Khas buat pembaca setia 'Please, Release Me', saya publish extra partnya.
Vanilla mengusap perutnya yang sudah begitu besar dan tegang. Usia kandungannya kini sudah memasuki sembilan bulan. Maddy di sebelahnya masih tidur dengan lena. Mungkin penat setelah percintaan mereka subuh tadi. Meski Maddy menolak, namun Vanilla beria-ia meminta Maddy bercinta dengannya hingga akhirnya Maddy terpaksa menunaikan permintaan isterinya itu.
" Aku mungkin akan melahirkan esok atau lusa, Maddy. Dan sepanjang aku berpantang, kamu terpaksa menahan hasrat," Maddy tahu ke mana arah perbicaraan isterinya.
"Jangan, sayang. Aku takut anak kita..." namun jika Vanilla sudah menggodanya, tiada apa yang mampu dilakukan Maddy untuk menolaknya.
Vanilla merasa perutnya semakin tidak selesa. Bahagian ari-arinya terasa ditekan kuat.
"Maddy.. bangun. Perutku rasa sakit," Vanilla menggoncang tubuh suaminya. Maddy membuka mata dan mendapati wajah pucat isterinya berkerut menahan sakit.
"Sayang..kenapa?" Maddy ikut memegang perut isterinya.
"Sakit.." Vanilla seakan ingin menangis.
"Mungkin kerana tadi kita baru saja melakukannya," Maddy menyesal. Andai saja tadi subuh dia dapat menahan godaan isterinya.
" Baby kita sudah tidak sabar ingin berjumpa kita, sayang," Vanilla senyum pada suaminya meski dia merasa perutnya semakin sakit.
" Kamu sudah mahu melahirkan?" Maddy membuka lebar matanya. Vanilla mengangguk. Maddy semakin panik. Segera dicapai pakaiannya dari dalam almari.
" Tukar pakaianmu, sayang. Kita perlu ke hospital, " dia membantu Vanilla memakai gaun mengandungnya. Vanilla mengucup pipi suaminya yang begitu dekat dengan wajahnya.
"I love you. Jangan terlalu cemas, Maddy" katanya, cuba membuang kepanikan suaminya.
"I love you too, honey," tetap tiada senyuman pada wajah Maddy. Lelaki itu memang kelihatan begitu cemas.
" Sini, sayang, " setelah selesai memasukkan barang keperluan Vanilla ke dalam kereta, Maddy kembali dan mengangkat tubuh isterinya menuju keretanya. Vanilla diletakkan di kerusi penumpang di hadapan. Maddy menumbangkan sedikit kerusi tersebut dan memasangkan tali pinggang keledar untuk isterinya.
" Kamu ternyata sayang juga padaku, Maddy, " Vanilla mengusik suaminya.
" Hmmm... aku terlalu menyayangimu, Vanilla," jawabnya serius tanpa mampu tersenyum sedikitpun. Saat ini apa yang menjadi keutamaannya hanyalah Vanilla dan anak di dalam kandungan Vanilla. Dia takut jika harus kehilangan mereka.
💕💕💕
"Sakit, Maddy," Vanilla menggenggam erat tangan suaminya saat dirasakan perutnya mengalami kontraksi.
"Sabar, sayang. Kuat, ya... demi bayi kita," pujuk Maddy menenangkan isterinya. Peluh di dahi Vanilla diseka dengan jemarinya.
Sepuluh minit dirasakan begitu lama. Vanilla menangis. Dia merasakan kesakitan yang selama ini belum pernah dirasakannya. Maddy ikut menangis dalam hati. Dia mencintai isterinya. Saat ini dia merasa sangat bersalah kerana telah memberikan kesakitan ini kepada isterinya.
Vanilla memejamkan mata saat sekali lagi dia diperiksa untuk mengetahui bukaan pintu rahimnya.
"Semoga pintu rahimnya sudah buka, sayang," bisik Maddy di telinga isterinya. Maddy tidak sabar semua ini cepat berlalu. Dia tidak sanggup melihat isterinya menahan sakit lebih lama lagi.
"Bukaan rahim sudah sepuluh sentimeter. Bila kontraksi datang, puan teran, ya," Vanilla mengangguk. Maddy mencium dahi isterinya.
"Aku mencintaimu, sayang. Aku mencintai kamu dan anak kita," Maddy menahan diri. Air matanya hampir jatuh melihat perjuangan Vanilla untuk melahirkan buah hati mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Release Me ✔️
RomanceAku bukan pemimpi yang sanggup melakukan apa sahaja demi mencapai mimpi dan impianku. Aku hanya melalui hidupku apa adanya, berpegang teguh pada takdir tuhan, tanpa pernah menyesalinya. Demi seorang saudara dan sahabat, kuhancurkan masa depanku. Mi...