BAB 12

2.7K 521 59
                                    

Ini chapternya ngga banyak loh. Bentar lagi juga kelar 👀

Apresiasi jangan lupa ya!

***

Mark duduk di sebuah kursi kayu di teras belakang rumah Renjun. Dihadapannya ada seorang pria patuh baya (38) yang merupakan ayah dari Renjun dan Kun.

Jujur saja, Mark melihat ayah Renjun alias Om Jendral mendadak minder. Ini muka dia yang boros, atau muka Om Jendral yang awet muda?

Gila! Muka gue kalo dibandingin sama Om Jendral nggak ada apa-apanya. Cakepan Om Jendral kemana-mana. Pantesan Bang Kun minder.

"Siapa nama kamu?" tanya om jendral dengan nada datar. Matanya tidak menatap Mark, dia sibuk memperhatikan kolam ikan koinya.

"M-Mark, Om," balas Mark dengan nada gemeteran.

ZING!

Mata Om Jendral mendelik untuk menatap Mark, "Mark, kenalin saya Dani. Jendral Dani," ujar Dani dengan penuh penekanan.

Mark hanya mengangguk-ngangguk seperti anjing-anjingan dashboard.

"Mau apa kesini?" tanya Dani lagi.

"Ma-mau ngajak Renjun pergi keluar, Om," balas Mark yang masih gagap.

Sejak tadi tangan Mark sudah dingin dan pucat saking gugupnya, bahkan mengeluarkan keringat dingin, jantungnya jedag-jedug seperti sebentar lagi akan jatuh ke perut.

Dani melirik ke arah Mark lagi, "Kamu udah tau prinsip apa yang saya pegang?" tanya Dani datar lalu dia menoleh ke arah Kun, "Kamu udah kasih tau dia apa aja prinsip yang Ayah pegang, Kun?"

Kun menelan ludahnya lalu mengangguk, "U-udah yah," balas Kun.

Dani kembali menatap ke arah Mark. Dia menatap Mark dengan pandangan remeh sedangkan Kun hanya menatap Mark dengan pandangan prihatin.

Dia tidak bisa membantu Mark karena dia juga takut dengan ayahnya.

"Ma-maaf, om, tapi saya cuma sebentar kok ngajak Renjun keluarnya. Saya udah janjian sama Renjun kemarin," tukas Mark lagi dengan penuh keberanian.

"Kok kamu berani ngajak anak saya janjian tapi anak saya belum dapet izin dari saya?" balas Dani.

"Ya makanya saya minta izin sekarang, om," ujar Mark tidak mau kalah.

Kun memperhatikan Mark dengan takjub, akhirnya ada yang bisa melawan Pak Jendral. Dia aja nggak berani hehehe.

Dani menatap Mark dengan wajah datarnya, "Anak muda zaman sekarang selalu aja ngejawab. Heran," desis Dani seraya memijat pangkal hidungnya.

"Kun, panggil adik kamu. Ayah mau denger sendiri dari dia," titah Dani pada Kun.

Kun manut saja kemudian dia masuk ke dalam rumah untuk memanggil adiknya dan meninggalkan Mark dengan ayahnya di teras belakang.

Tak lama kemudian, Kun dan Renjun keluar dari dalam rumah. Si Mungil berjalan di belakang Kun dengan pandangan menunduk.

"Duduk, Injun," titah Dani mempersilahkan Renjun duduk di sebelah kanannya.

"Siapa dia?" tanya Dani seraya menunjuk Mark dengan dagunya.

"Te-temen Injun, yah," balas Renjun yang masih menunduk.

"Mau kemana kamu?" tanya Dani lagi.

"M-mau jalan sama Mark, yah," balas Renjun lagi.

"Kemana?" tanya Dani lagi.

Renjun menggeleng lalu Mark mendongak, "Saya mau ngajak Renjun liat sunset di Jakarta, om," balas Mark cepat.

"Sunset di Jakarta? Emang keliatan?" tanya Kun nyeletuk.

Mark menggeleng, "Emang nggak keliatan tapi kerasalah. Ngeliat langit warna oren aja udah kerasa sunsetnya," balas Mark seraya tersenyum.

"Naik apa?" tanya Dani lagi.

"Saya kebetulan bawa mobil, om," balas Mark.

Dani mendongak, "Kamu punya SIM?" tanya Dani seraya mengangkat sebelah alisnya.

Mark mengangguk, "Saya udah 18 tahun, Om. Saya punya SIM," balas Mark lalu mengeluarkan dompetnya dan menunjukkan SIMnya.

Dani mengambil SIM milik Mark lalu membolak-balikkannya, "Nggak nembak kan?" tanya Dani ragu.

Mark menggeleng mantap, "Nggak om, saya tes ke Polres," balas Mark mantap.

Maksudnya tes ke polres 5 kali, nembak 1 kali. Ya itu makanya jadi juga SIMnya. Sama aja seperti waktu nembak SIM motornya.

Dani mengangguk lalu dia mendesah pasrah.

"Yaudah."

Seketika hening...









"Maksudnya om?" tanya Mark dengan wajah bodohnya.

Dani mendengus, "Yaudah sana, katanya mau jalan sama anak saya," balas Dani.

Kun dan Renjun membelalak, untuk pertama kalinya selama 17 tahun hidup Renjun, ia diizinkan untuk pergi berdua dengan laki-laki. Dominan pula.

"Serius yah?!!" seru Renjun setengah berteriak.

Dani mengangguk, "Iya," balas Dani pasrah.

Renjun berdiri dari duduknya dan langsung melompat memeluk Kun. Abangnya memeluk balik adik satu-satunya.

Renjun melepaskan pelukannya dari Kun lalu beralih memeluk ayahnya yang masih duduk dan memasang wajah pocker face.

"Makasih ayah!! I love you!!!" seru Renjun lalu mencium pipi Dani.

"Hm."

Dani cuma berdeham saja sedangkan Mark masih diam dengan wajah polosnya.

"Tapi ada syaratnya," ujar Dani tiba-tiba.

"Ya, om?"

"Jangan pegang-pegang anak saya, jangan kasih dia jajan sembarangan, jangan lupa sholat dan jangan pulang lebih dari jam 8. Kalo kamu langgar semua itu, nggak segan-segan saya ngejauhin Injun dari kamu," jelas Dani penuh penekanan dan tegas. Tanda ia tidak ingin dibantah.

Mark bangkit dari duduknya lalu hormat pada Dani, "Siap, Om Jendral! Saya laksanain semua syarat dari Om," balas Mark semangat.

"Om, om! Panggil saya pak jendral!"

"I-iya, pak jendral!"

Kun dan Renjun hanya tertawa melihat perubahan wajah Mark yang tegang dan ketakutan seperti awal.

"Yaudah sana pergi sebelum ayah berubah pikiran lagi," usir Dani tanpa melihat ke arah Renjun.

Mark mengangguk, "Saya sama Renjun pergi dulu ya, pak jendral. Assalamu'alaikum," pamit Mark.

"Wa'alaikumsalam," balas Dani dan Kun bersamaan.

Mark dan Renjun pergi keluar dari rumah meninggalkan Dani dan Kun.

"Yah, abang nggak nyangka kalo ayah bakalan ngizinin Injun pergi," ujar Kun yang masih tidak percaya.

Dani menghela nafas, "Nggak taulah," balas Dani.

Dani bangkit dari duduknya lalu berjalan masuk ke dalam.

"KUN!!! KURAS KOLAM KOI SAMA LELE AYAH YA!!!"



Kun misuh-misuh nggak jelas.

"Sialan! Untung bokap! Kalo bukan gue lempar sendal nih!"

"AYAH DENGER, KUN!!! KAMU MAU LEMPAR AYAH PAKE SENDAL?!!"

"EH NGGAK YAH NGGAK!!!"

***

26th January 2020

Pak jendral luluh juga sama Mark! Harus gentle ya, kaya Mark!

Siap Jendral! 📌 Markren ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang