TIGA

11 0 0
                                    

Beberapa hari setelah Hae Jin memenangkan lomba, Alea menemui Ji Soo untuk mengundurkan diri menjadi pelatih Hae Jin karena pekerjaannya sekarang membutuhkan konsentrasi yang lebih. Lagi pula Hae Jin yang sekarang berbeda 360º dari Hae Jin yang dulu. Kini, ia tumbuh menjadi anak hebat yang sangat percaya diri sampai-sampai dia membawa pulang medali emas pada lomba pertamanya.

"Mianhe Eonni, saya harus mengundurkan diri karena pekerjaan saya semakin lama semakin berat," ucap Alea dengan penuh sesal.

"Saya mengerti posisi kamu. Saya juga mengucapkan banyak banyak terima kasih karena kamu uda bantu anak saya, gomaweoyo." ucap Ji Soo sembari memegang tangan Alea.

"Anieyo, bagi saya anda adalah Eonni saya dan apapun yang terjadi anda akan tetap menjadi Eonni saya kan?"  tanya Alea yang di jawab dengan anggukan kepala oleh Ji Soo.

Memang agak berat bagi Ji Soo untuk melepas Alea karena beberapa tahun ini, Alea telah banyak berjasa dalam perkembangan anaknya. Namun ia tak bisa menghalangi masa depan Alea demi keegoisannya sendiri.

Akhirnya setelah selesai bertemu dengan Alea, Ji Soo bergegas ke bandara untuk menjemput adiknya yang baru tiba dari Seoul. Namun, setelah mendapat sebuah pesan dari suaminya, ia sadar jika ia terlambat. Ji Soo segera memutar mobilnya untuk kembali ke rumah setelah mengetahui jika sang adik saat ini tengah berada di kamarnya.

Bandara Soekarno Hatta, April 2017

Siang itu terlihat seorang lelaki tampan berdarah Korea berjalan di dengan santai menuju salah satu lounge di Bandara Soekarno-Hatta. Dia mengenakan kacamata limited edition dengan tatanan rambut ala artis K-Pop. Banyak wanita yang tak segan meliriknya, karismanya yang cemerlang dan senyum yang menawan seakan menyihir setiap orang yang melihatnya.

Berapa kali dia menghubungi kakaknya namun teleponnya tak jua  diangkat. Akhirnya dia menghubungi kakak iparnya untuk menjemputnya sesegera mungkin.

Beberapa menit kemudian ia mendapatkan sebuah pesan jika Pak Supri yang merupakan supir pribadinya akan segera menuju bandara setelah mengantarkan barang ke daerah Pantai Indah Kapuk.

Ji Sung menghela napasnya saat melihat kemacetan di sepanjang perjalanan. Bayangkan saja, hampir 2 jam ia terjebak bersama ratusan mobil yang beriringan disepanjang jalan tol. Tak ada yang berubah dari kota yang selama ini ayahnya tinggali, macet masih mendominasi setiap ruas jalan ibu kota.

Sesampainya di rumah, Ji Sung memilih langsung masuk ke dalam kamarnya. Semuanya yang ada di balik pintu berwarna pitih itu masih sama saat ia tinggalkan 3 tahun yang lalu. Tak ada yang berubah sedikit pun. Dua buah lampu hias masih menempel di dinding yang berwarna kuning gading. Lantai bermotif kayu itu menambah kesan hangat dan elegan pada kamarnya masih diam di tempatnya. Sebuah spring bed dengan selimut tebal berwarna putih menjadi satu-satunya tempat favoritnya.

Tempat tidur itu terlihat sangat nyaman untuk menghempaskan tubuhnya yang lelah. Ji Sung mencoba memejamkan matanya untuk menghilangkan kelelahan yang mendera tubuhnya. Berharap jika bangun nanti, tubuhnya akan merasa lebih baik.

Setibanya di rumah, Ji Soo melihat adiknya sedang tidur di ranjang empuknya lalu dia melampiaskan kerinduannya dengan cara melempar tas ke wajahnya untuk mengajaknya bertengkar.

"Aku jemput kamu di bandara, tapi kamu malah udah di sini!" teriak Ji Soo.

"Nunnaaaa ... aarrggggghhhhh!" erang Ji Sung kesal.

Pun Ji Sung melempar guling yang sedari tadi ia peluk ke arah sembarangan. Beberapa detik kemudian terjadilah perang bantal antara kakak beradik itu sehingga menimbulkan keributan.

Oppa, I'm in Love (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang