Menangis sambil memakan batangan coklat ditaman sendirian di tengah malam, di tambah dia masih memakai seragam kitchen coat menandakan dia masih belum pulang ke kosnya sama sekali.
Itu yang di lakukan Akbar Wardana sekarang. Selepas membantu Chef di kampusnya untuk menyiapkan persediaan stock yang akan di pakai untuk praktikum selanjutnya hingga larut malam, dia malah pergi ke taman yang sepi sambil menenteng coklat yang ia beli di supermarket sebelumnya.
Itu karena grup chat kelasnya yang sekarang sedang ramai, membahas foto Akbar yang sedang berjalan namun celananya di pelorotin hingga terlihat celana dalamnya. Parahnya kejadian itu di foto dan di share ke teman-temanya. Dia malu dan ingin marah terhadap mereka tapi akhirnya dia cuman jadi sider dan disinilah ia berakhir. Menangis di taman sendirian.
Kadang dia berpikir, kenapa dia sepengecut ini. Ga mampu buat ngelawan mereka, membalas semua omongan mereka, dan malah membiarkan saja dia tertindas. Yah, justru karena dia takut kalau dia membalas mereka akan menindasnya semakin menjadi.
Tangisanya udah mulai mereda, hanya tinggal isakan isakan kecil aja. Dan isakan itu ngebuat seseorang merinding dibuatnya. Tentu aja merinding, bayangin aja pas tengah malem jalan ke taman denger suara isakan, sebagian orang juga lebih milih menulikan telinga terus kabur.
Tapi ngga buat Gavin, dia malah nyari sumber suara itu dan menemukan orang yang lagi duduk di bangku taman sendirian dengan sebatang coklat tangan di tanganya.
"Hei, boleh gue duduk disini?" tanya Gavin ke Akbar, awalnya dia linglung dan lebih memilih mengiyakan dengan menyembunyikan muka sembabnya.
Tak ada percakapan diantara mereka awalnya, hingga Gavin akhirnya memberanikan diri buat ngelus pundak Akbar. Awalnya agak panik karena di tepuk orang asing, dia takut akan diapakan tapi dia tersadar itu gaakan mungkin.
"Ah tenang gue bukan orang jahat yang bakal hipnotis lo kok, gua cuman.... Menenangkan lo?" tanya Gavin sambil menarik tanganya dari pundak Akbar dan si bongsor itu masih tetap diam.
"Ah lo dari STP ***** kan?" tanya Gavin dan Akbar cuman mengangguk meng iya kan pertanyaan Gavin.
"Kenalin, gue Gavin Narendra. Panggil aja Gavin, gue dari kampus yang sama kok sama lo" dan Gavin mengulurkan tanganya, memperkenalkan dirinya secara personal.
"Ga-Gavin? Be-berarti kamu kating aku?" ucapnya agak tergagap dan mengingat nama Gavin ini. Karena Akbar merasa gak asing disini dengan nama Gavin ini.
"Ma-maksudnya Gavin itu! Salah satu anggota 10 Dewan Elit itu?!" pekik Akbar setelah mengingat siapa Gavin itu.
10 Dewan Elit merupakan organisasi semacam SENAT mahasiswa. Organisasi tertinggi yang ada di kampusnya, bahkan kedudukan organisasi ini berada di bawah kepemimpinan Direktur kampus secara langsung!
Ditambah lagi , sangat susah untuk menjadi anggota organisasi ini karena anggotanya dipilih langsung oleh Direktur kampus. Dengan pertimbangan prestasi terbanyak serta kontribusinya untuk kampus seperti apa.
Membuat Gavin yang menjadi pemegang 'Kursi Pertama' sangat terkenal dan Akbar yang notabene tak pernah melihat Gavin secara langsung ini membuatnya agak terkejut. Karena Gavin yang dia tau adalah orangnya rapi dan ramah serta taat aturan.
Tapi yang ia lihat mungkin Gavin versi "badboy" nya. Rambutnya tak serapi ketika Gavin di kampus, dia memakai kaos polos warna abu dengan di balut jaket boomber warna hitam dengan celana jeans warna hitam yang robek di lututnya.
"Hahaha kenapa? Kaget ya ngeliat gue beda dari biasanya?" tanya nya dan di anggukin sama Akbar.
"Eumm nama lo siapa? Lo belom kenalin diri lo" tanya Gavin.
KAMU SEDANG MEMBACA
LET THE RIGHT ONE SEE [ON GOING]
RomansaAkbar Wardana, mahasiswa Perhotelan chubby dan gendut yang ceria. Bertemu dengan Gavin Narendra, salah satu "10 Dewan Elit" yang ternyata berbeda 180° diluar kampus! Another BL Story yang mungkin klise dan pasaran. Untuk judul dan cover kali ini d...