"Mawar merah terarah, untuk diriku yang entah siapa"*****
Bola orange itu mengelilingi ring basket dengan sempurna.
Sesempurna teriakan dari seluruh penonton pertandingan basket di lapangan utama Sekolah Calvert.
Tidak lupa dengan spanduk sebagai tanda bukti dukungan mereka untuk sang idola.
Sekolah Calvert menjadi tuan rumah.
Pertandingan persahabatan ini memberikan keuntungan bagi tim lawan beserta suporternya.
Bagi mereka, hal tersebut bisa membuat mereka melihat betapa megah dan indahnya sekolah tersebut dari dalam.
Calvert Team.
Ya, itu nama tim dari mereka yang telah memenangkan pertandingan basket pada hari ini.
Hari ini merupakan kali pertama setelah tiga bulan rakyat Calvert tidak melihat Pangeran mereka memainkan bola basketnya.
Alasannya kenapa ?
Karena saat latihan mereka lebih memilih lapangan privat sebagai tempat latihan.
Sehingga rakyat Calvert hanya bisa melihat mereka memainkan bola itu pada saat pertandingan di lapangan utama.
"Kak Diktaaaaa",
Laki-laki itu mengarahkan pandangannya sekilas ke arah gerombolan suporter Calvert.
Menunjukkan senyum manisnya singkat sambil menyisir pelan rambutnya ke belakang.
Membuat suara teriakan tadi semakin bergemuruh.
Laki-laki itu benar-benar tampan,.
Disisi lain,
Diruangan megah khas seorang fotografer.
Seorang laki-laki dengan mata elangnya sedang memandang beberapa hasil tangkapan kamera dilaptopnya.
Matanya meniti satu per satu foto yang terpatri disana.
Selang beberapa detik kemudian wajahnya berubah datar, mengandung makna yang hanya dirinya dan Tuhan yang tau.
Laki-laki itu mengambil handphone-nya yang tergeletak pasrah di meja.
"As always" ujarnya datar menghubungi orang diseberang sana.
Beberapa menit kemudian datanglah lima belas siswi masuk ke dalam ruangan laki-laki itu berada.
Hening,
"Kakak manggil kami kak" Tanya salah satu gadis mencoba mengeluarkan suaranya dengan senyum yang sengaja di lebih-lebihkan diikuti dengan siswi yang lainnya.
Dengan tujuan untuk...
Ah kalian pasti sudah tau.
"Ada yang perlu kami bantu kak" tanya gadis di sampingnya masih dengan gaya senyum yang tadi.
Tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop, laki-laki tersebut mengangkat suaranya.
"OFF" kata laki-laki itu dingin tapi tegas, dengan tangan yang masih asyik menari di keyboard laptopnya.
Ke lima belas gadis tersebut terkejut dan melongo dengan posisi mulut menganga.
Yah, mereka tau makna itu.
"Keluar" titah nya.
Dengan langkah gontai siswi-siswi itu pun langsung mengikuti perintah sang ketua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Definition of Choice
Teen FictionIni cerita tentang dia dan dia yang memilihku Ini cerita tentang aku yang sangat bahagia saat diperebutkan Ini cerita tentang aku yang bingung harus memilih siapa Ini cerita tentang dia yang menyakitiku Ini cerita tentang dia yang kembali kepadaku I...