Pagi tepat jam 6 Gavin udah sampai di depan gerbang kos Akbar. Ia mengirim pesan untuk Akbar segera keluar kosnya. Dan keluarlah Akbar lengkap dengan seragam khas anak perhotelanya itu.
Setelah pemuda gempal itu berhasil menaiki motor hitam itu, Gavin menyerahkan satu helm yang ia bawa dari rumahnya, sengaja membawa helm 2. 1 helm fullface untuknya dan 1 helm bogo untuk Akbar.
"Kak kita mau makan dimana jam segini?" tanya Akbar agak condong ke depan mendekatkan diri agar pengemudi motor itu bisa mendengarnya.
"Lu suka bubur ayam gak?" tanya Gavin balik. Cuman anggukan yang Gavin terima.
"Aku suka aja, aku bukan tipikal pemilih kalau makanan." jawab Akbar selanjutnya. Respon Akbar lucu, muka bulatnya terutama. Selanjutnya Gavin tak melanjutkan pembicaraan, dia memilih menutup visor helm nya lalu segera melesat kearah tempat yang jadi langganan Gavin sebelum berangkat ke kampus.
Hingga akhirnya mereka sampai di kumpulan penjual dekat kampus mereka. Beberapa mahasiswa yang memakai seragam sama dengan Gavin dan Akbar pun ada disana. Memandang aneh Gavin yang membonceng bocah bulat di belakangnya.
Karena selama ini Gavin tak pernah mengijinkan siapapun menaiki motornya.
Selepas turun dan melepas helm mereka, Gavin segera duduk dan membalas beberapa sapaan dari beberapa mahasiswa yang Gavin tau. Dan itu membuat Akbar ga nyaman sama sekali. Berada dekat dengan salah satu orang yang bisa di bilang 'terkenal' membuatnya risih.
"Kak, aku deket kakak gapapa emang?" Akbar agak mendekat, kata-katanya bahkan hampir ga kedengeran karena dia berbisik.
"Ya terus kenapa emangnya?" tanya Gavin balik dengan alis sebelahnya terangkat bingung.
"Ya kan kakak tu terkenal, dan aku mah apa atuh cuman gumpalan lemak aja" rutuk Akbar.
Dan Gavin tergelak, apa itu tadi? Gumpala lemak hahahahaha.
"Ga gitu juga Bar, ya gumpalan lemak pun lu itu lucu" kata Gavin dengan mencubit pipi gembilnya.
"Santai aja sama gue, gausah ngerasa gitu. Gue ga beda-bedain perlakuan ke temen kok" lanjut Gavin dengan mengucap kepala Akbar yang rambutnya sudah di tata rapi klimis, membuat yang punya rambut ngedumel lagi gegara harus nata ukang rambutnya.
Keakraban mereka pun tak luput dari mahasiswa yang sedang sarapan disana, langsung jadi perbincangan hangat pagi itu. Emang Gavin itu ramah dan gampang banget bergaul tapi dia ga pernah terlihat sedeket ini sama seseorang. Bahkan sampai melakukan skinship seperti tadi.
Namun sepertinya Gavin tak peduli dengan pandangan itu, dan Akbar mencoba santai aja seperti yang di bilang Gavin. Hingga selepas mereka mengobrol beberapa hal pesanan mereka datang.
"Woaaaaah keknya enak banget buburnya, porsinya banyak juga" kagum Akbat. Melihat seporsi bubur ayam komplit dengan ukuran yang lumayan banyak.
"Hahaha udah gue bilang lo bakalan suka disini, rasanya juga enak dan lo gabakal nyesel udah gue ajak kesini" oceh Gavin membanggakan tempat langgananya makan itu.
Mereka makan dengan hikmat, dengan sesekali Akbar mengomentari betapa enaknya bubur yang dia makan. Komenya gaada berhenti setiap membicarakan makanan dan itu sangat lucu buat Gavin. Dimana Akbar bisa senyum lepas membicarakan tentang makanan.
"Udah selesai makanya?" tanya Gavin setelah mereka menyelesaikan makanan mereka dan di jawad iya oleh Akbar. Gavin (lagi-lagi) membayar makanan mereka dan segera menuju kampus karena kelas akan segera di mulai.
Memasuki area parkir pun mereka menjadi pusat perhatian, pikiran mindernya kembali ke kepala Akbar karena terlihat dekat dengan Gavin.
Apalagi sekarang Gavin ngerangkul bahunya, membuat jarak mereka semakin dekat bahkan mendempel.
KAMU SEDANG MEMBACA
LET THE RIGHT ONE SEE [ON GOING]
RomanceAkbar Wardana, mahasiswa Perhotelan chubby dan gendut yang ceria. Bertemu dengan Gavin Narendra, salah satu "10 Dewan Elit" yang ternyata berbeda 180° diluar kampus! Another BL Story yang mungkin klise dan pasaran. Untuk judul dan cover kali ini d...