep dirumah gue. "Pria yang disebut sebagai Aldi itu memasang wajah datarnya lalu mendengus pelan.

"Ya gak usah disebutin juga dong ngompolnya, malu-maluin lo. "

Iqbaal tertawa pelan lalu berhambur memeluk sahabatnya yang sudah lama tidak dia temui itu lalu menatapnya dari bawah hingga atas. "Wih, udah sukses nih sekarang? "

Aldi tercengir lebar seraya menggaruk kepalanya pelan. "Yaa jauh lebih baik daripada dululah, seneng gue bisa sukses dibidang yang gue sukai sekarang."

Alvaro Maldini, atau kerap disapa Aldi adalah sahabat Iqbaal sejak kecil. Keduanya dulu bertanggaan, sampai akhirnya Aldi memutuskan untuk kuliah diluar negeri untuk cita-citanya, hingga mereka lost contect, membuat Iqbaal lama tidak tahu kabar sahabatnya itu. Itu alasannya kenapa dia merasa terkejut sekaligus senang akhirnya dia bisa bertemu dengan sahabat sehidup sematinya itu.

Aldi yang sejak kecil memang suka menggambar sampai akhirnya berkembang menjadi seorang Arsitek sukses itu, sudah lama ingin mewujudkan cita-cita almarhum ayahnya yang menginginkan putra satu-satunya menjadi apa yang diinginkannya, maka dari itu pria itu benar-benar bahagia bisa mencapai semua dengan usahanya sendiri.

"Gimana sekarang? Udah punya pacar? "Pertanyaan tersebut terlontar begitu saja dari mulit iqbaal membuat Aldi menatapnya dengan kesal. "Ngeledek gue lo? Masih jomblo gue, cariin dong... Pengen nikah nih gue. "

"Dih apaan banget dah, baru aja pulang langsung pengen kawin. "

Kedua pria itu tertawa bersama lalu memilih kembali melanjutkan perbincangan mereka, hitung-hitung melepas rindu setelah lama tidak bertemu banyak yang ingin Aldi ceritakan begitu juga dengan Iqbaal.

Pria itu juga menceritakan tentang pernikahan nya dengan gadis menyebalkan itu kepada Aldi dan tentu membuatnya sangat terkejut, padahal yang dia tahu Iqbaal adalah sosok yang tidak suka dikekang apalagi dipaksa, lah ini malah dinikahkan.

"Terus si Sasha gimana? Dia masih jadi pacar lo kan dari dulu? "Iqbaal menganggukkan kepalanya lalu mengusap wajahnya dengan gusar.

"Lo kan tau sendiri kalo gue dari dulu gak bisa bawa cewek kerumah, dan sampe sekarang nyokap bokap gue gak tau kalo gue punya pacar. "

Kedua bola mata Aldi membulat sempurna saat mendengar apa yang sahabatnya itu katakan, tangan nya terangkat menjitak kepala Iqbaal membuat sang empu meringis pelan dan menatapnya dengan heran. "Apaan sih sakit tau!"

"Lagian elo bego sih, ehh udah bertaun-taun pacaraan tapi belum dikenalin ke nyokap? Pantes aja lo dinikahin, umur lo itu udah tua Baal bukan anak SMA lagi. Kalo lo kenalin Sasha ke orang tua lo ini semua pasti gak akan terjadi. "

"Tadinya gue bakal kenalin kebunda, Ald. Cuman kejadian ini keburu terjadi, jadinya gagal. "

Aldi menghembuskan nafasnya dengan kasar lalu menepuk bahu Iqbaal. "Mendingan lo jujur aja sama Sasha, daripada diem ajakan? Lagian gue jadi kasian sama bocah itu dehh masih SMA malah harus nikah... Ya kalo elo kan emang udah tua ya wajar aja kalo nikah. Lah dia? "

My Ideal Husband (✓️) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang