Lima

3.8K 306 7
                                    

◇◇◇

Pagi hari kini kembali tiba, setelah semalaman tidur disofa Iqbaal kini sudah terbangun dengan kondisi badan yang sakit-sakit semua. Sebenarnya dia tidak sadar kalau dia ternyata tidur diruang tengah dan bangun tepat saat adzan subuh berkumandang. Ternyata dia tidur diatas sofa saja. Pria itu membuka pintu kamar yang ternyata tidak dikunci, da mulai masuk kedalam dan mendapati (Namakamu) yang sudah siap dengan seragam batik abu-abu nya. Wajah gadis itu masih ditekuk dengan bibir Yang memonyong beberapa centi menandakan kalau dia masih marah karena kejadian malam tadi.

Seharusnya kan Iqbaal Yang marah karena gadis itu melanggar peraturannya, tapi kenapa jadi dia Yang berbalik padanya? Heran.

Pria itu terduduk diatas ranjang Dan melirik (Namakamu) Yang sibuk dengan ponselnya. "Maaf. "Ucapnya dengan santai lalu melirik (Namakamu) Yang tampaknya tidak menghiraukannya sama sekali, padahal Iqbaal tahu kalau gadis itu pasti mendengarkannya. Pura-pura tidak mendengar saja dia.

Iqbaal menghembuskan nafasnya dengan kasar lalu mengubah posisinya menjadi menghadap kearah gadis itu. "Gue minta maaf kalo bikin Lo kesel Dan gak bisa ngertiin posisi Lo. Gue cuman Gak suka kalo lo gak nurut apa kata gue, kalo misalkan larangan gue itu salah yaa lo boleh ngelak dan lawan gue. Tapi apa larangan gue kemaren salah sampe lo marah sama gue? Gue cuma gak suka ada cewek keluyuran malem-malem."

(Namakamu) menautkan sebelah alisnya lalu menghela nafasnya dengan malas. Gadis itu meletakkan ponselnya kedalam totebag miliknya. "Aku gak marah kok, nanti kalo marah duit jajan aku dipotong. "Celetuknya yang langsung mendapatkan tatapan dingin dari Iqbaal. Sedang seperti ini masih, saja bersikap konyol. -

"Aku cuman kesel aja, aku gak suka ada yang ngekang aku selain papa. Aku ngerasa hidup aku makin terbatas dengan aturan om yang banyak itu. "

Iqbaal menatap wajah (Namakamu) yang masih enggan untuk menatap kearahnya. Pria itu tersenyum tipis lalu, terkekeh pelan membuat gadis itu mengeryitkan dahinya dalam dan langsung menatapnya dengan bingung. Apa ada yang lucu?

"Gue gak ngebatasin lo, selagi itu positif dan gak buat lo lupa waktu ya terserah. Kalo lo mau lakuin kayak malem tadi juga terserah, tapi jangan salahin gue kalo lo diculik sama preman terus lo dijual ketempat om-om idung belang. "

"Ih apaan sih! Om jadi suami gak ada pengertian sama sekali yah, aku paham kalo kita itu nikah gak berdasarkan cinta. Yaa... Gak usah biarin aku dijual juga kali, jahat banget emang yah. "(Namakamu) melipat kedua tangannya didepan dada dengan wajah ditekuk kesal. Hal itu sukses membuat Iqbaal tertawa pelan, pria itu menatap wajah (Namakamu) dengan seksama dari samping.

Sebenarnya, (Namakamu) ini cantik dan bisa saja dia mencintainya. Tapi, sikapnya yang abnormal itu membuat Iqbaal kadang ilfeel padanya. Pria itu menggelengkan kepalanya denga pelan, tangannya terangkat dan mengacak pelan puncuk kepala (Namakamu). Hadis itu, termenung seraya menikmati sentuhan lembut Iqbaal dikepalanya, hal yang selalu Herlan lakukan padanya dulu jika dia sedang kesal ataupun marah, dan itu selalu mampu membuat emosinya turun. Dia menoleh dan menatap iqbaal dengan kedua mata bulatnya yang berbinar.

"Udah gak usah marah lagi, nanti uang jajan nya gue potong beneran loh. Gih makan, nanti gue anter ke sekolah. "

☆☆☆

"Nanti pulang sekolah gue jemput, gue bakal hukum lo karena semalem pulang telat. Lo gak boleh keluyuran selama seminggu, kalo lo sampe ngelanggar hukuman lo, gue bakal potong uang jajal lo atau bahkan gak kasih uang sama sekali. "

(Namakamu) menganggakan mulutnya lebar-lebar lalu menggelengkan kepalanya tak percaya. Dia merasa seperti tengah berhadapan dengan monster mengerikan saat ini, papa nya saja tidak pernah menghukumnya lalu kenapa pria jahat ini malah memberinya hukuman yang sangat kejam.

My Ideal Husband (✓️) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang