Part 20 - Menyelidiki

859 77 0
                                    


HALOOOOO Readers!
I'm back!
kangen gak?
Sebelumnya aku mau ucapin terima kasih karena viewers cb BB mencapai 5K terus vote nya 600+ aku gak nyangka cerita abal-abal buatanku ini serame ini.

Thank you❤️❤️

Jangan lupa vote dan komentar lagi yaa... supaya aku lebih semangat buat lanjutin dan cepet update!

Selamat membaca!

***

Iqbaal tidak ingin pulang ke rumah untuk saat ini sehingga bukannya pulang malah melesat menuju rumah Mika. Entah kenapa dengan dirinya seperti ada yang salah namun tidak tahu apa?

Sepanjang perjalanan, ia memikirkan (Namakamu) berubah saat mengerjakan tugas peta dan ada seseorang memukul punggungnya cukup keras di dapur. Selanjutnya setelah siuman, Iqbaal sudah berada di sebuah gudang bekas mendengar sayup-sayup percakapan bahwa ini ulah dari (Namakamu).

Iqbaal tidak langsung percaya tetapi anehnya sosok Mika datang menyerahkan bukti cukup kuat (Namakamu) sedang berada disana memukul dirinya hingga pingsan lalu menelpon seseorang. Tak terasa iqbaal sudah berada di halaman rumah Mika yang tengah berbicara dengan seseorang lalu seseorang itu pergi terburu-buru setelah melihat keberadaan Iqbaal.

"Itu siapa?" tanya Iqbaal melirik sekilas seseorang itu penuh curiga.

Mika mengangkat bahunya dan menarik Iqbaal masuk ke dalam rumah.

Iqbaal menggeleng pelan mengusir pikiran buruk tentang Mika. Ia yakin Mika sudah berubah buktinya Mika menolong dirinya waktu itu. Kenapa harus menaruh curiga?

"Kakak ada apa kesini?" tanya Mika dari dapur membawa segelas minuman jus untuk Iqbaal.

"Aku kangen." Iqbaal tersenyum lalu meminum jus yang Mika buat.

(Namakamu) memijat pangkal hidungnya menyingkirkan rasa pusing yang menjalar. Ia sudah di kamar lima belas menit lalu dengan borongan pertanyaan dari sang Mama. (Namakamu) ketahuan saat membuka pintu kamar padahal sudah berjalan mengendap-endap tanpa suara. Mamanya memang punya jenis pendengaran sakti mungkin.

"Katanya sakit tapi jalan-jalan ke luar." sindir Lisa berdiri di depan pintu kamar (Namakamu) yang pasrah kena omel.

(Namakamu) memejamkan matanya berharap keberadaan mamanya berserta omelan tiada hentinya sedang nangkring di mimpi eh tetap saja terasa nyata dan memang nyata.

"Mam, aku tadi ke rumah Salsha bentar." kilah (Namakamu).

"Ngapain?" Lisa tetap kurang percaya dengan alasan anaknya.

"Hp ketinggalan disana, beneran mam percaya dong sama aku." kata (Namakamu) meyakinkan namun Lisa masih menatapnya penuh curiga.

(Namakamu) rasanya habis kata-kata mencari alasan yang mutakhir untuk sang Mama dalam mode marah itu. Mau jujur takut lebih marah lagi nanti.

"Mam aku ini anakmu, bukan anak bang Toyib yang tak pulang-pulang." ucap (Namakamu) semoga kali ini Lisa mau mendengarkan.

Lisa sudah tidak tahan lagi dengan alasan tidak nyambung (Namakamu) akhirnya berhenti bertanya dan menutup pintu. Susah juga mendapatkan jawaban (Namakamu) jika terus memendamnya sendiri saja. Menunggu (Namakamu) cerita itu ibarat menunggu cucian kering berubah menjadi cireng alias mustahil.

Setelah dirasa aman terkendali, (Namakamu) membuka sedikit pintu kamarnya untuk mengintip dan melihat mamanya sudah pergi sehingga (Namakamu) bisa bernapas lega. Ia harus lebih hati-hati menyiapkan strategi menyelidiki kasus yang menimpa dirinya.

Berhati Besar [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang