Definition of Choice

PART 15

Bissmillah,

Alhamdulillah udah sampai Part 15
Mohon dukungannya ya teman-teman,

Mohon vote dan comment-nya sesudah ataupun sebelum baca,

Karna itu merupakan salah satu apresiasi dari kalian semua, menghargai tulisan yang kalian baca ini,

Karna itu juga sangat mendorong bagi penulis baru seperti aku,

Makasih banyak,

💖

💫💫💫💫💫

Mobil super sport Megan baru saja memasuki gerbang utama sekolah Calvert.

Seperti biasa, selalu saja mengundang seluruh pandangan dan pekikan tertahan dari rakyat Calvert.

Ocha yang masih berada di dalam mobil mengedarkan pandangannya melihat semua sisi sekolah itu.

Ocha gelisah.

Dirinya tidak sanggup membayangkan jika tiba-tiba keluar dari mobil ini. Bersama Megan sang Pangeran Calvert.

Bisa-bisa dirinya menjadi pusat perhatian lagi.

Ocha menarik nafasnya dalam. Kemudian menghembuskannya dengan sekali sentakan.

Mengumpulkan nyalinya. Dirinya takut jika harus di pandang dengan berbagai macam arti pandangan lagi.

Ocha tidak seberani itu.

Pintu mobil terbuka, menampilkan Megan yang sudah berdiri disana.

Sadar dengan kecemasan yang terpatri pada wajah Ocha. Megan mengulurkan tangannya.

"Ayo"

Ocha menyambut tangan Megan dengan wajah takut-takut.

Saat baru saja Ocha keluar dari mobil, pekikan tertahan tadi semakin marak terdengar di telinga Ocha.

Ocha menundukkan kepalanya takut.

Sekolah ini bisa saja mempunyai segerombolan siswi-siswi yang suka melakukan hal semacam pembully-an.

Dan Ocha sangat takut jika hal itu terjadi kepada dirinya.

Megan memegang dagu Ocha. Mengarahkan wajah Ocha agar memandang dirinya.

Jarak wajah mereka hanya sekitar 30 cm.

"Tuhaaan, pengen kayak Ocha"

"Pengen di pegang dagunya juga kayak dia"

"Beruntung banget cewek itu"

"Ah kepala gue puyeng"

"Runtuh sudah penungguanku"

"Dalem amat Ya Allah"

"Kenapa, hmm"

"Ocha tt-takut" jawab Ocha apa adanya.

Matanya masih saja bergerak kemana-mana.

Megan tersenyum tipis dan menurunkan tangannya dari dagu Ocha.

"Ayo".

Lagi. Megan mengulurkan tangannya lagi ke arah Ocha.

Ocha mengangguk mencoba bersikap biasa saja dengan pandangan yang masih menjadikan dirinya dan Megan sebagai objek utama.