BAB 11

2.8K 517 45
                                    

Hari ini tepat hari Sabtu pukul 9 pagi, Mark sudah sampai di depan rumah Renjun. Rumahnya manimalis tapi elegan, sama seperti yang punya. Tingginya minimalis tapi elegan.

Kata Renjun, lebih baik Mark mengajak perginya saat siang sja, karena kalau malam Renjun tidak akan boleh keluar oleh ayahnya dan itu 100% kenyataan.

Mark mengeluarkan ponselnya dari saku celana.

[LINE]

Mark : Ren, gue udah di depan. Lo keluar gih.

Renjun : Aku udah siap. Tapi aku masih takut ketemu ayah

Mark : Dibilang gue aja yang izin. Gue masuk sekarang ya?

Renjun : JANGAN!
Renjun : Aku barusan udah minta tolong abang buat keluar nyamperin kamu. Tenang aja, abangku tau kamu kok.

Mark : Oke deh
Read

Linenya hanya dibaca oleh Renjun, akhirnya Mark menunggu abang Renjun keluar dari dalam rumah. Benar saja, tak berapa lama kemudian sosok tinggi dan tampan keluar dari dalam rumah.

Abangnya Renjun senyum ke arah Mark dan Mark hanya membalas dengan senyum canggung. Tapi untungnya Mark ganteng, jadi bebas.

"Temennya Renjun ya?" tanya abangnya Renjun sambil membuka pagar rumah.

Mark mengangguk pelan, "Iya, bang. Renjunnya ada?" balas Mark sesopan mungkin.

Iyalah harus sopan di depan calon kakak ipar. Hehehe.

"Renjun ada di dalam, cuma gue disuruh nemenin lo dulu disini. Ya bolehkan gue sekalian tanya-tanya soal lu," ujarnya.

Mark meneguk ludahnya lambat. Dalam hati dia sudah misuh-misuh. Mark panik banget, mana wajahnya mulai tegang lagi.

"Weh! Santai aja kali, gue nggak akan nanya macem-macem sama lu. Ekspresi lu juga nggak perlu kaya orang nahan boker gitu," ledek abangnya Renjun sambil menepuk pelan pundak Marm.

"Hehehe kaget gue, bang. Ditanya-tanya gitu, berasa diintrogasi," balas Mark canggung.

"Kenalin gue Qian Kun, panggil aja Kun," ujar abangnya Renjun yang bernama Qian Kun atau biasa dipanggil Kun seraya mengulurkan tangannya.

Mark menjabat tangan Samudra, "Nama gue Raden Marko Widyatna Abimanyu panggil aja gue Mark," balas Mark.

"Lo ada keturunan keratonnya?" tanya Kun.

"Ada sih dari kakek apa nenek ya? Gue lupa, bang," balas Mark sambil nyengir.

Kun mengangguk kecil lalu dia berdeham, "Mau ngapain ke rumah bokap gue, Mark?" tanya Kun yang memulai sesi introgasinya.

"Gue pengen ngajak jalan adek lo, bang," balas Mark.

Kun memperhatikan Mark sebentar, "Gini Mark, gue nggak pernah ngelarang lo jalan sama adek gue. Gue malah seneng kalo ada cowok yang ngajak jalan Injun. Tapi masalahnya bokap gue," ujar Kun.

"Bokap lu kenapa, bang? Sakit?" tanya Mark agak kepo.

Kun menoyor kepala Mark, "Sakit pala lo pitak! Nggaklah, bokap gue manusia paling sehat yang pernah gue liat. Umurnya udah 38 tapi masih seneng workout, bugar terus dia. Mana awet muda lagi, siapa yang nggak pusing coba punya bapak kaya gitu. Kadang gue minder," jelas Kun sambil menggerutu.

Mark bengong sambil memperhatikan Kyn, "Jadi inti masalahnya adalah bokap lu lebih ganteng dari lu gitu?" gumam Mark polos.

Kun menepuk keningnya, "Aduh bukan itu! Sorry, barusan gue kelepasan malah jadi curhat," ujar Kun sambil meringis.

Mark mengangguk pelan, "Terus?"

"Bokap gue ngedidik anaknya dengan keras, tapi nggak pakai cara semi militer kok. Yakali, serem amat," ujar Kun yang memulai penjelasan.

"Bokap gue punya banyak peraturan selama kita masih hidup bareng sama dia. Pertama, jangan pulang telat. Kedua, jangan main sama cowok. Ketiga, jam malam Injun itu jam 8 malam. Keempat, jangan punya social media kecuali Line dan WhatsApp. Kelima, Jangan PACARAN," jelas Kun yang bikin Mark benar-benar melongo.

Gila! Peraturan kolot kaya gitu masih ada ternyata. Hidup di 2020 tapi peraturannya kaya hidup di zaman batu gitu.

"Bokap gue paling nggak suka liat Injun main sama cowok atau cewek nggak jelas, kenapa? Soalnya bokap gue parno sama pergaulan zaman sekarang. Adek gue itu submisif, disenggol dikit aja nyustuk. Beliau takut Injun kebawa arus pergaulan zaman sekarang, makanya dia protektif dan itu juga kenapa dia ngelarang Injun punya pacar," lanjut Kun. "Jadi lo mau nanya apa?"

Mark menunduk seraya mengerutkan keningnya, "Temenan sama cowok aja nggak boleh, berarti jalan sama gue juga nggak boleh dong?" Tanya Mark yang antara bego dan polos.

Kun menggeleng, "Nggak bakalan boleh."

Mark menghela nafas lelah, dia udah capek-capek kesini masa pulang lagi?

Yakali gue harus nyamar jadi uke dulu, harus manis, polos, imut gitu cuma buat jalan sama Renjun? Anjir mau ditaro dimana muka gue

Nggak! Dia tidak akan menyerah dengan keadaan yang seperti  ini. Dia harus menghadapi ayah Renjun kalau mau mendapatkan restu dari ayahnya. Mark harus jadi anak pemberani! Dia harus jadi anak macan!

Dia harus jadi seperti anak biskuat!

Gue harus pantang menyerah dan pemberani kaya anak biskuat!

"Nggak, bang! Gue bakalan nyerah. Biarin gue ketemu sama bokap lo terus gue izin sama dia mau bawa anaknya pergi. Sebelum jam 8 gue janji bawa dia balik," ujar Mark mantap.

Kun menatap Mark dengan pandangan takjub. Mark memang berbeda dari yang lain, sesuai dengan apa yang diceritakan oleh Renjun.

Kun mengangguk, "Yaudah kalau itu mau lo. Ayo masuk ke dalam, bokap gue ada di taman belakang lagi kencan sama ikan-ikannya," ajak Kun yang membukakan pintu utama untuk Mark.

Mendadak Mark jadi deg-degan sendiri saat berada di dalam rumah. Dia tidak menyangka akan secepat ini bertemu dengan calon mertua hehehehe.

"Ayah, ini ada yang mau ketemu sama ayah," ujar Kun yang langsung membuat Mark tegang.

"Oh mana?"

Mampus gue mampus! Batin Mark panik. Ia memejamkan kedua matanya rapat-rapat.

"Ini, yah, dia namanya Mark. Dia kesini mau minta izin ngajak jalan dek Injun."

"Mi-misi, Om."

NGGAK KUAT GUE, KAMERA MANA DAH?!! MAU UDAHAN AJA GUE!

***

24th January 2020

Hayo siapa yang nggak sabar liat Markie ketemu sama Om Jendral?

Siap Jendral! 📌 Markren ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang