Part 8: lovey dovey

5.8K 686 70
                                    

"Draven, dia jurusan Bisnis Pariwisata" jelas Gavin melihat Akbar yang ga nyangka.

"Terus terus? Kok jadi dewan elit?" kepo Akbar lagi, tanpa memperhatikan raut muka Gavin yang menunjukan tanda tak suka. Dia itu pacarnya dan dia kepo terhadap orang lain di depanya?! Yang bener aja!

"Kontribusinya sebagai konsultan bisnis-bisnis pariwisata seperti hotel, restoran dan lainya membuat kampus kita mempunya banyak link perusahaan perusahaan besar. Sekali pertemuan konsultasi Draven juga ga murah. Nilai terendah 7juta sekali pertemuan, tentu aja bayaran segitu sebanding dengan tingkat keberhasilan promosi sampai 45% ke atas." jelas Gavin. Ogah-ogahan tentunya.

"Woooooow pantesan kakak kemaren-kemaren ngerjain statistik statistik ga jelas. Keren keren" heboh Akbar lagi dengan berbinar. Hello? Ini sebelah mu ada Gavin, jan di kacangin Bar! Author colong nih Gavin nya nih.

"Haha biasa aja gausah gitu banget mujinya" sungkan Draven merendah. Merendah merendah untuk meroket di depan sainganya itu.

"Btw, kalian mau kemana? Mumpung ketemu kali aja sekalian kita nongkrong bareng? Gua bayarin tenang aja" tandas Draven lagi.

"Sorry, gue sama Akbar duluan, udah ada janji" dan Tanpa berpamitan, Akbar sudah di seret gitu aja menjauh dari Draven yang juga melangkah menjauh.

Langkah Gavin yang lebar, agak sedikit membuat Akbar kesusahan menyamakan ritme jalan mereka. Membuatnya sedikit berlari.

"Kak kak kak! Duh pelan capek" pinta Akbar dan akhirnya mereka diam berdiri di depan sebuah pertokoan yang menjual fashion.

"Lain kali, aku ga suka kamu dan dia deket" pandang Gavin lurus ke arah Akbar. Pandangan yang cukup untuk mengintimidasi Akbar sekarang.

"Tapi.. Kak Draven baik, dia juga tetangga baru kos kamar ku" dan pernyataan itu tentu juga nambah emosi Gavin. Sejak kapan mereka satu tempat kos?!

Dan lagi, bukan kah mengherankan kalau seorang Draven memilih tempat kos biasa seperti kos Akbar?

Logika aja setidaknya orang sekelas Draven pasti akan memilih kos exclusive.

"Pindah." keputusan final Gavin dengan penekanan di belakang kata nya.

"Kak, nyari kos yang murah ga gampang, itu aja kosnya masih kemahalan menurut ku" ya akbar jujur,

susah mencari kos yang murah dan masih tersedia. Kos yang dia tempati sekarang adalah kos yang termurah yang bisa dia jumpai sekarang, yang lain full.

"Cari aja kos exclusive, aku yang bayar, atau sekalian kita cari apart buat tinggal bareng?"  tanya Gavin dan mengeluarkan ponselnya.

"Tempat ini gimana? Ac dan kamar mandi dalem loh?"

"Atau nyari apart aja? Yang kecil aja tapi dah ada kitchen set juga buat kita masak."

"Tapi tempat ini juga bagus, malah kaya hotel juga ada kolam renangnya, kamu mau?"

"Yang ini atau ini? Tapi keknya nyaman ini."

mood gavin naik secara drastis sekarang. Malah bersemangat dengan ponselnya mencari apart/kos exclusive yang bisa di tempati dua orang.

Menawarkan beberapa tempat dan itu membuat Akbar pusing dan bingung. Lagian dia juga ga enak dengan Gavin, nasa dia yang bayar semua.

See? Bahkan sekarang mereka lupa tujuan awal mereka kesini tadi.

"Kak stop! Aku dah nyaman di kos yang sekarang, lagian kalau alasan kakak nyuruh pindah aku gegara kak Draven, kakak gausah khawatir. Aku jelek gendut kek gini gaada yang doyan, cuman kakak yang gila sampe naksir buntelan kek aku" tandas Akbar atas ke cerewetan Gavin.

LET THE RIGHT ONE SEE [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang