Part 17 - Marah"Mendapat kecewa dari orang terdekat itu lebih menyakitkan daripada tertikam musuh disaat sedang genting."
***
Seminggu libur itu anugerah terindah di saat otak tidak ada jeda untuk belajar dan belajar.
(Namakamu) bersama Salsha tengah membersihkan kamar bukan sembarang kamar yaitu kamar (Namakamu) sendiri. Sudah beberapa hari ini malas bersih-bersih jadi mumpung ada Salsha ia ada sedikit bantuan walau kenyataannya Salsha lebih banyak mengerjakan.Salsha menghela napas, keringat bercucuran di dahi dan pelipisnya persis seperti habis lari maraton.
"Sha!"(Namakamu) mulai bosan menyapu lantai lalu mendudukkan dirinya di tepian kasur.
"Apa? gue capek, lelah, letih, lesu, lunglai, lepek."Salsha mengipasi wajahnya yang memerah.
"Sekalian borong obat anemia aja deh itu gejala penyakitnya."ucap (Namakamu).
Salsha melotot. "Amit-amit ih, jangan sampe, gue itu selalu bugar dan makan empat sehat lima sempurna."
"Yakin?"
"Yakin!"
"Oke gue percaya, eh ada kabar tentang Iqbaal belum dari pacar lo?"tanya (Namakamu) penasaran.
"Ada, katanya Iqbaal udah ketemu dan pulang ke rumahnya dengan selamat."jawab Salsha memejamkan matanya setelah merebahkan tubuhnya.
(Namakamu) kaget. "Apa? kok gue gak di kabarin sih. Awas aja nanti gue cakar-cakar mukanya si Karel, gue itu pacarnya Iqbaal kenapa gak ngabarin langsung ke gue."tanya (Namakamu) berapi-api.
"Tapi (Nam), yang pacar Karel gue jadi dia ngabarin ke gue."kata Salsha menenangkan.
"Bodo gue ngambek."
"(Nam), kan yang penting udah gue kasih tau Iqbaal sehat dan selamat."
"Iya juga sih kita ke rumah Iqbaal yuk!"ajak (Namakamu) semangat.
"Ogah."balas Salsha membuat (Namakamu) melirik tajam ke arahnya.
"Nanti gue jadi obat nyamuk yang tidak dianggap kegunaannya."lanjut Salsha nyengir namun sebuah pesan masuk membuatnya berubah pikiran,"eh, tapi ayo, gue mau ketemu Karel katanya dia ada di depan."
"Depan mana?"
"Depan rumah lo."
(Namakamu) mendengus sebal tadinya senang Salsha akan menemaninya ke rumah Iqbaal sambil bertemu Karel eh ternyata, Karel sudah ada di depan pintu rumahnya.
"(Nam), hati-hati ya! gue mau jalan sama dia."Salsha menunjuk Karel yang tengah tersenyum mengejek pada (Namakamu) sehingga (Namakamu) hanya berdehem saja menjawab Salsha.
Setelah kepergian Karel dan Salsha entah kemana. (Namakamu) mengunci pintu lalu bergegas pergi ke rumah Iqbaal. Ia tidak mau menunda-nunda lagi pertanyaan hilangnya Iqbaal kemarin. Pokoknya Iqbaal harus menjelaskan sejelas-jelasnya kepada (Namakamu) yang dilanda kebingungan dan cemas kemarin.
***
(Namakamu) menekan bel rumah Iqbaal namun tidak ada jawaban atau tanda-tanda kehidupan didalam sana. Apa benar yang Salsha katakan bahwa Iqbaal ada dirumah tapi kenapa daritadi (Namakamu) memencet bel tidak ada orang menyahuti.
Jangan-jangan Salsha membohongi dirinya tentang keberadaan Iqbaal? Padahal Salsha tidak tahu menahu atau Salsha pura-pura tidak tahu atau... kenapa (Namakamu) jadi berpikir yang tidak-tidak tentang Salsha, sahabatnya paling ia percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berhati Besar [IDR]
Fanfiction[COMPLETED] Terus tersiksa saat kau bersamanya dan mencoba berhati besar menerimanya. (Namakamu) Daniella Maafkan aku! tapi, masih bisakah kita bersatu? Iqbaal Ramadian