Edisi XVI - Butterfly Effect

2.4K 153 59
                                    

The butterfly effect is an idea that says that a small change can make much bigger changes happen; that one small incident can have a big impact in the future.

"Ada yang kalian sembunyikan dariku?" tanya Jimin to the point.

Semua mendadak tegang.

Membuat Jimin menyadari sesuatu.

Sesuatu yang pasti mereka sembunyikan.

"Kau mengalami pengumpalan darah serta pendarahan dilambung sehingga butuh banyak darah. Rumah sakit tidak punya stok darahmu jadi seseorang mendonorkannya untukmu" ucap Namjoon sambil mengurut dahinya frustasi.

"Oke, lalu...?"

"Orang itu saat ini tidak sadar karena...dia mendonorkan darahnya saat mengalami hipotensi..." lanjut Jungkook yang akhirnya tidak bisa menyembunyikan tangisannya.

Hati Jimin mendadak gusar.

Mengapa Jungkook tiba-tiba menangis?

Entah kenapa feelingnya mengatakan bahwa ada yang tidak beres dan intuisinya mengarah pada seseorang.

Seseorang yang sangat Jimin tidak harapkan keluar dari mulut mereka.

Yoongi menghela nafas sambil menepuk pundak Jimin.

"Jimin, orang itu, Seokjin" ucap Yoongi datar namun cukup memutar balikkan dunianya.

Jimin ingin segera mencabut infuse-nya dan pergi menemui Seokjin namun Yoongi dan Hoseok lebih cepat tanggap dan mampu menahan Jimin yang tengah kalap sekarang.

"LEPASKAN AKU! LEPASKAN AKU!" amuk Jimin berusaha diredakan oleh Yoongi dan Hoseok.

"Park Jimin! Tenanglah!"

"TENANG KALIAN BILANG!? ORANG YANG KUCINTAI HAMPIR MATI DUA KALI KARENA AKU HYUNG! KARENA AKU!"

Satu tamparan mengenai pipi Jimin.

Dari Yoongi.

"Jaga bicaramu. Dia tidak mati. Dia hanya tidak sadarkan diri" sentak Yoongi tegas.

Pada akhirnya suster yang memasuki kamar Jimin kaget mendapati selang infuse pasiennya kini berisi darah.

"Aku ingin bertemu dengannya. Bagaimanapun caranya aku ingin bertemu dengannya" putus Jimin final tidak menyediakan ruang bantahan disana.

Dan semua orang yang ada diruangan itu tidak ada yang ingin berurusan dengan seorang Park Ji Min.

///

Jungkook pernah bertengkar hebat dengan ayah kandungnya sendiri.

Kalian tak salah dengar, benar, ayah kandungnya, yang bahkan tak sudi memberikan marganya kepadanya.

Jika tidak ditolong keluarga Jeon, mungkin Jungkook tak akan bisa seperti sekarang. 

Namun selain orang tua, hyungnya, dan temannya, ada satu orang yang paling berjasa.

Seorang pemuda dengan kemeja pelaut mirip popeye berwarna biru dengan celana bahan pendek yang sewarna dengan kemejanya.

"Apa kamu lapar?" 

Ujar sang anak kecil tersebut sambil memberinya ramen.

Lucunya, tiga belas tahun kemudian, pemuda itu juga menghindangkan ramen.

Dan kini pemuda itu terbaring lemas di ranjang rumah sakit karena mendonorkan darah untuk hyungnya yang kini tengah duduk tenang disamping kursi ranjang.

вещие (Veshchiye) - Precognitive DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang