VOTE 400 FOR NEXT LAST CHAPTER
-o0o-
Beberapa bulan kemudian...
Hari-Hari terlewati dengan semestinya, Tidak ada yang terluka ataupun yang dilukai, benar-benar terus seperti daun yang terbawa oleh aliran air. Tenang, dan juga... damai. Namun, meskipun begitu tetap saja tidak membuat kedua anak manusia itu berhenti untuk bertengkar meskipun karena hal-hal yang kecil, kadang-kadang hanya karena masalah kaos kaki saja tetap mereka ributkan, dan seperti biasa tidak ada yang mau mengalah,-Ya, Setelah Hari dimana (Namakamu) Harusnya melakukan aktivitasnya dengan kursi road selama beberapa minggu, gadis itu kembali bisa berjalan dengan normal seperti sedia kala, itu karena terapi yang dilakukan nya rutin. Dia senang karena pada masa masa itu, dia melewatinya dengan tidak sendiri, Ada keluarga yang menyemangatinya membuat dia semakin berambisi untuk bisa menyembuhkan kakinya yang sempat kaku karena patah.
Dan juga, Pria yang dia sayangi yang telah sabar selalu menemaninya dan juga memberikan apapun yang dia butuhkan. Meskipun seringkali dia menyebalkan tapi tetap saja, dia tidak bisa melakukan apapun tanpanya.
Diantara mereka sama sekali tidak ada yang mengucapkan kata-kata 'cinta' baik dari lelaki maupun perempuan. Tapi, dari tingkah keduanya selalu menunjukan kalau mereka itu saling menyayangi, dan sepertinya kata-kata tidak Akan berguna lagi.
"Woaaaa foto siapa nih hahaa! Jelek bangett, Udah kuruss, idupp lagi hahahaa!"
" (Namakamu), balikin gak?" Gadis itu menoleh kearah Iqbaal yang tengah menatap nya dengan tatapan dingin.
Saat ini, Keduanya tengah membereskan apartemen yang sudah cukup lama tidak mendapatkan sentuhan dari sang pemilik. Mereka berniat untuk mengubah beberapa ruangan diapartemen ini, permintaan tuan putri yang benar-benar harus dituruti. Tapi Saat Mereka membereskan lemari untul dipindahkan, (Namakamu) malah menemukan sebuah kotak misterius, yang dia sebut sebagai harta karun Iqbaal itu.
"Yaampun, om Iqbaal mukanya lecek bangett kayak tissue bekas bersiin ee nya bayi tau gak... Aku Gak nyangka ternyata masa kecil om itu, Sungguh mengerikan. Aku yakin nih yah, muka-muka kayak gini itu jadi bully-an disekolah dehh hahaa."
Iqbaal mendelik sebal lalu mengambil secara paksa selembar foto yang gadis itu temukan. "Gak sopab banget Kamu ledek suami sendiri. Mau Kamu kualat lagi sama ku ha! Orang ganteng kayak gini juga dibilang jelek, ehh nanti anak Kamu juga mirip kayak gini yahh."
Mulut gadis itu menganga lebar lalu dia menggeleng kan kepalanya dengan cepat. "Apaan? Enggaklah mana Mau Aku muka anak Aku kayak gitu, lecek banget kayak lap kanebo kering, asal om tau yah... Anak Aku nanti itu bakalan cantik kayak ibunya, Atau enggak ganteng... Yang jelas dia Gak kayak om. Mana boleh anak Aku tumbuh menjadi anak yang jelek dan juga bawel, dia harus cool Gak boleh lembek-lembek apalagi cengeng... Kayak om."
"Heh! Sembarangan kalo ngomong, yaa wajar aja kalo dia mirip sama Aku orang Aku ayahnya. Dimana-mana, seorang anak itu kuat ke bapaknya bukan sama emaknya. Mana Mau Aku punya anak cerewet, julid kayak kamu... hhh ogah!" Tangan gadis itu terangkat dan mencubit pipi Iqbaal membuat sang empu menjerit kesakitan, dengan pipi yang memerah.
"Gue bersyukur banget punya istri secantik, sesemok dan sebohay Aku yah! Ehh om, Harusnya tiap malam om itu makasih sama Allah karena udah dikasih istri unyu-unyu kayak kucing anggora... dan om bisa terlepas dari srigala item dan buduk kayak tante Sasha. Malah diledekin dasar Lu anak moa!"
Sepertinya percuma saja Iqbaal membalas setiap perkataan yang keluar dari mulut lemes gadis itu, yang ada dia terus-terusan makan hati karena ucapannya yang cukup sadis. Lebih baik dia mengalah sajalah,-
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ideal Husband (✓️)
FanfictionNikah karena salah pahaman itu gak enak, serius? Orang nikahnya sama cowok yang gak dikenal, terus itupun karena digerebekin. Mana sama om-om lagi, apa kata orang dong cewek secantik, semanis dan seseksi aku nikah sama bujang lapuk yang udah buluka...