BAB 13

2K 265 3
                                    

Don't forget to give your star and forgive my writing errors.
.
.
Don't be afraid.  I'm there to get rid of that fear.
.
.
Jangan takut. Aku ada untuk menghilangkan ketakutan itu.
.
.
Happy reading

Amora dan Raga turun dari taksi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Amora dan Raga turun dari taksi. Keduanya mengucapkan terima kasih setelah membayar ongkos. Amora melirik ke kanan-kiri. Benar-benar asing untuk matanya. Kadang Amora takut, bagaimana jika ia hilang di negara sebesar ini?

"Ra, ayo!" ajak Raga membuyarkan lamunan Amora. Cewek itu mengangguk, merapatkan syal di lehernya. Hari ini cuacanya lumayan dingin. Untung saja ia membawa syalnya.

Raga menggangendnya berjalan menuju sebuah pagar besi putih yang tak jauh dari tempat mereka turun dari taksi. "Kayaknya, itu rumahnya, Ra." Raga menunjuk pagar besi putih itu.

"Lo yakin?"

Cowok itu kembali memerkisa alamat di ponselnya. "Alamatnya sama. Udah pasti ini rumahnya. Lo udah siap, kan?"

Amora meremas celananya. Ia gugup sekali juga takut. Takut jika kehadirannya tidak diinginkan. Raga mempererat genggaman tangannya, seolah menyalurkan kekuatan yang mampu membuat Amora sedikit tenang. "Apapun yang terjadi, gak usah takut. Gue ada untuk lo."

Amora mengangguk, keduanya berjalan mendekati pagar besi putih itu. Setelah menekan bel beberapa kali, seorang wanita paruh baya muncul dari balik gerbang. "Come posso aiutarti?" (Ada yang bisa saya bantu?)

"Qual è l'indirizzo corretto di questa casa?"(Apa benar alamat rumah ini?) tanya Raga sambil menunjukkan alamat rumah yang ada di ponselnya.

"destra." (Benar)

"Possiamo incontrare il proprietario della casa?"(Apa kami bisa bertemu dengan pemilik rumah?)

"Chiederò prima io."(Saya akan bertanya dulu.)

"Grazie."(Terima kasih)

Setelahnya, wanita itu masuk kembali ke dalam. Raga dan Amora masih berdiri di luar. "Tadi ibunya ngomong apa?"

"Dia bilang, gue ganteng."

Amora memutar bola mata malas. "Ngaco!"

Tak lama, wanita tadi datang. Kali ini ia membuka pagar itu dengan lebar, lalu mempersilakan keduanya masuk. Amora tidak menyangka bahwa dibalik pagar kecil itu, ada sebuah rumah besar yang menjulang tinggi. Matanya tak berhenti menatap keindahan gaya rumah vintage dan beberapa tanaman yang merambat disekitar tembok. Persis seperti istana-istana dongeng.

"Il signor Ares è nella sala di lettura."(Tuan Ares ada di ruang baca.) Wanita itu menunjuk sebuah ruangan yang ada di depan mereka.

Raga menggandeng Amora menuju ruangan itu. Ruangan penuh buku-buku yang tertarta rapi. Lebih mirip seperti perpustakaan pribadi. Seorang pria sedang duduk membelakangi mereka dengan buku di tangannya.

AMORAGA √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang