PART 20

27 2 0
                                    

"My Blackcard"

Mario Genta Pradipta

*****

Rio dan Tristan mengelap wajah dengan tangannya masing-masing. Muka mereka memerah menahan perasaan menyerah. Tapi mereka hanya bisa pasrah sekarang.

Pasalnya mereka sedang menemani badak dan landak betina belanja keliling mall.

Akibat ulah mereka yang tidak mampu memberi Ocha saran masalah dua Pangeran Calvert itu. Mereka harus rela melelahkan semua yang ada didiri mereka hari ini. Lelah hati, lelah tenaga, dan lelah dompet.

Tapi yang lebih mendominasi adalah si landak betina mereka. Kegilaan gadis itu muncul lagi. Sedangkan si badak betina, dia lebih jinak kali ini.

"Aduh, Yo, sumpah demi apa, hari ini gue capek banget"

"Tenaga mereka di charg berapa lama sih, semalaman ? awet banget elaaaaah" serah Tristan Frustasi.

Rio meregangkan kedua tangannya. Sangat kaku sekali. Menenteng belanjaan si landak betina. Karena hari ini dirinya yang membawa paperbag full belanjaan Ocha ditangannya ini. Dari yang paling ringan sampai yang paling berat.

"Tau, heran gue, tangan gue tersiksa banget" Wajah Rio meringis memandang kedua lengannya yang menegang.

"Baru aja sebulan kita aman dari yang beginian, ee sekarang kejadian lagi" miris Rio.

"Pakek blackcard Lo aja yah hari ini" pinta Tristan.

"Enak aja Lo, NGGAK ADA, bangkrut gue" tolak Rio mentah-mentah.

"Kan akhir-akhir ini Lo yang di laptop terus, pasti duit Lo lagi banyak-banyaknya kan" tuding Tristan menyudutkan Rio.

"NGGAK"

"Elah Yoo pelit amat sih"

"Gue nggak pelit" Rio memicingkan matanya ke arah Tristan.

"Lo yang pelit, gue tau kalo Lo di kamar diam-diam juga nongkrong depan laptop kan, sengaja buat ngehindar sama palakan tu dua cewek gila" sarkas Rio menunjuk wajah Tristan.

Tristan nyengir kuda. Benar apa kata Rio. Sejak Ocha pindah sekolah, sejak itu pula Tristan lebih memilih mengerjakan tuntutan bisnisnya dirumah. Takut semakin dipalakin.

Karena dua cewek gila itu hanya akan memalak siapa yang keliatan sering di depan laptop, baik itu Tristan ataupun Rio.

"Tuh kan bener"

"Iya iya, gue takut aja sama mereka, kalo liat kita kerja, makin semangat aja nyiksa nya"

"Hufff, sampai kapan ya kita begini" wajah Rio begitu pasrah.

"Sampai kapan-kapan"

"Apa kita pecat aja mereka jadi sahabat" pikir Rio sambil mengacungkan jari telunjuknya.

"Bener tuh, setuju" jawab Tristan semangat.

"Tapi gue sayang"

"Iya sih gue sayang" ujar Tristan sedih.

"Tapi gue capek di jadiin bodyguard ter-menderita sedunia"

"Iya sama gue juga capek"

"Apa kita kabur aja yah"

"Gue setuju tuh"

"Tapi kalo kabur, ntar si dua betina malah makin gila"

"Ho'oh, jangan kabur deh, jangan" ujar Tristan menganggukkan kepalanya cepat.

Definition of ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang