PART 11

29 4 0
                                    

Bissmillah,

Alhamdulillah udah sampe Part 11
Mohon dukungannya ya teman-teman,

Mohon vote dan comment-nya sesudah ataupun sebelum baca,

Karna itu sangat mendorong bagi penulis baru seperti aku

Makasih banyak,

💖

*****

"Apa yang akan kalian lakukan, ketika hati dan pikiran tidak berani menyimpulkan"

*****

💫💫💫💫💫

“Demi apa, Kak Dikta nembak Lo, terus Kak Megan perlakuannya begitu sama Lo, astagaaaa ” teriak Sia histeris.

Ocha baru saja menyelesaikan ceritanya mengenai aksi Dikta tadi malam.

Dikta yang dengan manisnya meminta dirinya untuk memberikan sebuah kesempatan agar Ocha menerima setiap perlakuan yang akan Dikta berikan nantinya.

Meminta menjadi kekasih, bukan, bukan itu maksud Dikta, tapi Dikta menginginkan Ocha benar-benar membuka hatinya terlebih dahulu sebelum Dikta benar-benar meminta Ocha menjadi pacarnya.

Karena Dikta tahu Ocha belum memiliki perasaan yang pasti untuk dirinya sekarang.

Dan dengan lugunya Ocha menganggukkan kepalanya menurut.

Ntah lah Ocha tidak tahu, yang pasti Ocha tidak memiliki jawaban lain selain menganggukkan kepalanya.

Jika ditanya apakah Ocha baper, iya Ocha sangat baper dengan perlakuan manis kakak kelasnya itu.

Tapi sampai sekarang Ocha benar-benar belum sepenuhnya mengerti dengan maksud Dikta.

Selain itu mengenai Megan yang dengan rela menemani Ocha menunggu Pak Bimo, sampai pandangan Megan yang sangat berbeda saat Dikta memintanya untuk memberi kesempatan, juga berputar indah di otak bodohnya si Ocha.

Ocha benar-benar bingung sekarang.

Dan Ocha sama sekali tidak berani untuk menarik kesimpulan.

Dirinya bukanlah siapa-siapa jika harus disukai oleh laki-laki seperti Dikta maupun Megan, yang notabennya orang yang sangat luar biasa dalam segala hal.

“Ih Siaaa, Kak Dikta bukannya nembak, tapi minta Ocha buat nerima setiap perlakuan manisnya Kak Dikta, biar hati Ocha kebuka gitu, ngerti nggak sih” kesal Ocha geregetan karena apa yang dikatakan Sia barusan bisa di bilang melenceng dari maksud Ocha.

“Dan Kak Megan, mungkin pas di sekolah kebetulan kasian aja sama Ocha, terus masalah pandangan Kak Megan itu Ocha yang salah artiin mungkin” lanjut Ocha.

“Tapi Cha, itu be-…….”

“Mbak, pisang goreng coklatnya mana” teriak Tristan menggema.

Mereka sedang berada di gazebo rumah Ocha sekarang. Tristan yang asyik dengan headphone-nya sedangkan Rio sibuk dengan ponsel dan laptop-nya.

“Eh cacing tanah liat, Lo kira rumah Ocha tempat jual gorengan, seenak mulut Lo aja”

“Keripik kentang gue abis noh, Lo nggak liat apa”

Definition of ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang