BAB 9

3.3K 511 45
                                    

Seminggu sejak peristiwa kejujuran Mark, hubungan mereka jadi lebih canggung dari sebelumnya. Bukannya semakin baik, malah semakin canggung. Bodoh memang.

Renjun jadi sedikit menjauh karena kejujuran Mark dan Mark yang sepertinya biasa saja, seakan tidak ada apapun yang terjadi. Dia juga sudah berusaha untuk tidak merasa canggung kalau dekat dengan Renjun tapi mirisnya Renjun malah menjauh tanpa alasan.

Mark bisa saja uring-uringan, tapi kalau dia uring-uringan masalahnya tidak akan selesai. Akhirnya dia memutuskan untuk tetap enjoy dengan hubungannya yang canggung ini dengan sang gebetan. Ya namanya juga Mark, dia tetap seperti biasa, tetap sok ganteng, tetap narsis, membuat semua orang yang medengar kenarsisannya ingin berkata kasar tapi faktanya dia memang ganteng.

Coba kalau jelek? Pasti udah wassalam tuh.

Udah jelek, nggak tau diri lagi!

Hari ini, Mark bertekad untuk mengajak Renjun makan siang bersama di kantin. Baru saja dia ingin mengajak Renju  ke kantin, eh yang ingin diajak malah mengeluarkan kotak bekalnya. Pupuslah harapan Mark saat itu juga. Ia hanya bisa menelan bulat-bulat niatnya barusan.

"Pft- kenapa muka lu?" tanya Lucas yang ada disampingnya. Laki-laki itu sedang berusaha menahan tawanya agar tidak meledak.

Mark melirik sini ke arah Lucas, "Berisik lo!" semprot Mark kemudian bangun dari duduknya dan meninggalkan Lucas yang masih duduk di kursinya. Lucas hanya memandang Mark dengan wajah polosnya.

"Loh gue salah apa? Kok galak amat?" gumam Lucas polos.

Renjun yang melihat kepergian Mark hanya bisa diam. Tangannya meremas kuat kotak bekal yang ada ditangannya. Dia memejamkan kedua matanya lalu menghela napas pelan. Harusnya ini buat Mark. Tapi kenapa nggak aku kasih?

Chenle yangㅡhamdalah pekaㅡsegera memberi kode pada Renjun. "Kalau itu buat Mark, kejar sekarang. Jangan dijauhin mulu Marknya. Dia udah berusaha jujur sama lo, Ren. Lo tega ngebiarin dia sedih kaya gitu?" ujar Chenle bijak.

"Taㅡtapi aku takut dia marah. Dia pasti marah banget sama aku," balas Renjun dengan ekspresi murungnya.

"Emang waktu Mark jujur sama lo, lo bilang apa? Lo nolak dia?" tanya Chenle lagi.

Renjun menggeleng, "Aku diam aja. Nggak jawab," balas Renjun lirih.

Chenle berdecak pelan, "Yaudah, kalau lo diam aja berarti lo nggak nolak dia kan. Mark orangnya nggak gampang marah kok tenang aja. Kalau marah tuh dia pasti selalu ngomong gini, Ya Allah tabahkan hati hamba-Mu. Kalau gue marah-marah nanti kegantengan gue jadi ilang, sabar Mark sabar. Gitu, Ren," ujar Chenle yang mengikuti cara bicara dan nada bicara Mark.

Renjun tersenyum saat mendengarkan suara tiruan Chenle.

"Yaudah, aku kejar ya."

Chenle mengangguk semangat dan membiarkan Renjun berlari keluar kelas untuk mengejar Mark.

"Gitu kek! Kesian lama-lama gue sama si Mark. Akhir-akhir ini dia suka curhat sama gue. Ngomong dari A sampe Z terus kalau udah kelar dia putusin gitu aja sambungannya," gumam Lucas dan didengar oleh Chenle.

"Ya baguslah. Dia ini yang nelepon lu, Cas. Pulsa lu save lah," balas Chenle santai.

"Iya juga sih."

Chenle menoleh ke arah Lucas yang ada dibelakangnya, "Lo selalu dengerin curhatannya Mark?" tanya Chenle kepo.

Lucas menatap ke arah Chenle dengan polosnya. "Nggak juga sih. Lebih sering gue tinggal. Jadi biarin aja dia ngomong sendiri, guenya sibuk main PS," balas Lucas santai.

Siap Jendral! 📌 Markren ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang