Enam

3.4K 323 12
                                    

△△△

19:30

(Namakamu) membuka pintu kamar dan menatap tubuh Iqbaal yang berbaring diatas ranjang dengan dibalut selimut tebal. Gadis itu melangkah dengan nampan berisi bubur yang dia buat serta susu hangat, untuk makan malam Iqbaal. Perlahan, dia meletakan nampan tersebut dengan hati-hati lalu duduk disampingnya. Tangan mungilnya kembali menyentuh kening berkeringat pria itu lalu menghembuskan nafasnya dengan berat.

"Kok panasnya belum turun-turun juga yah? Mana es batu abis lagi gara-gara dipake ngompres pala nya om Iqbaal. Duh... Om bangun dulu yuk, makan dulu terus minum obat. "

Perlahan, kedua kelopak mata pria itu terangkat membuat senyuman gadis itu kian merekah. Iqbaal mengerjabkan kedua matanya dan tersenyum tipis. "Gue fikir Shasa yang urus gue... Taunya elo. "Ucapnya dengan suara parau.

"Aduh om, gak usah banyak berharap pacar om itu kesini buat urus om, kalaupun dia datang aku gak akan biarin dia masuk. Ayo ahh makan dulu. "Iqbaal memejamkan matanya cukup lama lalu mengangguk.

Dengan telaten dan sabar nya (Namakamu) terus menyuapi Iqbaal hingga makanannya habis, memberikan obat padanya sampai mengompres kembali pria itu. Iqbaal tidak menyangka kalau gadis itu bisa bersikap lembut juga ternyata, setiap sentuhannya mampu membuat tubuhnya nyaman dan juga merasa jauh lebih baik. Benar apa yang pernah dikatakan bunda nya dulu, tingkah seorang istri sangat berbeda jauh dengan wanita yang bukan siapa-siapa. Jujur saja, Iqbaal senang mendapatkan perhatian ini, meskipun dia sangat sebal pada (Namakamu) jika mengingat sikapnya yang menjengkelkan.

"Makanya om, kalo kerja itu tau waktu. Ngomong nya aja kayak yang iya sama aku kalo main gak boleh lupa waktu, dirinya sendiri begitu. Ngaji diri sendiri sebelum nilai orang lain, om juga bukan sapi yang terus-terusan bisa kerja. "Cerocos (Namakamu) seraya menempelkan kembali sebuah handuk kecil kekening Iqbaal. Namun, lengan nya dicekal dengan lembut oleh pria itu, terasa hangat ditangan (Namakamu) membuat gadis itu menatap Iqbaal dengan sendu.

"Makasih... Udah mau urus gue, kalo gak ada lo... Gue pasti nyusahin bunda lagi. Lo baik. "

(Namakamu) tersenyum kecil lalu mengangguk. "Gini-gini kan, om juga suami aku... Aku selalu inget kata mama kalo sebenci-bencinya aku sama suami aku. Aku harus tetep perlakuin dia dengan baik. "

"Lo udah anggep gue suami lo?"

"Yaa mau gimana lagi. "

Iqbaal terkekeh pelan, tangan nya semakin kuat menggenggam tangan (Namakamu)  membuat gadia itu mengeryitkan dahinya dengan dalam. "Apa boleh gue megang tangan lo sampe gue tidur? "Gadis itu menganggukan kepalanta seraya tersenyum manis.

Iqbaal menghela nafasnya dengan perlahan dna menatap wajah cantik (Namakamu)  dengan lekat, dia fikir meskipun sudah larut malam Vanesha akan tetap datang dan mengurusnya. Meskipun (Namakamu)  melarang nya untuk datang, tapi bukan kah cinta memerlukan sebuah pengorbanan? Vanesha sama sekali tidak datang atau bahkan menelponnya untuk sekedar menanyakan kabarnya.

Hanya (Namakamu) yang mengurusnya dan menjaganya.

◆◆◆

"Ada yang bisa kami bantu nona? "

Gadis yang sejak tadi berdiri nenatap gedung-gedung menjulang tinggi dengan ribuan lampu yang terlihat seperti bintang saat dilihat dari tingginya rooftop, tersenyum miring lalu membalikkan tubuhnya dan menatap seorang pria bertubuhk kekar dihadapnnya.

"Saya mau, kamu mencari informasi tentang Iqbaal. "Pria itu mengeryitkan dahinya merasa bingung dengan apa yang anak bos nya katakan itu.

"Maaf nona tapi–"

My Ideal Husband (✓️) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang