Part 7: Gausah khawatir.

5.7K 748 119
                                    

Jawaban buat persoalan di chapt kemaren adalah: Gavin Bipolar!

Itu bisa di liat mood dia yang berubah secara ekstrim dari marah yang sangat tinggi ke bahagia sampai Gavin terlihat seperti anak kecil.

Selamat membaca!💕

_____

"Kak? Kak bangun, Kak!" teriak Akbar panik. Gavin dan Akbar berada di kos Akbar sekarang, seperti kata Gavin tadi, mereka skip semua kelas hari itu dan lebih memilih netflix n chill di kosan Akbar hingga Gavin malah tertidur dengan memeluk Akbar.

Namun di tengah film, Akbar justru merasakan pundaknya basah, badan Gavin bergetar dan suara Gavin yang terisak.

Gavin mimpi buruk.

"Kak, kak bangun!" tepuk Akbar pada pipi Gavin. Mengharap lelaki yang sekarang berstatus sebagai pacarnya itu terbangun.

Hingga akhirnya Gavin benar-benar terbangun setelah beberapa tepukan. Nafasnya tersengal seperti habis berlarian. Matanya memerah, dan keringat dingin yang benar-benar membasahi tubuhnya. Ditambah lagi raut mukanya yang sembab menambah kesan 'kacau' dalam keadaanya sekarang.

"Kak? Kakak gapapa?" tanya Akbar dan tak ada sautan sama sekali dari Gavin. Matanya mendadak bergerak liar, mengambil sesuatu dari kantung celananya. Mengambil 5 butir obat penenang untuk menenangkan jantungnya yang berdegup kencang tak henti akibat mimpi buruk ya barusan.

Tanganya mengarah ke arah mulut, hendak menyuapkan obat obatan yang menjadi andalanya itu namun di hentikan oleh Akbar.

Sebagai gantinya, Akbar memberikan ciuman ke arah Gavin. Hanya sekedar bibir yang saling menempel. Ciuman menenangkan yang Akbar harap mampu membuat Gavin melupakan obat di tanganya itu.

Rileks, Gavin memejamkan matanya. Menyesapi kehangatan yang di berikan Akbar. Kali ini sepertinya Gavin tak memerlukan obatnya.

"Udah?" tanya Akbar pelan, memastikan Gavin benar-benar tenang.

"Hmm" balas Gavin. Sekarang dia malu dilihat Akbar dalam kondisi seperti ini dan lebih memalingkan mukanya.

"Pffttt kakak mukanya lucu kalo kaya gini" tawa Akbar. Sebenarnya lebih ke mencoba menghibur dan tak ingin terlalu 'kepo' masalah Gavin. Tak bohong juga kalau Akbar ingin tau seluk beluk tentang pacar barunya itu, tapi agaknya menanyakan hal pribadi seperti itu tidaklah bagus. Bagaimanapun dia punya kehidupan sendiri yang tidak bisa kita paksakan untuk saling berbagi.

Akbar percaya Gavin akan membagikan ceritanya sendiri jika memang Gavin ingin bagi.

"Tadi... Aku memimpiin ibuku" lirih Gavin. Mereka berhadapan sekarang dengan duduk saling bersila.

"Mengingat kejadian saat beliau sekarat karena overdosis obat anti depresan saat aku mengunjungi rumah beliau" cerita Gavin singkat dengan helaan nafas.

Akbar cuman diam, dia tak pernah tau rasanya menjadi Gavin dan harus bagaimana Akbar menghibur Gavin.

Tapi di tengah hening itu, dengan tak tau malunya perut Akbar malah bunyi. Kenceng lagi. Keliatan banget kalau lagi laper.

"Pffftttt hahahahaha" tawa Gavin kencang. Akbar cuman garuk kepala aja karena malu.

"Eeee kak, keluar yuk" minta Akbar. Tau ah, mau makan aja dulu.

"Yaudah sekalian gih mandi terus ganti baju. Sekalian kita keluar jalan." ajak Gavin.

"Siap bos!" dan Akbar bergegas mandi.

Gavin cuman tiduran sambil nunggu Akbar. Memainkan hp nya dan membuka aplikasi game yang sekarang sedang banyak di mainkan oleh orang-orang.

Hingga selang 15 menit, Akbar sudah siap dengan celana pendek hitam dan hoddie putih nya. Nampak manis dan cocok karena dengan ini kakinya terlihat jenjang dan tinggi.

LET THE RIGHT ONE SEE [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang