"Jangan pernah lagi mengucapkan kata cinta buat yang lain kerana cuma aku yang berhak kau berikan cintamu," - Maddy Maxwell
Pemandangan Kota Sydney sungguh indah, meski saat ini Vanilla cuma menikmati pemandangan kota itu dari jendela Shangri - La Hotel tempat mereka menginap. Ini benar-benar mimpi yang menjadi kenyataan. Sekian tahun dia menyimpan impian untuk menjejakkan kaki ke kota ini, akhirnya suaminya menjadikan mimpinya satu kenyataan.
Dari Shangri-La Hotel, mata Vanilla terpaku melihat keindahan Opera House.
"Begitu cantik dan unik," Vanilla tanpa sedar mengeluarkan suaranya, memuji mercu tanda bandar Sydney itu.
"Kau berminat untuk ke sana, Vanilla?" dia merasa lengan suaminya memeluk perutnya. Terasa tenang dan mendamaikan. Andai saja dia suamiku yang sebenarnya, kata hati Vanilla. Hei, dia memang suamimu, bodoh, suara hatinya yang lain menjawab.
"Itu Opera House. Mercu tanda Sydney. Kamu menyukai matahari terbenam, Vanilla?" Maddy bertanya. Meski sudah hampir dua bulan hidup bersama Vanilla, masih terlalu sedikit yang Maddy tahu tentang isterinya itu.
"Sunset? Aku sangat suka, Maddy. Dulu aku dan Ivan... aww.." Vanilla meringis merasakan dagu Maddy sedikit menekan tulang selangkanya. Ayatnya tergantung begitu sahaja.
"Nanti aku akan membawamu melihat sunset, Vanilla," Maddy menolak rambut Vanilla ke sebelah kiri bahu wanita itu hingga kini leher sebelah kanannya terekspos. Tidak mahu melepaskan peluang, bibirnya hinggap pada leher Vanilla. Bibirnya menghisap kulit putih itu, menggigitnya lembut hingga Vanilla mendesah. Itu titik sensitifnya. Setiap kali Maddy menyentuh bahagian itu dengan bibirnya, pasti bahagian bawah Vanilla terasa berdenyut dan basah.
"Jangan, Maddy," Vanilla seakan protes, sedangkan nalurinya mengharapkan agar suaminya itu melakukan sesuatu pada tubuhnya, sesuatu yang dapat memadamkan api ghairah yang terasa menbakar tubuhnya.
"Kenapa jangan, hmm? Malam tadi aku sudah membiarkanmu berehat, Vanilla. Kau tahu sakitnya menahan nafsu?" Maddy mumutar tubuh isterinya dan menyambar bibir merah Vanilla. Sebelah tangannya menahan pinggang Vanilla dan sebelah lagi meremas dada Vanilla.
"Aku... aku... aku... mahu berbaring..." suara Vanilla tertahan. Kakinya terasa tidak mampu menyokong tubuhnya.
" Aku mahu melakukannya berdiri, Vanilla," Maddy terus mencumbui bibir dan lehernya bergantian. Tangannya tidak tinggal diam. Terus meremas dada isterinya.
" Aku sudah membayangkannya sejak malam tadi, sayang. Aku memasukimu dalam keadaan berdiri, menghentak dalam dengan tubuhmu bersandar pada dinding keras ini," sialnya mendengar Maddy meluahkan bayangan gilanya membuat Vanilla semakin basah. Nafsunya menggebu.
" Dan aku juga membayangkan ini, Vanilla, " Maddy menjilat puting Vanilla di sebalik lingerie merah yang dipakainya.
" Maddy, "Vanilla mencengkam rambut Maddy.
" Kau suka? " tanya Maddy kian menggoda. Lingerie pada bahagian breast Vanilla sudah basah melekat pada puting Vanilla. Maddy mendekatkan bibirnya pada puting itu dan menyedutnya dalam hingga Vanilla menjerit.
Kemudian, tangan Maddy bergerak ke bahagian bawah tubuh Vanilla. Ditariknya seluar dalam Vanilla. Dengan sekali sentakan, kain tipis segitiga itu melorot ke hujung kaki Vanilla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Release Me ✔️
RomanceAku bukan pemimpi yang sanggup melakukan apa sahaja demi mencapai mimpi dan impianku. Aku hanya melalui hidupku apa adanya, berpegang teguh pada takdir tuhan, tanpa pernah menyesalinya. Demi seorang saudara dan sahabat, kuhancurkan masa depanku. Mi...