Ada yang masih mau baca cerita ini?
Kalau gitu...
Selamat membaca!
***
Acara kemarin berlangsung selama tiga hari karena perlombaan terlalu banyak dan jurinya terbatas.
(Namakamu) sekarang sedang membereskan peralatan yang tidak terpakai. Saat akan berbalik Iqbaal sudah ada dibelakangnya sambil tersenyum.
(Namakamu) terpaku beberapa saat.Iqbaal melambaikan tangan didepan wajah (Namakamu).
"Perlu bantuan?" tanya Iqbaal menatap (Namakamu) dengan senyuman manisnya.
"G-gak perlu." jawab (Namakamu) gugup.
"Beneran?"
(Namakamu) mengangguk langsung berjalan cepat keluar dari sana namun malah menabrak seseorang.
"Sorry." ucap (Namakamu) menyesal tapi setelah mendongak ia jadi kesal.
"Gak papa kok, gue ditabrak sering-sering aja. Soalnya itu tabrakan cinta." Aldi menaik-turunkan alisnya membuat (Namakamu) segera pergi dari sana tangannya dicekal.
"Lepasin gak?" kesal (Namakamu).
"Buru-buru amat neng," (Namakamu) memasang wajah galak sehingga Aldi melepaskan cekalannya.
(Namakamu) kesal selalu saja gak bertemu Aldi eh Iqbaal yang muncul begitu pun sebaliknya.
Bisakah mereka berdua bersikap seperti teman pada umumnya, jangan berlebihan.Iqbaal membereskan peralatan senyam-senyum sendiri tapi pikiran tentang teh Ody akan menjodohkan dirinya dengan anak Pak Andi.
"Perasaan gue gak ngomong mau dijodohin deh, kok teh Ody ngomong gitu ya?" Iqbaal bertanya-tanya.
Setelah dipikir-pikir lagi. Ia baru ingat pernyataan waktu itu akan menerima perjodohan jika sudah putus dari Mika. Ya ampun, kenapa sampai lupa?
Pokoknya Iqbaal akan protes tidak mau dijodoh-jodohkan apalagi cewek yang tidak dikenal sama sekali. Lagipula Iqbaal mencintai (Namakamu) bagaimana bisa cinta sama anak pak Andi-Andi itu.
***
Sepulang sekolah (Namakamu) cukup lelah. Ia ingin terus tiduran di kasur namun ketukan pintu harus mengganggu acara santainya.
"Sayang malam ini kamu ada acara gak?" tanya Lisa membuka pintu terlihat (Namakamu) sedang malas-malasan dikasur.
"Gak ada. kenapa, Mam?
"Serius?"Lisa memastikan.
"Iya."
Lisa tersenyum lalu menutup pintu.
"Tumben Mama aneh." gumam (Namakamu) curiga.
Saat akan memejamkan mata getaran ponsel menggangu. Ingin (Namakamu) berkata kasar tapi harus sabar, jangan sampai kesal.
(Namakamu) menarik nafasnya dan mengangkat telpon tanpa melihat nama kontaknya.
"Halo!"
"(Nam), malam ini ada acara kamu harus dateng." ajak seseorang diseberang sana.
Tunggu acara? Siapa yang menelepon dan menanyakan acara?
Iqbaal
Astaga
"Aku udah ada acara sama Mama, maaf!"
(Namakamu) langsung mengakhiri panggilan dan kembali ponselnya bergetar tertera nama Aldi mengirim pesan di WhatsApp.
Dengan malas (Namakamu) membuka pesan itu.
Aldianeh:
Beb, ada acara di kafe Hujan mau datang gak? eh harus dateng jangan telat yaaaa!Ini orang-orang pada kenapa terus saja bilang ada acara lah, harus datang lah, apa terkontaminasi acara ulang tahun sekolah kemarin?
Padahal (Namakamu) dan panitia penyelenggara yang mengurus kok sampai semua orang terdekat (Namakamu) jadi mikirin acara.GAK BISA, GUE SIBUK
Setelah menekan tombol kirim balasan cepat muncul dari Aldi.
Aldianeh:
yahh... tapi gak papa sibuk mempersiapkan pernikahan kita kan? jadi terharuu😘Me:
Gaje-_-Aldianeh:
Aku selalu ganteng, kamu jangan sedihMe:
🙄Aldianeh:
Matamu indah, bolehkah aku menatapmu?Me:
?Aldianeh:
Jangan tanyakan mengapa, aku tidak tahu jawabnya(Namakamu) tidak membalas ataupun melihat lagi isi pesan Aldi karena bila diteruskan jawaban aneh bin gak jelas akan terus bermunculan.
"Selamat ya (Nam) semoga bahagia," ucap Salsha dan Karel menyalami (Namakamu) dan Aldi setelah acara tembak-menembak berhasil dilaksanakan.
"Jagain dia." ucap Iqbaal ketus, wajahnya ditekuk tidak ada pancaran keikhlasan disana.
Aldi menepuk bahu Iqbaal. "Gue akan selalu, gak usah disuruh." kesal Aldi tapi senyumannya tidak pudar lalu memeluk (Namakamu) di depan Iqbaal yang sudah menahan emosi.
Brukk
"Aduh badan gueee!" pekik Aldi kesakitan pasalnya ia terjatuh dari sofa.
Aldi bedecak ini pasti gara-gara tidur di sore hari karena menunggu jawaban WhatsApp dari (Namakamu) tak kunjung membalas pada akhirnya sampai tertidur.
Ia baru ingat kata-kata bijak : "bermimpi lah setinggi langit siapa tahu yang dimimpikan hadir di depanmu tanpa harus menunggu lagi"Itu kata-kata bijak dari Aldi sendiri bukan dari mana-mana sih.
Sementara Iqbaal merasa cemas (Namakamu) tidak mau datang ke acara yang sudah ia siapkan malam ini. Padahal ini penting sebagai pembuktian bahwa Iqbaal punya pacar terus gak jadi deh di jodohin sama anak pak Andi yang Iqbaal sama sekali tidak tahu bagaimana wajah, badan sampai namanya itu.
"Baal, kok kamu ngelamun? gak mau teh Ody jodohin, ya?" tanya teh Ody memerhatikan Iqbaal termenung di depan balkon.
Iqbaal sedikit terkejut dan menoleh. "Mau, kata siapa iqbaal nolak." jawabnya cepat.
"Yakin?"
"Yakin, muka Iqbaal emang gak meyakinkan?" Iqbaal membuat wajahnya terlihat se-serius mungkin agar Teh Ody percaya.
"Nggak, kayaknya punya seribu jurus buat menghindar." Teh Ody masih meragukan.
"Iqbaal mau, ini siap-siap." Iqbaal segera mandi.
"Awas ya kalau kamu kabur, jangan bikin malu!" teriak teh Ody lalu keluar dari kamar Iqbaal.
"Siap!"
***
(Namakamu) sekarang sedang didandani oleh sang Mama, katanya harus tampil cantik mengalahkan bintang di langit bahkan baju dan segala aksesoris sudah dipersiapkan.
"Mam, ini sebenarnya mau kemana kayak mau lamaran aja," tanya (Namakamu) mulai tidak nyaman dengan semua ini.
"Iya," ceplos Lisa.
"Apa?"
"Maksud Mama, papah kamu pengen ngajak jalan ke suatu tempat terus ketemu sama klien." jawab Lisa masih terus mengoleskan bedak di pipi (Namakamu).
"Kok bawa (Namakamu)? jangan-jangan---"
"Jangan-jangan kau menolak cintaku." potong Lisa dan membuat (Namakamu) cemberut.
"Ihh Mama serius,"
"Mama juga serius. Udah jangan dipikirin pokoknya kamu bakalan seneng." ujar Lisa selesai mendandani keluar dari kamar.
"Seneng dari mana? kalau ujung-ujungnya dijodohin sama om-om." gerutu (Namakamu) kesal sambil menghapus sedikit make up di wajahnya karena sudah seperti badut.
Bersambung...
Gimana-gimana seru gak sih di part ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Berhati Besar [IDR]
Fanfiction[COMPLETED] Terus tersiksa saat kau bersamanya dan mencoba berhati besar menerimanya. (Namakamu) Daniella Maafkan aku! tapi, masih bisakah kita bersatu? Iqbaal Ramadian