"Kamu dimana? Bagaimana bisa menghilang secara misterius tanpa mengabari aku yang ada di dekatmu."- (Namakamu) Daniella.
***
Sekarang Iqbaal benar-benar berubah menjadi lebih baik dan (Namakamu) tersenyum senang. Sekarang mereka tengah mengerjakan tugas membuat peta di ruang tamu rumah (Namakamu).
Tadinya Iqbaal memaksa untuk mengerjakan peta ini dirumahnya namun (Namakamu) menolak karena takut Iqbaal malah mampir ke bioskop buat nonton atau restoran pokoknya bukan buat belajar hanya untuk bersenang-senang menghilangkan stress dikala memikirkan tugas yang menumpuk dari sekolah.
"Iqbaal itu peta pulau mana kok bentuknya hati, sih!" protes (Namakamu) memandang gambar hasil karya Iqbaal.
"Pulau Iq(Nam)." sahut Iqbaal santai terus menyelesaikan pulau imajinasinya itu.
(Namakamu) menyentuh kening iqbaal. "Kamu alay ih, kata Pak Deno tugasnya membuat peta pulau yang ada di Indonesia bukan di khayalan kamu."
"Bagus tau, nanti presidennya aku dan kamu jadi istrinya." ungkap Iqbaal sambil membayangkan betapa indahnya hidup bersama (Namakamu) nanti di pulau yang dibuatnya.
"Terserah, kalau dihukum nanti. Jangan bawa-bawa nama aku."
"Siap!"
(Namakamu) sedikit lagi menyelesaikan tugasnya sementara Iqbaal sibuk menamai kota-kota di pulau buatan imajinasinya. (Namakamu) sedikit perasaan apa nama kota yang Iqbaal tulis disana sehingga begitu fokus dalam penamaannya.
"Baal, aku boleh liat gak?" pinta (Namakamu) mulai merengek dan Iqbaal tentu saja tidak tega.
Iqbaal menyerahkan kertas yang sudah ia gambar.
"Ini pulau Iq(Nam)?" tanya (Namakamu) kebingungan karena gambarnya terlalu bagus.
Iqbaal mengangguk.
"Tapi baal kan buatnya untuk dikumpulin masa ada pulau Iq(Nam), ini pajang aja di kamar aku aja gimana?" (Namakamu) memberi saran.
Iqbaal berpikir. "Terus tugas peta aku gimana?"
"Buat lagi aja kamu kan pinter gambar."
Iqbaal berdehem lalu memulai lagi membuat peta kali ini dia serius.
"(Nam), aku haus!" ujar Iqbaal karena sudah selesai membuat peta sesuai dengan tugas.
"Ambil aja di dapur." kata (Namakamu) masih sibuk mewarnai.
Iqbaal mengambil paksa pensil warna ditangan (Namakamu) sehingga (Namakamu) menatapnya kesal. "Ambilin dong kan belajar jadi calon istri."
"Iqbaal kita masih sekolah jangan pikirin yang aneh-aneh." (Namakamu) menggerutu mengambil pensil dengan warna lain saja.
"Gak aneh, justru aku sedang merangkai masa depan dengan cewek yang aku sayang." Iqbaal tidak menyerah menggoda (Namakamu) agar mengambilkan air minum.
"Kamu ambil aja sendiri."
Iqbaal menyerah menggombal untuk (Namakamu) itu susah. Ia pun berjalan ke dapur untuk mengambil minum. Saat asyik menuangkan air ke gelas, ia mendengar langkah seseorang berjalan kearahnya. Iqbaal menyangka itu (Namakamu) hanya diam saja tapi sesuatu menghantam punggungnya hingga semua berubah gelap.
"Kok Iqbaal lama sih atau dia nyasar gak tahu arah ke sini?"(Namakamu) mulai khawatir karena sudah cukup lama Iqbaal tidak kembali ke ruang tamu.
(Namakamu) terlalu penasaran akhirnya ke dapur tapi disana tidak menemukan siapapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berhati Besar [IDR]
Fanfic[COMPLETED] Terus tersiksa saat kau bersamanya dan mencoba berhati besar menerimanya. (Namakamu) Daniella Maafkan aku! tapi, masih bisakah kita bersatu? Iqbaal Ramadian