Part 15

3.3K 69 2
                                    

" Meski cintamu masih kukuh untuknya, kumohon, biar cuma aku yang mengisi ruang di hatimu" - Maddy Maxwell

Vanilla memuntahkan semua yang ada di dalam perutnya. Setelah selesai, dia mengurut dadanya. Rasa mual sudah hilang, tetapi kepalanya tetap rasa berdenyut.

Maddy memeluk pinggangnya, menuntunnya kembali ke tempat tidur. Vanilla berbaring tanpa diminta, berharap dengan berbaring seketika rasa pening yang menderanya akan hilang. Maddy duduk di samping isterinya. Ditatapnya wajah isterinya yang kelihatan agak pucat.

"Kau mengandung, Vanilla," ucapnya dengan mata berbinar, seolah-olah impiannya yang bertahun didambakan akhirnya kini tercapai.

Ucapan Maddy menyebabkan Vanilla spontan menyentuh perutnya. Matanya menatap Maddy, tidak berkerdip untuk selama beberapa saat. Benarkah kini dia mengandungkan anak Maddy, lelaki yang dulu pernah dicintainya. Maddy, lelaki yang akhirnya memilih untuk mencintai sahabatnya. Lelaki yang meragut kegadisannya. Lelaki yang menikahinya kerana ingin membalas rasa sakit hati akibat dia menjadi penyebab lelaki itu kehilangan kekasih tercintanya.

"Aku takut, Maddy," Vanilla bersuara perlahan. Matanya masih menatap suaminya. Mengandungkan anak Maddy bermakna dirinya terikat semakin erat pada lelaki itu. Bagaimana dengan kehadirannya yang begitu dibenci Maddy. Bagaimana jika benar Maddy akan memintanya menjauh saat lelaki itu sudah tidak lagi menginginkannya? Mampukah dia menjadi ibu tunggal, membesarkan anaknya seorang diri?

"Takut? Setiap wanita yang sudah menikah harus bersedia menjadi seorang ibu, Vanilla," kata Maddy kesal.

"Maddy, aku..." Vanilla tidak tahu bagaimana harus mengatakannya. Mulutnya terbuka, namun sedetik kemudian mulutnya tertutup lagi.

"Tidak sudi mengandungkan anakku, hmm? Masih memikirkan untuk bersama Ivander?" Maddy mengetatkan rahangnya. Sakit dirasakannya saat memikirkan isterinya masih memikirkan untuk bersama lelaki lain.

"Maddy..." lirih Vanilla. Dia menarik lengan Maddy, meletakkan tangan lelaki itu di atas perutnya. Dia tidak tahu apa yang dirasakannya kini, tetapi yang jelas dia tidak mahu melihat suaminya marah-marah begini.

"Kita belum tahu aku mengandung atau tidak, Maddy. Mungkin aku muntah dan pening kerana terlalu letih. Kamu juga kasar menyentuhku tadi, Maddy," katanya.

"Kita beli upt, ya," cadang Maddy dengan suara lembut. Vanilla mengangguk. Tangan Maddy masih digenggamnya.

"Tapi aku mahu jalan-jalan, Maddy," Vanilla merengek manja. Perhatian yang diberikan suaminya membuatnya ingin bermanja-manja seketika. Tak ada salahnya juga, Maddy kan suaminya. Tidak ada salahnya seorang isteri bermanja-manja dengan suaminya.

"Hmm.." Maddy menjeling isterinya yang tersengih manja. Tidak tahu mengapa, tetapi hatinya begitu suka melihat tingkah Vanilla yang manja-manja. Dia suka melihar senyuman lembut isterinya.

"Aku mencintaimu, Vanilla. Aku benar-benar berharap kamu segera mengandungkan anakku. Hanya itu cara agar kamu terus terikat padaku," Maddy mencium dahi Vanilla.

💕💕💕

Mereka  menghabiskan masa berdua hari itu, menikmati keindahan kota Sydney.

"Begitu cantik, Maddy," Vanilla merentangkan kedua tangannya, menghirup udara yang berhembus dingin. Pantai Bondi (Bondi Beach) ternyata bukan bualan kosong orang semata. Pantai itu kelihatan sangat cantik. Hamparan pantainya begitu luas dengan laut yang kelihatan membiru.

Please, Release Me ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang