BAB 3

3.5K 400 22
                                    

Give your stars and forgive writing errors.
.
.
Until here I still don't understand, the reason you act like you don't have a heart.
.
.
Sampai sekarang ku masih tidak mengerti alasan kamu selalu bersikap seolah tidak punya hati.
.
.
Happy reading

Hari-hari silih berganti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari-hari silih berganti. Bagi anak-anak SMA Aeris yang saat ini mereka utamakan adalah ujian kenaikan kelas. Sekolah lebih tenang seperti biasanya. Tidak ada keributan di kantin, di tempat eskul, atau di ruang osis. Begitu hening sampai suara penggaris kayu milik Pak Indra yang terjatuh saja terdengar jelas, membuat semua anak kelas B menoleh ke arah Pak Indra. "Maaf, maaf. Bapak gak sengaja. Sok, atuh, dilanjutkan," kata Pak Indra yang hari ini bertugas mengawas kelas Amora.

Bunyi jarum jam menghiasi suasana kelas yang sepi. Sampai akhirnya bel tanda ujian telah selesai berbunyi. "Oke, anak-anak. Lembar jawaban sama soalnya ditinggal saja di meja. Kalian boleh pulang."

Amora memasukkan pensil dan barang-barangnya masuk ke dalam tas. Gita sudah menunggu Amora di ambang pintu kelas. Cewek itu memakai tasnya lalu berjalan mendekati Gita. "Cepet banget, lo. Udah ada di pintu aja."

"Iyakan gue udah selesai dari tadi. Lama banget nunggu bel pulang."

Amora memutar bola matanya, lalu berjalan bersama Gita ke luar kelas. Saat melewati kelas A, kedua cewek itu tidak sengaja berpapasan dengan Raga. Cowok itu berjalan tanpa memerdulikan Amora. Salah satu hal teraneh sepanjang hidup Amora. Akhir-akhir ini, Raga tidak lagi mengganggunya. Tidak seperti biasa. Cowok itu jadi lebih pendiam. Memang hal yang bagus untuk Amora. Ia senang karena Raga berhenti mengganggunya. Gita berbisik ke arah Amora, "Lo ngerasa aneh, kan? Itu anak koala gak ngegangguin lo lagi. Kayaknya dia abis dapet hidayah."

"Masa bodo. Gak ada urusannya sama gue. Bagus kalo dia dapet hidayah. Sekalian kena azab juga, alhamdulillah."

Gita hanya menggelangkan kepalanya mendengar apa yang Amora katakan. Sepertinya, rasa dendam Amora pada Raga bukan sekadar dendam biasa. Lihat saja caranya menyumpahi Raga. Tiba-tiba, Bayu datang dari arah belakang, mengangetkan Amora dan Gita.

"Hai, Amora," sapa Bayu.

Amora celingak-celinguk pura-pura kebingungan, kemudian menunjuk dirinya. "Lo nyapa gue?"

Bayu tertawa agak keras. "Yaiya, lah. Yang namanya Amora itu cuma lo." Bayu merangkul Amora. "Amora, dari bahasa Spanyol artinya cinta. Gue heran, yang orang bule itu si Raga, tapi yang namanya bule itu lo."

Amora melepas rangkulan Bayu lalu menatap cowok itu sebal. "Apa urusannya Raga sama gue?"

"Ada. Lo dan Raga itu adalah urusan yang harus gue selesaikan."

"Ngaco! Udah, yuk, Git. Gue pengin pulang."

Amora menarik lengan Gita dan mengajaknya pergi meninggalkan Bayu yang sedang tersenyum menatap keduanya. "Sampai ketemu di kelas dua belas, Amora!"

AMORAGA √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang