Part 8

3.4K 73 6
                                    

" Bahagiaku bersamamu, satu rahsia yang tiada siapa pernah tahu. Rahsia yang erat kusimpul mati" - Maddy Maxwell.


Air mata Vanilla menitis tanpa henti, hingga orang suruhan Maddy yang menghias wajahnya kelihatan binggung. Malah sesekali lelaki berperwatakan wanita itu mengeluh kerana harus membetulkan solekan Vanilla beberapa kali.

"Jangan bersedih, Vanilla. Ini hari bahagia kalian. Percaya padaku, Maddy lelaki baik. Dari matanya, aku tahu dia mencintaimu. Dia akan menjagamu, Vanilla," lelaki itu menenangkan Vanilla.

"Jika diberi pilihan, aku lebih memilih mati daripada menjadi isterinya," balas Vanilla dengan isak tertahan. Sejenak lelaki itu membeliakkan mata nya mendengar jawapan Vanilla. Namun kemudian, dia mengangkat dagu Vanilla agar memandandangnya.

"Hidup, mati, jodoh, pertemuan dan perpisahan semuanya terletak di tangan Tuhan. Tuhan sudah memilih tangan Maddy untuk disatukan dengan tanganmu di hadapan altar. Jangan sesekali menyesali ketentuan Tuhan, Vanilla," nasihat lelaki itu tenang.

"Aku mencintai lelaki lain, Maner," Vanilla menangis tanpa isakan. Ingatannya jatuh pada sang kekasih yang saat ini tidak mengetahui kisah pedih yang sedang dialaminya.

"Maksudnya lelaki itu bukan jodohmu, Vanilla. Jika benar dia jodohmu, Tuhan tidak akan mengatur Maddy untukmu, Vanilla," tukas lelaki itu.

Masih banyak kata-kata nasihat yang ingin diberikannya kepada gadis yang sedang menangisi takdirnya itu, tetapi ketukan di pintu akhirnya membuatnya membatukan niatnya.

" Sudah siap? " Maddy berjalan mendekati Vanilla. Dari balakang, dipeluknya tubuh Vanilla. Pelukan yang begitu erat hingga membuat Vanilla terasa sesak.

"Bakal pengantinku kelihatan cantik. Tahu apa yang ada dalam fikiranku saat ini, bitch?" tanyanya, berbisik tepat di telinga Vanilla. Vanilla menggelengkan kepalanya. Hembusan nafas Maddy terasa menyapu leher dan tengkuknya.

Pada pantulan cermin besar di hadapan mereka, tatapan mata keduanya berpadu. Maddy menunduk hingga wajahnya kini berada pada leher Vanilla.

"Tahu apa yang ingin kulakukan, Vanilla?" ulangnya dengan nafas sedikit memburu.

"Mungkin kau ingin menghantarku pada ibumu, agar dia dapat menampar dan menjambak rambutku," sindirnya. Maddy terdiam sejenak, tetapi beberapa detik kemudian senyum lebar terukir di wajahnya.

" Saat ini, aku hanya ingin menelanjangimu, Vanilla. Aku ingin merobek gaun pengantin yang membaluti tubuhmu saat ini," bibirnya menyentuh leher Vanilla dan sedetik berlalu dia menghisap leher Vanilla hingga tubuh Vanilla menegang. Kedua tangannya mencengkam tangan Maddy yang kini menekan putingnya.

" Maddy. "

" Ya, Vanillaku. Rasamu selalu semanis Vanilla, " lidah dan bibirnya terus bekerja, menjilat, menggigit dan menghisap kulit lembut itu.

"Hentikan, Maddy. Ahhh..." Vanilla mengelinjang. Maddy berusaha memasukkan tangannya ke dalam gaun pengantin Vanilla yang ketat di bahagian dada itu.

"Shit!" Dia menyumpah bila usahanya gagal.

"Hentikan, Maddy. Bukan hanya kita berdua di sini," Vanilla sempat menangkap pandangan tajam dan jijik Maner yang terarah pada dirinya dan Maddy.

Please, Release Me ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang