because-17

282 17 0
                                    

Seperti ditusuk berbagai alat tajam mata nya memanas tidak kuat membendung cairan bening itu, dia orang yang sedari tadi bersama nya sekarang terbujur lemas diatas kasur dilengkapi selang-selang yang membantu pernapasannya.

Semua hening hanya ada suara isakan tangis didalam ruangan itu mereka tidak tau apa yang harus diperbuat hanya bisa pasrah dengan keadaanya.

"sabar ya ta" ucap nayla menenangkan

"nay dia kenapa" suaranya mulai melemah, nayla tau bagaimana rasanya tata saat ini nayla hanya bisa memeluknya untuk menenangkan

Lukanya yang cukup parah akibat benturan membuatnya menutup mata yang ntah kapan dia akan sadar.
"gue yakin rey bisa sadar buat lo ta" ucap alga

"kenapa harus dia ga" ucapnya dengan tangis

"semua udah ada yang ngatur ta kita cuma bisa berdoa buat rey"

"dokter udah bilang benturan rey cukup parah tapi gue yakin dia pasti berjuang buat bisa liat lo lagi" ucapan alga nembuat tata melemas dia takut jika rey benar-benar tidak akan membuka matanya

Lagit semakin berwarna hitam jam menunjukan pukul 11 malam ditambah angin dingin yang menjadi pelengkap dalam hening yang terjadi dari tadi, pikiranya mengulang ketika rey mengakui perasaanya rasa penyesalan memutari otak tata. Menyesal karena lebih mementingkan gengsi daripada perasaannya hanya karena gengsi membuat nya sesial ini. matanya kembali memanas karena kebodohan yang sudah terjadi itu gengsi gengsi gengsi hanya itu yang dipikirkan.

"ta lo ga pulang?" tanya nayla

"nggak gue mau disini" ucapnya kepala tertunduk

"ta lo butuh istirahat, lo harus pikirin kondisi diri lo sendiri gausah seegois ini. Lo masih bisa kesini lagi besok" ucap nayla menyadarkan

"gue emang egois nay gue bego gue ga punya otak gue cuma mentingin ego bukan perasaan gue" tangisnya memecah karena tidak tahan dengan air bening yang sedari tadi menompang dikelopak matanya. Matanya kini sembab karena sedari tadi menangis

"ta lo ga perlu salahin diri lo sendiri ini semua bukan salah lo" hanya dibalas isakan oleh tata

"ikut gue pulang" ucap nayla pelan

"tapi rey nay"

"rast yang bakal jagain rey disini, pulang sama gue lo butuh istirahat" jelasnya. Sedangkan tata hanya mengangguk pasrah menuruti nayla

🌻🌻🌻

Pagi yang tidak secerah biasanya burung-burung tidak berkicau untuk menyambut matahari yang terbit. Toa yang dulunya terdengar dipagi hari kini membisu tidak ada lagi lengkungan dibibirnya mulai menghilang.

"ta lo serius ga masuk sekolah?" tanya nayla, ya memang benar semalam nayla tidur dirmh tata

"nggak deh nay gue mau kerumah sakit aja"

"hari ini aja kan lo ijinya?"

"iyaa besok juga gue sekolah lagi"

"yaudahh gue berangkat dulu mau telat nih" sedangkan tata hanya mengangguk kan kepala membalas ucapan nayla

Jam sudah menunjukan pukul 9 tata bersiap-siap untuk pergi kerumah sakit. Rintik hujan yang ditemani lagit mendung itu mulai berjatuhan sedangkan orang yang sedang duduk ditaxi itu terus memutar penyesalanya 1 butir air bening jatuh dipipinya. Ketika dia turun dari taxi disebrang ada penjual ice cream itu mengingatkan terahir kalinya rey membelikan ice cream untuknya

Dia membuka pintu berwarna putih dengan nama mawar no. 34 yang berada diatas pintu. Didalamnya masih tetap sama dengan seorang yang terbujur diatas kasur dan mata yang masih saja tertutup tapi disampingnya ada seorang wanita yang tertunduk lemas. Tata memberanikan diri untuk tetap masuk keruangan itu.

"permisi" ucap tata sopan detik setelahnya wanita itu mengangkat kepalanya dan melihat tata

"kamu siapa?" wajah yang memang sangat mirip rey dengan mata yang sudah sembab itu memperhatikan tata

"saya tata teman rey" dengan sangat sopan tata memperkenal kan diri, dan juga mata yang mengisyaratkan bertanya siapa orang itu

"sini duduk" perintahnya sedangkan tata hanya menuruti

"saya karin bunda nya rey" dengan senyum ramah yang diberikanya untuk tata sedangkan tata hanya membalas senyuman

Cling

Suara yang berasal dari benda pipih milik karin itu berbunyi yang menandakan 1 pesan masuk.

"bisa minta tolong jagain rey sebentar? Bunda harus pergi dulu"

"iyaa tata bakal jagain rey kok tante"

"panggil bunda aja" dengan senyum tulusnya

"i-iya bun"

"makasih ya sayang, bunda pergi dulu" dengan mengelus pelan kepala tata. Setelahnya karin benar-benar meninggalkan mereka berdua

Hening mulai melengkapi mereka hanya ada suara hembusan nafas milik keduanya, alat bantu pernapasan itu masih terpasang seperti semalam matanya mulai meteskan butiran bening. Banyak luka ditubuhnya bahkan wajahnya

"rey bangun" dengan terus meneteskan air mata



















Voment yuk:)

because?? [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang