Karna definisi dari pilihan itu adalah "Kamu"***
Di sinilah Ocha, di depan gerbang sekolah barunya yang menurutnya luar biasa sangatlah besar.
Sekolah Calvert
Sudah bisa di tebak dari awal bagaimana selera Papanya dalam memilih sekolah. Pastilah sekolah dengan visual yang mewah dan megah seperti yang dilihatnya sekarang ini.
"Papa sayang banget kayaknya ya sama Ocha, di kasih pengalaman melangkahkan 1000 langkah dulu nih baru nyampe kelas" ujar Ocha dengan gaya herannya,
"Kalo Ocha nggak sehat mubadzir nih" lanjutnya, lalu melangkahkan kakinya ke dalam sekolah menikmati 1000 langkah yang sudah diperkirakannya tadi.
Ocha memasuki gedung pertama yang menurutnya memang sangat cocok jika sekolah ini di juluki sebagai Gold School seperti yang ramai orang katakan.
Bagaimana tidak, bangunan yang luar biasa megah dan luas, dengan di sambut pintu masuk yang tinggi gagah berdiri menjadi salah satu bukti betapa berkualitasnya bangunan sekolah didepannya ini.
Sekarang Ocha sudah berada di Gedung Pertama, jika di lihatnya sepintas tadi Sekolah Calvert ini memiliki empat gedung yang dapat dipastikan sangatlah luas dan megah semua.
Empat gedung yang saling berjejer dengan bentuk dan jumlah lantai yang sama. Ah sungguh Ocha tidak tau, gedung-gedung itu isinya apa aja sampe-sampe harus mendirikan gedung sebanyak dan seluas itu.
"Kelas Ocha dimana ya Allah, udah 2000 langkah, kaki Ocha pegel" hela Ocha sambil mengelap keringatnya layaknya drama orang kelelahan,
Padahal sudah dapat dipastikan gedung sekolah itu tidak akan pernah melewatkan yang namanya AC.
"Eh eh bentar, tadi didepan gedung ini tulisannya apaan yaa" ujar Ocha sambil mengingat-ngingat kembali plang besar yang dilihatnya di depan gedung ini tadi.
Sama sekali belum mendapatkan ingatannya kembali tentang plang itu, Ocha memutuskan putar balik kembali ke pintu awal gedung ini, memastikan gedung apakah yang dia tapaki sekarang.
Ocha ber "o" ria melihat tulisan singkat pada plang tersebut yang menuliskan GEDUNG KELAS X yang di yakininya pasti gedung ini dikhususkan untuk anak kelas X.
"Kalo ni gedung buat anak kelas 10, lah buat kelas Ocha dimana donk" omel Ocha yang entah sama siapa dia mengomel, mungkin pada tembok besar yang kagak bakal bisa bergoyang.
"Kalo begini ni, harus cari jodoh Ocha nih, wajib, lumayan nambah uang jajan" pikirnya sambil mengetukkan jari telunjuk didagunya.
Bagaimana tidak, sekolah semewah ini pasti menampung pangeran-pangeran muda konglomerat bukan.
"Ada yang bisa dibantu nona" sebuah suara ramah memotong kerja otak Ocha.
Ocha membalikkan badannya dan didapatilah seorang bapak-bapak yang diperkirakannya sudah berkepala empat sedang memegang penyedot debu dengan senyum ramahnya.
"Eh pak, maaf, saya Okagina siswi baru di sekolah ini, panggil aja Ocha pak" jawab ocha ramah tidak lupa dengan senyum di bibirnya.
"Bapak bisa bantu Ocha nggak"lanjut Ocha.
Bapak tersebut tersenyum,
"Nona mau diantar ke kelas atau ke ruangan kepala sekolah" tanya bapak itu sekali lagi.
Ocha sebenarnya agak canggung mendengar dirinya di panggil dengan embel embel nona. Tapi hal itu dia tepiskan karena yang penting baginya sekarang adalah dia harus menemukan kelasnya dimana segera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Definition of Choice
Teen FictionIni cerita tentang dia dan dia yang memilihku Ini cerita tentang aku yang sangat bahagia saat diperebutkan Ini cerita tentang aku yang bingung harus memilih siapa Ini cerita tentang dia yang menyakitiku Ini cerita tentang dia yang kembali kepadaku I...