Author pov
Saat bel pulang sudah berbunyi, ternyata chanyeol ada urusan sama organisasinya dan terpaksa gak bisa nganterin eunha pulang ke rumah.
"Maaf ya" ujar chanyeol ke sekian kalinya dimulai dari perjalanan menuju hante untuk menunggu bis sampe sekarang udah duduk di kursi halte.
"Iya sih gak papa, udah pulang sana ke sekolah" ujar eunha yang mulai kesel karna dari tadi chanyeol maksa buat nganter dia ke halte.
Alesan chanyeol ya khawatir sama eunha, kalau di sana eunha malah berantem gimana? terus dipukul papah nya belum lagi bakalan ada ibu tiri nya, pulang dari sana chanyeol takut mental eunha malah turun lagi.
"pokok nya kalau ada apa apa langsung telpon aku ya" ujar chanyeol sambil mengelus rambut eunha pelan.
"iya, kamu gak usah khawatir" jawab eunha sambil senyum.
"oke aku pergi dulu" ujar chanyeol sambil beranjak untuk pergi dan menyempatkan diri untuk mencium kening eunha lembut.
"ih apaan sih cium cium, sana pergi elah lama amat sih lo" ujar eunha yang salah tingkah dan meninju lengan chanyeol pelan sedangkan chanyeol hanya membalas dengan tertawa dan beranjak pergi.
Mereka memang pasangan yang unik, tidak bisa ditebak bagaimana cara mereka untuk saling menunjukan perhatiannya. ego mereka sama sama tinggi untuk saling berperilaku manis.
tidak lama kemudian bus yang ditunggu eunha datang. eunha pun langsung naik mencari tempat duduk yang masih kosong dan terlihat nyaman untuk eunha mengistirahatkan tubuhnya sejenak.
di perjalanan eunha melihat ke luar melalui jendela di sampingnya. dia ingat sekali dulu dirinya selalu melakukan hal yang sama bila mana ibu nya mengantar eunha ke sekolah menggunakan bus.
bedanya sekarang tidak ada obrolan yang mengalir dan terasa menyenangkan seperti dulu, entah itu hanya sekedar basa basi menanyakan sekolah eunha atau membicarakan masakan yang akan dibuat untuk makan malam nanti.
Dulu keluarga eunha sangat harmonis, meski tergolong kalangan atas ibu eunha selalu mengajarkan untuk hidup sederhana, contohnya berangkat ke sekolah menggunakan bus jika sang ayah tidak bisa mengantar.
setiap pagi juga eunha selalu disambut dengan senyuman orang tuanya di meja makan, dengan kata kata penyemangat sekolah atau pujian atas penampilannya. tapi semenjak ibunya berpulang semua kebiasaan itu seakan ikut pergi.
eunha sangat rindu suasana dulu, bukan kesendirian yang dia rasakan seperti sekarang. sendiri di apartement tanpa ada yang menyiapkan sarapan, mengucapkan selamat pagi, dan tidak ada lagi kata kata penyemangat yang dapat menguatkan.
"mah eunha pengen kayak dulu" ujar eunha lirih dan tak sadar meneteskan air matanya.
Dan disini lah eunha, berjalan angkuh masuk ke pekarangan rumahnya yang sudah lama tidak dikunjungi itu. satpam rumah tersebut menyambut eunha dengan bahagia tapi tidak ditanggapi oleh eunha sama sekali.
satpam tersebut hanya bisa menghela nafas, nona nya yang dulu tersenyum hangat dan selalu menyapanya telah hilang digantikan dengan sikap dingin yang tak tersentuh. dia jelas tidak bisa menyalahkan siapa pun.
Saat melihat ke arah garasi, eunha yakin ayahnya pasti sedang ada di rumah melihat mobilnya pun ada. dia pun langsung masuk ke dalam rumah melewati ayah dan ibu tirinya yang sedang duduk di ruang tengah.
"punya anak gak punya sopan santun banget" ujar suho saat melihat anaknya pulang dan langsung naik ke arah tangga.
"maaf" ujar eunha singkat karna terlalu malas buat berantem.
"halah palingan dia pulang buat minta duit, emang anak gak tau di untung" timpal ibu tiri eunha dengan gampang nya menyulut emosi eunha.
"kalaupun iya, bukan urusan lo karna gue minta ke papah buat biaya hidup gue. bukan kayak lo buat pamer ke temen " ujar eunha yang sekarang berhadapan langsung dengan ibu tirinya.
"Jaga ucapan kamu!" Bentak suho kepada eunha.
"Kenapa?!" Teriak eunha
"Kenapa papah belain dia?!!" Teriak eunha kembali yang sekarang terlihat sangat lelah.
"Papah udah gak sayang aku lagi" ujar eunha pelan sambil beranjak lari ke kamarnya.
melihat anaknya pergi sambil menangis suho langsung mematung. terakhir kali suho liat anaknya nangis itu pas istrinya meninggal dan selama ini selalu tatapan kecewa dan marah yang suho liat.
Seketika hinggap rasa takut di hatis suho, takut jika anaknya sudah terlalu lelah dengan semuanya. Apalagi sampai menyerah, kemana perginya keberanian anaknya ketika marah?
saat suho ingin beranjak untuk mengejar eunha, tiba tiba istri barunya itu menahan tangan suho dan mengucapkan kata yang membuat suho geram.
"udah biarin aja anak nakal dan gak tau diri kayak dia" ujar istrinya.
"itu anak aku! kamu gak berhak bicara seperti itu! ingat kamu hanya istri kedua aku!" ujar suho marah.
"tapi benerkan? kelakuannya aja kayak gitu" ujar istri suho gak tau diri.
"kamu gak tau apa apa, eunha adalah bukti cinta aku dan istri pertamaku dulu! jangan ngomong sembarangan ya kamu!" ujar suho yang kini beranjak meninggalkan istrinya yang mengepalkan tangan marah.
"pergi dari sini, emosi aku lagi gak baik" ujar suho sebelum benar benar beranjak menuju kamar anaknya.
karna bagaimana pun suho bukan tipikal orang yang suka melampiaskan kemarahannya secara langsung, dia tidak cukup yakin jika dia bisa menahan emosinya untuk tidak melukai orang yang ada sekitarnya.
sesampainya di kamar eunha, suho melihat eunha sedang duduk di jendela balkon mendengarkan lagu dan membaca buku, orang lain pasti mengira eunha baik baik saja.
Padahal nyatanya tidak, tatapan kosong dan jejak air mata yang belum mengering tentu membuktikan kalau eunha tidak dalam keadaan baik.
"adek..." ujar suho pelan dan sedikit terkejut melihat respon eunha yang langsung melihat ke arahnya.
sedari tadi eunha tidak menyalakan musik, dia hanya melamun sambil melihat ke arah buku yang di pegang nya. dan terkejut saat suho memanggil eunha dengan panggilan "adek" yang sudah lama tidak di dengar nya.
"papah..." ujar eunha dangan tergesa melepas earphone yang terpasang di telinganya dan menyimpan buku sembarangan lalu memeluk erat suho yang ada di hadapannya.
mendengar panggilan suho tadi membuat eunha senang, dia merasa papahnya yang dulu sudah kembali. rasa rindu tiba tiba meluap mengalahkan ego eunha dengan memeluk suho duluan yang dibalas tak kalah erat oleh suho.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad girl - pcy
Fanfiction"Perubahan itu menyakitkan, Ia menyebabkan orang merasa tidak aman, bingung, dan marah. Orang menginginkan hal seperti sediakala, karena mereka ingin hidup dengan mudah"