Delapan

3.3K 356 12
                                    

◆◆◆

Terlalu asyik dirumah sang mertua membuat (Namakamu)  jadi lupa waktu, dia sampai tidak sadar kalau hari sudah beranjak malam. Hingga kini tiba saatnya untuk dia pulang meninggalkan kediaman sang mertua, dia tidak tahu Kenapa Iqbaal harus tinggal sendirian diapartemen, Padahal lebih seru jika hidup bersama keluarga, tidak kesepian dan merasa takut saat mati  lampu... Kan Gak sendirian.

Banyak hal yang (Namakamu) ceritakan pada Iqbaal tentang gadis itu yang membanti Rike memasak dan menyiapkan segala sesuatu bersama bunda mertua nya, bisa dibilang dia curhat. Entah kenapa dia kesenangan tersendiri saat dia bisa sedekat tadi bersama Rike, Ternyata wanita itu sangat baik dan juga lembut. Berbeda dengan espektasinya yang mengira kalau dia sosok wanita yang sangar dan juga judes, taunya baik.

"Besok Kita kerumah bunda lagi yah? Lumayan bisa ngurangin rasa kangen Aku sama mama pas Aku ketemu bunda, Kalo kerumah mama Kan jauh. Biar Sekalian Aku belajar masak sama bunda, supaya om gak dimasakin Nadia goreng terus tiap pagi sama malem."

Iqbaal menyunggingkan senyuman tipisnya tanpa berniat menanggapi ucapan gadis bawel itu. (Namakamu) Yang merasa perbedaan pada sikap Pria itu hanya mengeryitkan dahinya dengan dalam, sejak Pria itu datang dari taman bersama the Ody, sikapnya langsung berubah menjadi dingin. Entah Apa yang sudah mereka perbincangkan hingga membuat Iqbaal jadi irit berbicara, bukan hanya irit tapi tidak sama sekali. Bahkan sejak tadi dia berbicara panjang lebar pun tidak Pria itu tanggapi sama sekali, serasa bicara sama patung-_pikirnya.

Pria itu menghentikan laju mobilnya dan mendesah pelan saat mobil tersebut terjebak macet tidak biasanya malam-malam seperti ini jalanan macet padahal dia ingin cepat sampai dan beristirahat.

"Om Kenapa sih? Daritadi Aku ngomong kok gak respon, om sariawan yah?" Tanya (Namakamu) dengan nada herannya, Gadis itu terus menatap wajah Iqbaal dari samping lalu melihat pria itu menggeleng Kan kepalanya, Tanpa berniat menatap ataupun sekedar menoleh kearahnya.

Apa pria itu marah padanya karena tadi memanggilnya dengan sebutan 'om' didepan keluarnya?

"Om marah sama Aku karena tadi Aku manggilnya pake sebutan 'om'? Padahalkan biasanya Aku manggilnya gitukan? Kenapa om harus marah? Yaudah kalo om marah sama aku, Aku minta maaf... Aku janji deh gak bakal manggil 'om' kalo didepan bunda sama ayah. Nanti Aku ganti pake 'sayang' atau—"

"Lo bisa diem gak sih? Gue tuh pusing tau gak ngedengerin ocehan Lo yang gak berhenti-berhenti Apa mulut Lo gak bisa diem? Apa perlu Gue jait mulut Lo biar bungkam!!" Ujar Iqbaal dengan sentakkannya membuat (Namakamu) tersentak dan menatapnya dengan sendu. Apa Dia salah bicara? Kenapa pria itu sangat marah padanya?

"O-om ken—"

"Gue itu capek! Jangan bikin Gue tambah capek dengan pertanyaan gak berguna dari lo! Belum lagi sama Sasha yang marah karena gak bisa nganterin Dia kepesta temannya. Sekarang lo yang gak berhenti ngomong, Buat telinga Gue panas! Bisakan diem sampe apartemen? Kalo Nggak, gue bakal turunin lo dijalanan!!"

Gadis itu menatap Iqbaal dengan tatapan tak percayanya, Kedua bola mata nya mendadak berkaca-kaca dan bibirnya bergetar pelan. Hatinya benar-benar terasa sakit saat mendengar sentakkan demi sentakkan yang Iqbaal tujukan padanya. Jadi, Pria itu marah karena sedang ada masalah dengannya, Tapi Kenapa malah Dia yang jadi Kenapa imbasnya?

(Namakamu) langsung terdiam dan menundukkan kepalanya dalam, Mungkin lebih baik Dia  diam saja. Pria itu mengusap wajahnya dengan gusar dan memencet klakson mobilnya berkali-kali.

'BUGH'

Tubuh (Namakamu) tersentak kuat dan melirik Iqbaal yang baru saja memukul dashboard dengan cukup kuat, Gadis itu sedikit menjauh Kan tubuhnya dari Pria yang tengah dikuasai oleh emosi itu dan masih setia membungkam bibirnya. Daripada kena omelan lagi mending diam,-

My Ideal Husband (✓️) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang