BAB 1

12.6K 617 66
                                    

"Every human being has a different nature. Maybe you represent one of the qualities that I don't like."
.
.
Setiap manusia punya sifat yang berbeda. Mungkin kamu adalah salah satu dari yang tidak aku suka.
.
.

I made this story especially for those of you who have always faithfully read my story.
.
.

I made this story especially for those of you who have always faithfully read my story

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

WELCOME TO BASKARA UNIVERSE

.
.

Happy reading.

     Deru napas cewek itu terdengar lebih keras saat ia telah sampai ke depan gerbang sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     Deru napas cewek itu terdengar lebih keras saat ia telah sampai ke depan gerbang sekolah. Seragamnya basah oleh keringat. Rambut panjangnya sedikit berantakan, namun dengan cepat cewek itu merapikan penampilannya sebelum melangkahkan kakinya lebih jauh memasuki gerbang hitam yang ada dihadapannya. Sebelum melangkah gadis itu berdoa sambil memejamkan matanya, "Semoga aja, guru piket lagi gak pengin lihat gue hari ini. Sekali ini aja, tolong jangan sampe ketahuan. Besok, kalo telat lagi, gue bakal nyium kaos kakinya Deri. Beneran, gak bohong. Amin ...."

Amora—cewek itu menoleh ke kanan-kiri, sebelum akhirnya ia memanjat gerbang setinggi 2 meter. Bagi Amora, memanjat gerbang sekolah bukan hal sulit. Jangankan gerbang sekolah, Amora bahkan mampu memanjat pohon kelapa yang tingginya 5 meter. Setelah melempar tasnya, Amora melompat dengan sempurna. Ia tersenyum senang, lalu menepuk belakang roknya yang agak kotor. Ia meraih tasnya hendak pergi, namun suara seseorang menghentikan langkahnya. "Pak, Amora telat!" teriak cowok jangkung yang kini berdiri tak jauh darinya. Segala sumpah-serapah ingin sekali Amora keluarkan, namun ia urungkan saat seorang pria berpakaian olah raga menghampirinya.

"Amora Natasha!"

Amora mengehela napas berat. Ia melirik cowok yang kini sedang berdiri dengan wajah datarnya. Jika saja Pak Indra tidak datang, maka cowok menyebalkan itu akan mendapatkan amarahnya.

"Kamu mau ke mana?" tanya Pak Indra yang kini sudah berdiri di hadapannya.

"Saya mau masuk kelas, Pak. Kan, udah masuk jam pelajaran." Amora menatap Pak Indra dengan takut-takut. Meskipun ini bukan pertama kalinya Amora terlambat ke sekolah, tapi setiap berhadapan dengan Pak Indra, Amora selalu saja ketakutan. Bukan karena Pak Indra galak seperti guru piket kebanyakan, tapi karena Pak Indra selalu memberinya hukuman yang paling menyebalkan. Apalagi kalo bukan ....

AMORAGA √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang