Part 26 - Terbongkar

1K 108 9
                                    

***

Iqbaal baru saja membuka pintu mobil harus tertahan karena beberapa kali ponselnya berdering tanpa melihat siapa yang menelepon langsung saja ia mengangkat.

Lain di mulut lain di hati mungkin pribahasa yang cocok untuk Iqbaal saat ini. Ia mengendarai mobilnya dengan brutal sampai mengabaikan panggilan telepon disampingnya terus berdering. Siapa lagi kalau bukan Mika yang mengajak makan di kafe mewah. Sekarang Iqbaal lebih khawatir soal keadaan (Namakamu) dan tidak bisa tenang jika sampai hal buruk terjadi. Iqbaal mencari-cari lokasi (Namakamu) menggunakan GPS.

"(Nam) lo dimana?" gumam Iqbaal sesekali memukul stir karena terlalu emosi.

Mika membanting ponselnya hingga pecah karena sangat kesal Iqbaal tak kunjung membalas panggilan telepon atau pesan yang dikirimnya.

"Dia kemana sih katanya gue penting dihidupnya, ini malah di cuekin." gerutu Mika sesekali menginjak ponsel yang sudah retak itu.

Karena ponselnya sudah tidak bisa digunakan lagi Mika berencana akan meminta dibelikan pada Iqbaal nanti, sekarang ia ingin menemui seseorang. Daripada semakin kesal menunggu Iqbaal entah ada dimana. Sementara itu Salsha terus saja mengeluh dan berpikir yang tidak-tidak. Tentu saja (Namakamu) pusing mendengarnya.

"(Nam) gue gak mau mati." keluh Salsha sambil memegang erat lengan (Namakamu) pertanda takut dengan keadaan sekitarnya yang mulai gelap. Namun (Namakamu) sama sekali tidak menjawab hanya diam sambil mengarahkan cahaya di ponselnya mencari jalan. 

"(Nam)!" Salsha memanggil lagi takutnya disebelahnya sekarang bukan (Namakamu).

"Salsha, lo masih napas kan? itu tandanya masih hidup. Udah deh jangan lebay!" ucap (Namakamu) kesal tetapi Salsha masih saja ketakutan.

Suara klakson mobil terdengar nyaring membuat (Namakamu) dan Salsha saling pandang tersenyum bahagia. Mereka berdua berjalan menuju sumber suara dengan penerangan dari ponsel.

Iqbaal tidak henti-hentinya mengumpat karena keberadaan (Namakamu) masih belum di temukan. Ia juga beberapa kali berteriak frustrasi hingga penerangan sebuah ponsel menggangu penglihatannya. Ia menghentikan laju mobilnya lalu turun berlari menghampiri dan segera memeluk (Namakamu) sangat erat.

(Namakamu) terkejut begitu juga Salsha. Pemandangan didepannya ini sangat menggangu jiwa kasih sayang seorang Salsha.

Salsha berdehem cukup kencang. "Inget dia mantanmu bukan pacarmu!" peringat Salsha tegas sambil melepaskan (Namakamu) dari pelukan Iqbaal secara paksa.

"Sorry." jawab Iqbaal.

"Lo pikir dengan kata sorry semua bakal selesai gitu aja? aduh gue gak ngerti lagi sama jalan pikiran lo." Salsha menyindir Iqbaal.

"Udah Sha," lerai (Namakamu)

"Jangan cegah gue. Gue udah gatel mau ngomong ini." Salsha memandang Iqbaal tajam seolah ingin membunuhnya sekarang juga. "Iqbaal, gue kira lo memang udah gak peduli sama (Namakamu) tapi, gue lihat sekarang lo peduli dan gue yakin lo masih cinta 'kan sama sahabat gue, ayo jawab." desak Salsha emosi.

"Gue gak peduli." jawab Iqbaal datar dan dingin.

"Terus kenapa lo datang ke sini?" tanya Salsha.

Berhati Besar [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang