Part 15 : Epic Comeback

4.2K 467 131
                                    

Semakin gak update kenapa kalian malah semakin ngefollow gua?

_____

Author point of view

_____

Yang terjadi selanjutnya? Tidak ada. Semenjak Gavin diberi warning oleh Haris, tidak terjadi apa-apa.

Walau mungkin kiriman paket berisi ancaman tetap ada, tapi selain itu, tidak terjadi apapun yang berarti.

Apakah pertemuan Draven dengan Jeromie Darren memang kebutuhan konsultasi bisnis biasa? Atau bagaimana?

Sempat membuatnya overthinking dengan kemungkinan apa saja yang bisa terjadi, tapi Gavin mencoba menyembunyikanya dari Akbar.

Yasudah, yang dia perlu lakukan adalah memastikan makhluk mungil di pelukanya sekarang.

Wait? Mungil?

Iya mungil, Akbar benar-benar latihan keras untuk menurunkan berat badanya. Walau tak terlalu yang drastis, tapi bagi Gavin itu sangat disayangkan. Karena dia suka Akbar yang gendut dengan pipinya yang bisa di gigit, atau bahkan perutnya yang selalu dia jadikan bantal. Seakan ada bayi kecil di perut Akbar.

Walau begitu, dia tetap mencintai Akbar. Tentulah, dimana dia harus menemukan afeksinya jika bukan Akbar.

Ketika keluarganya sudah hancur dan hanya ada Haris sebagai kawan dekatnya, membuat kehadiran Akbar yang hangat periang dan selalu menjadi pendorongnya ketika down sangat berharga. Ibarat kata mau dikatain bucin pun Gavin bakal teriak lantang kalau

"IYA, EMANG GUA BUCIN KE AKBAR!"

Tapi tentu gak akan terjadi, walau sudah Glowup dengan menjadi kurus dan muka yang glowing pun, Akbar masih memiliki tingkat insecure yang tinggi. Gavin sudah meyakinkan Akbar buat gak usah insecure. Tapi jawabanya selalu

"Tapi kak, aku jelek kek gini sama kamu. Ya jelas beda jauh"

Dan yang di lakukan Gavin selanjutnya? Mencium Akbar sampai habis.

Hahahaha. Mending dia kehabisan nafas daripada mengatakan hal-hal yang membuat Gavin merasa bersalah.

Kembali kemasa sekarang, Akbar yang masih tertidur semakin merapatkan badanya ke tubuh terbuka Gavin. Mencari kehangatan di tubuh shirtless itu di balik selimut dan merapatkan mukanya ke arah dada Gavin. Membuat para pembaca sekarang iri dengan kenikmatan yang di terima Akbar.

"Sayang, udah pagi. Kamu gaada jadwal kuliah? Hmm?" Gavin mengelus pelan kepala Akbar.

"Nanti dulu, kelasku masih agak siang" jawab Akbar melihat ke atas, memperlihatkan muka memohonya untuk bertahan di posisi ini lebih lama. Sebenarnya, daripada itu dia khawatir akan reaksi temanya. Ini hari pertama kuliah setelah libur yang panjang.

Bagaimana perubahanya? Apa nanti dia masih di ejek? Bagaimana kalau nanti malah mereka semakin menghina? Akbar juga masih kepikiran tentang kejadian yang pernah menyebar tenntang dia yang terlihat makan bersama Gavin dengan pose yang lumayan untuk membuat orang lain salah paham.

Apa mereka bakalan menghujat Gavin nanti di kampus? Bagaimana dengan jabatanya? Apa pihak kampus bakal menurunkan dia kalau kalau kampus tau perihal hubungan mereka? Bagaimana kalau semua orang membenci Gavin? Bagaimana kalau Gavin dibenci semua orang?

Bagaimana kalau- muach!

"Jangan kebanyakan mikirin hal itu dan buru siap-siap kuliah. Nanti kita telat" dan dengan santainya terbangun setelah mencium bibir Akbar yang tadi sempat melamun.

LET THE RIGHT ONE SEE [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang