BAB 17

2.6K 515 43
                                    

Makin hari makin turun aja votenya hdh. Ayo dong gais!!! Feedbacknya jangan lupa, yang mau protes bole,,

***

Hari itu juga Mark langsung dibawa Dani ke tempat biasa ia dan Kun olahraga tiap Minggu. Tidak begitu jauh dari rumah, naik mobil 5 menit juga sampai. Mark sudah dengan setelan olahraganya, begitu pula Dani. Dani menatap Mark dengan pandangan datar.

"Saya mau kamu lari 12 menit kelilingin lapangan ini. Hitung putarannya dan jangan curang dalam menghitung. Saya emang nggak tau tapi Allah tau. Paham?" ujar Dani.

"Paham, pak!" balas Mark dengan tegas.

"Sebelumnya kamu pemanasan dulu biar nggak cedera," ujar Dani yang sudah memulai peregangan terlebih dahulu.

Mark menurut dan mulai melakukan peregangan. Dari ujung kepala sampai ujung kaki, tidak lupa dia berdo'a demi kelancarannya dalam menghadapi tiap latihan, yang menurutnya sama dengan ujian ini, oleh Jendral Dani.

Untung aja gue ngelakuin ini demi anaknya. Kalo bukan, udah jauh-jauh gue dari sini. Mark mendengus pelan sambil melakukan peregangan.

"Udah selesai peregangannya?" tanya Dani.

"Udah, pak," balas Mark pendek.

"Oke siap-siap. Saya mau mulai."

Mark berjongkok. Lutut sebelah kirinya menyentuh tanah sedangkan yang satunya lagi ia tekuk. Kedua tangannya menapak pada tanah.

"Bersedia! Siap!"

Posisi Mark mulai menungging dengan posisi wajah menghadap ke belakang. Jangan menghadap depan nanti otot belakang leher bisa cedera, tegang dan bengkak.

PRIT!

Mark langsung berlari dengan kecepatan normal. Mulutnya terkatup rapat dan ia bernafas lewat hidung. Kenapa lewat hidung? Karena kalau bernapas lewat mulut, napasnya akan pendek, cepat habis dan bisa membuat tubuh langsung capek dan lemas.

Yang digunakan disini bisa penapasan dada atau perut. Suka-suka saja. Jangan berbicara juga, karena kalau berbicara bisa membuat napas ngos-ngosan dan makin capek. Usahakan telapak kaki ditapakkan ke tanah/aspal/rumput jangan langsung semuanya. Tapi bagian belakang (tumit) baru bagian depan (jari-jari kaki) atau mau dibalik juga bisa.

Untung aja gue anak wushu, jadi udah biasa lari-larian kaya gini. Coba kalau bukan? Hadeh! Udah KO pasti gue. Gagal deh dapetin Renjun.

Dani terus mengawasi pergerakan Mark yang masih berlari dengan kecepatan stabil dimenit-menit awal. Kedua sudut bibirnya terangkat, dia tau kalau Mark mampu melakukan semua tes yang dia berikan.

Dia sengaja melakukan ini supaya dia tidak asal saja menyerahkan anak bungsu kesayangannya untuk pacaran dengan orang sembarangan. Dia mencari orang yang benar-benar serius dan tulus pada Renjun. Karena Dani tidak mau Renjun sampai lecet atau tergores sedikit saja.

Sampai itu kejadian, Jendral Dani akan marah besar dan dia akan kecewa dengan diri sendiri karena gagal mengurus dan menjaga anak bungsunya.

Dani melirik ke arah stopwatch nya, seketika matanya membulat, "Astagfirullah! Kelebihan 2 menit. Maafin saya, Mark," desis Dani panik saat melihat angka di stopwatch yang sudah mau menuju ke angka 15 menit.

PRIT!

Dani kembali meniup peluit panjang dan Mark berhenti berlari. Anak laki-laki itu jatuh terduduk dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Lurusin dulu kaki kamu, saya kasih waktu buat istirahat 10 menit abis itu lanjut lagi," ujar Dani yang kemudian menyerahkan sebotol air mineral pada Mark.

Siap Jendral! 📌 Markren ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang