Edisi XIII - Benang Merah (Part 1)

1.3K 156 3
                                    

The Red Thread of Fate (simplified Chinese: 姻缘红线; traditional Chinese: 姻緣紅線; pinyin: Yīnyuán hóngxiàn), also referred to as the Red Thread of Marriage, and other variants, is an East Asian belief originating from Chinese legend. According to this myth, the gods tie an invisible red cord around the ankles of those that are destined to meet one another in a certain situation or help each other in a certain way. Often, in Japanese and Korean culture, it is thought to be tied around the little finger. According to Chinese legend, the deity in charge of "the red thread" is believed to be Yuè Xià Lǎorén (月下老人), often abbreviated to Yuè Lǎo (月老), the old lunar matchmaker god, who is in charge of marriages.

The two people connected by the red thread are destined lovers, regardless of place, time, or circumstances. This magical cord may stretch or tangle, but never break. This myth is similar to the Western concept of soulmate or a destined flame.

Busan bukanlah tempat yang nyaman untuknya.

Ayah dan Ibunya lebih memilih menitipkannya pada neneknya dibanding merawatnya.

Faktor ekonomi katanya.

Di Busan ada pantai dekat pelabuhan tempatnya bermain. Tapi baginya ini adalah tempat yang pas untuk bersembunyi.

Bersembunyi dari kenyataan.

Baginya, semangkuk nasi dengan lauk telur dadar merupakan kebahagiaan yang tak terkira. Selama ia hidup hanya bermodalkan makan ubi, singkong, jagung, atau bahkan kadang tidak makan sama sekali.

Begitu kerasnya hidup hingga membuatnya benci anak – anak orang yang berkecukupan.

Seragam mereka selalu baru, kotak bekal yang selalu disiapkan oleh ibu tercinta, diantar oleh ayah, topik perbincangan mereka hanya seputar,

"Ayahku habis membeliku mainan!"

"Ibuku hari ini memasak makanan kesukaanku!"

Disaat dirinya hanya berkutat dengan buku gambar dan pensil warna.

Dirinya ingin dibeli mainan juga. Menurutnya mobil – mobilan itu keren.

Dirinya juga ingin dibuatkan bekal makanan kesukaannya. Nasi dan telur dadar buatan neneknya sepertinya enak.

Tapi sesampai dirumah.

Disebuah rumah yang tak layak lagi disebut rumah.

Sang nenek yang mulai renta jatuh sakit.

Saat itu.

Dirinya menyadari bahwa,

Uanglah yang membuat mereka bahagia.

Uanglah sesuatu yang harus ia dapatkan apapun caranya.

Namun keesokkan harinya ketika ia pulang dari sekolah kembali kini sang nenek menyambutnya dengan sumringah dan berbagai macam makanan.

"Halmoeni...igeo..mwoya...?"

"Aku tidak salah membesarkanmu" ujar sang nenek menangis haru.

Ah,

Dirinya akhirnya kemudian tahu.

Bahwa ini semua dari sepotong 'ice cream'.

///

"Jin-ah..." ujar Dongsoon memanggil Jin yang tengah menggergaji triplek untuk set drama terbaru.

вещие (Veshchiye) - Precognitive DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang