Please give your star and forgive my writing errors.
.
.
Understanding your sadness is my biggest wish. So I know ... how much I can make that sadness leave you.
.
.
Mengerti kesedihanmu adalah keinginan terbesarku. Agar aku tahu ... seberapa mampunya aku membuat kesedihan itu meninggalkanmu.
"Lo juga ... gak boleh ... sakit," kata Amora dengan suara pelan, namun masih jelas di telinga Raga.Cowok itu tersenyum. "Tapi gue udah sakit."
"Iya ... Sakit jiwa."
Raga terkekeh, lalu menyentil dahi Amora, membuat cewek itu meringis. "Ayo makan, Ra. Biar cepet mati."
Amora mendorong Raga hingga cowok itu terduduk di lantai. Amora mendengkus sebal sambil berusaha mengangkat kepalanya yang berat. "Bercanda, Ra. Gitu aja marahnya sampe dorong gue."
"Belom aja lo ... gue dorong dari rooftop rumah gue."
Keduanya tertawa. Meskipun tawa Amora nyaris tidak terdengar.
Raga dan Amora duduk di balkon kamar Amora. Memang sangat tinggi, karena kamar Amora berada di lantai tiga. Keduanya sibuk dengab pikiran masing-masing. Setelah beberapa saat, Raga melirik Amora yang tengah memejamkan matanya sambil menyenderkan kepalanya ke tembok. "Kalo pusing, jangan di sini, Ra. Di kamar aja."
"Gue gak lemah."
Raga mendengkus. "Tapi sok kuat."
"Itu lo bukan gue."
Raga terdiam. Benar kata Amora. Ialah yang sok kuat. Bersikap seolah-olah dirinya baik-baik saja padahal kenyataannya tidak. Amora menatap Raga lekat. Ia baru menyadari Raga memakai sweater. Tidak biasanya. Yang ia tahu, Raga tidak pernah membawa sweater ke sekolah. Amora langsung teringat. "Tangan lo gapapa?"
Raga langsung mengusap tangan kanannya, lalu tersenyum. "Sure."
"Coba buka sweater lo. Gue mau lihat."
KAMU SEDANG MEMBACA
AMORAGA √
Teen Fiction#Baskara Universe #Saraga "Aku seperti berada di lembah abu. Terjebak di antara waktu dan kisah hidupmu." Amora--cewek itu tahu di dunia ini tidak hanya ada yang baik tapi juga yang jahat. Tidak hanya yang ramah tapi juga yang gak kenal apa kata ram...