PART 10

37 5 0
                                    

Bissmillah,

Alhamdulillah udah sampe Part 10
Mohon dukungannya ya teman-teman,

Mohon vote dan commentnya sesudah ataupun sebelum baca,

Karna itu sangat mendorong bagi penulis baru seperti aku

Makasih banyak,

💖

*****

"Kalimat seperti apa yang akan aku keluarkan, untuk kamu yang berani mengungkapkan"

*****

💫💫💫💫💫

Ocha baru saja tiba di rumah. Tanpa ba bi bu lagi Ocha langsung memasuki kamar dan mendudukkan diri di kasur empuknya.

Ocha membuka tas berwarna biru mencari apa yang diterimanya tadi pagi di sekolah. Surat dari Dikta.

Sejak menerima surat itu, Ocha sudah di ikat oleh rasa penasaran.

Andai saja tadi Dikta tidak mengharuskannya membuka surat itu rumah, sudah dapat dipastikan detik pertama itu juga Ocha akan membuka surat yang memancing rasa penasarannya itu.

Setelah menemukannya, tangan Ocha terulur menarik pita berwarna pink peach cantik itu.

Ocha membuka surat tersebut dan seketika bibir Ocha tertarik, membentuk lengkunan ke atas, di kedua sudutnya.

Ocha tersenyum sumringah membaca pesan singkat dan padat pada surat yang diberikan Dikta tadi.

Oh my God, Bundaaaa” pekik Ocha tertahan sambil lompat-lompat tidak jelas di atas kasur kamarnya. Terlalu bahagia.

"Gue tunggu kedatangan Lo di Kafe Galaksi malam ini jam 19.00."

Jantung Ocha benar-benar berdetak kencang.

"Aduh Kak Dikta, ngajak ketemuan aja pakek surat, sopan banget deh, dipitain segala lagi, ucul banget sih"

Ocha membaca sekali lagi isi surat itu. Dia benar-benar tidak menyangka akan ngedate malam ini bersama Dikta. Sang pangeran Calvert.

Ngedate sama pangeran Calvert, demi apa ?

Tunggu-tunggu, ngedate ?, kenapa Ocha seyakin itu pikirnya.

“Bodo amat ah, mau dibilang ngedate atau bukan, Ocha nggak peduli, yang penting malam ini Ocha puas-puasin mandangin wajah gantengnya Kak Dikta”

“Tapi….” Ocha menangkupkan kedua tangannya di dagu.

“Malam ini Ocha pakek baju apaan yah, Ocha kan harus cantik, biar nggak kayak majikan ama pembantunya gitu kalo lagi sama Kak Dikta”

Ocha berjalan menuju lemarinya. Menimang-nimang dress seperti apa yang akan dia pakai.

Tapi nihil, Ocha merasa semua pakaian yang ada di lemarinya ini mendadak keliatan lusuh.

Lusuh ketika membayangkan harus di sandingkan dengan salah satu pangeran Calvert. Ahh Kak Dikta.

“Tunggu, kok Ocha keliatan kayak mau ditembak gini yah, padahal kan Ocha nggak tau maksud Kak Dikta deketin Ocha apaan”

Ocha duduk lagi di atas kasurnya.

“Ini juga jantung Ocha, dari tadi disko mulu’, nggak mau ishoma apa, nggak ada capek-capek nya deh”

Definition of ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang