***
Aldi datang dengan senang hati setelah menerima telepon dari iqbaal. Walaupun harus mencari alasan karena Bella dari tadi memaksa dirinya untuk tetap menunggu di depan salon.
"Al, kamu mau kemana?" Bella mencebik kesal, Aldi tidak mau menunggunya beberapa jam lagi.
"Itu... aku lupa ngerjain tugas terus katanya Iqbaal minta ngerjain bareng boleh ya?" Aldi memohon semoga Bella percaya.
"Kamu bohong?" Bella semakin cemberut.
"Beneran, ini telepon dari iqbaal barusan." ucap Aldi memperlihatkan panggilan telepon Iqbaal beberapa saat lalu dan akhirnya Bella mengangguk setuju meskipun ada rasa tidak rela.
Aldi senang langsung mengendarai motornya sebelum Bella berubah pikiran. Ia ingin cepat sampai tapi kemacetan tengah menanti dirinya sekarang. Aldi berkali-kali berdecak kesal entah sampai kapan kemacetan didepannya ini berakhir.
Setelah lama menunggu kemacetan akhirnya Aldi sampai di tujuan dengan selamat. Ia mendekati (Namakamu) dan Mika tengah berdebat entah tentang apa.
"Aduh beb jangan ribut! gue tahu ini gara-gara rebutan gue yang gantengnya di atas rata-rata. Gue udah dateng sekarang jadi gak usah ribut lagi, oke!" lerai Aldi memisahkan (Namakamu) dan Mika disampingnya terlihat Iqbaal seperti sudah menyerah memisahkan keduanya.
Mika dan (Namakamu) bersamaan menatap Aldi penuh emosi namun Aldi malah pasang senyuman lebar tetapi di dalam hati setengah ketakutan. Terlintas ide di otak cantik (Namakamu), ia merangkul lengan Aldi mesra membuat Iqbaal merasakan panas di dadanya tanpa sebab.
"Al, aku mau minta bantuan kamu?" bisik (Namakamu) mengayunkan tangan Aldi.
Aldi merasakan gugup luar biasa. "B-boleh."
"Kenapa sih lo grogi gitu?" tanya (Namakamu) melihat sikap Aldi cukup aneh dan Aldi hanya menggeleng sebagai jawaban.
Iqbaal mengepalkan tangannya tidak suka dengan pacar palsu atau apapun itu menggandeng lengan Aldi berlama-lama. Iqbaal merasa ada yang tidak beres dengan dirinya masa cemburu dengan pacar Aldi?
Iqbaak berdehem. "Gak usah mesra-mesraan di depan gue!"
Aldi dan (Namakamu) saling tatap kemudian terbit senyuman di bibir keduanya.
"Mika gue haus nih ambilin minum dong sama yayang embeb gue juga sekalian." ucap Aldi seenaknya.
Mika memicingkan mata tidak suka dan menggerutu dalam hati. Kalau tidak ada Iqbaal, ia tidak akan mematuhi perintah Aldi itu. Dikira dirinya pembantu.
Mika berusaha se-manis mungkin. "Iya kak, ayo masuk! eh kalau pacar kakak tinggalin aja di luar gak usah dibawa nanti udara di rumah aku tercemar."
(Namakamu) memandang Mika kesal tetapi dengan cepat Aldi menjawab. "Oke kamu tunggu di luar ya beb!"
(Namakamu) sebenarnya ingin sekali menyumpal mulut Aldi dengan sepatunya berhubung sedang ada drama yang harus dimainkan (Namakamu) hanya memberikan senyuman manis dipaksakan kepada Aldi.
"Awas Aldi gue tonjok lo." lirih (Namakamu) mengepalkan tangannya dan duduk di luar.
Aldi masuk ke dalam rumah diikuti Iqbaal memasang wajah ketus. Sekarang perasaan Iqbaal sedikit membaik.
Aldi dengan tidak sopan duduk di sofa dengan kaki menyentuh meja lalu memberi perintah kepada Mika dan Iqbaal untuk membuat minuman. Tentu saja Iqbaal dan Mika keberatan yang punya rumah siapa, yang tamu siapa?
"Gue ngajak lo kesini buat jemput tuh cewek aneh! kok malah jadiin gue sama Mika babu." balas Iqbaal tidak terima.
"Lo lupa slogan tamu adalah raja." kata Aldi santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berhati Besar [IDR]
Fiksi Penggemar[COMPLETED] Terus tersiksa saat kau bersamanya dan mencoba berhati besar menerimanya. (Namakamu) Daniella Maafkan aku! tapi, masih bisakah kita bersatu? Iqbaal Ramadian