Part 16

3.1K 78 4
                                    

" Maafkan aku, kerana semuanya memang salahku. Lepaskan aku kerana aku tidak layak bahagia dan memiliki cinta," - Vanilla Aresha Abraham

Vanilla memegang dahinya yang berdenyut akibat pemandangan di hadapannya. Hatinya luluh, hancur lebur saat melihat kekasihnya bersama wanita lain. Dan kelihatannya wanita itu bukan hanya teman Ivander. Wanita itu kelihatan mencintai Ivander.

" Vanilla," Ivander menolak wanita berambut perang yang sedari tadi memegang lengannya. Ivander cuba menarik Vanilla ke dalam pelukannya. Tetapi dengan pantas Maddy menepis tangannya.

"Jangan sampai tanganmu menyentuh tubuh isteriku. Vanilla kini sudah menjadi isteriku. Jauhi dia," ucap Maddy dengan angkuh. Ivander mendengus.

" Dia kekasihku, Maddy. Ramai wanita lain di luar sana, mengapa dia yang kau pilih?" Ivander meninggikan suaranya.

" Kekasihmu? Kau tidak berhak lagi, Ivan. Aku yang berhak ke atas Vanilla kini kerana aku suaminya," Maddy tersenyum, merangkul tubuh isterinya dengan lebih erat.

Bug! Bug!

Dua pukulan dilayangkannya pada muka Maddy. Maddy tidak sempat mengelak. Dia terhuyung bersama Vanilla masih dalam pelukannya.

" Kau merampasnya, sial. Kau merampasnya dariku! " Ivander berteriak hingga kini mereka menjadi tumpuan beberapa orang pengunjung di Opera House itu.

"What happen, Ivan?" Wanita berambut perang yang berdiri di sebelah Ivander mengusap lengan Ivander. Jujur, dia belum pernah melihat lelaki itu semarah ini.

Mata Vanilla menatap luka ke arah Ivander. Dia baru menyedari, kekasihnya dalam diam rupanya memiliki wanita lain di belakangnya.

"Untuk pengetahuanmu, aku tidak merampasnya darimu, bastard. Dia yang datang kepadaku, menyerahkan dirinya untuk menjadi isteriku," Maddy senyum sinis. Tangannya meraba tulang pipinya yang terasa berdenyut.

"Katakan kepada lelaki yang mengaku dia kekasihmu ini, Vanilla. Katakan kau yang datang kepadaku, menyerahkan keperawananmu padaku," Maddy sengaja menjilat leher isterinya sambil matanya memandang Ivander, penuh dengan tatapan mengejek.

" Katakan semuanya bohong, sayang, "Ivander menatap mata gadis yang dicintainya itu. Baginya tidak mungkin gadis seperti Vanilla sanggup bersikap murah seperti yang dikatakan Maddy.

" Kenapa diam, sayang. Katakan semuanya tidak benar, " pujuk Ivander. Dia sangat berharap agar Vanilla menafikan semua kata-kata Maddy.

"Maafkan aku, Ivan. Semua yang dikatakan Maddy benar. Maafkan aku," Vanilla menunduk, tidak sanggup menatap mata kekasihnya yang memancarkan seribu luka.

Plak! Plak!

Vanilla tersentak. Maddy juga terkejut. Dua tamparan mengena pipi Vanilla. Semuanya berlaku begitu pantas dan tanpa. Vanilla memegang pipinya yang perih. Air matanya menitis perlahan, mengiringi hatinya yang retak.

Maddy melepaskan pelukannya pada tubuh Vanilla dan mendorong wanita itu agar berlindung di belakangnya. Maddy menggenggam penumbuknya.  Namun Vanilla menahan tangan suaminya.

"Jangan, Maddy. Semua memang salahku."

"Kau murahan, pelacur!" Kata-kata itu meluncur dari bibir Ivander. Pelacur! Vanilla senyum pahit. Sudah beberapa kali dia mendengar gelaran itu dilemparkan kepadanya. Selama ini dia diam. Tetapi saat kata itu terucap dari mulut lelaki yang dicintainya, dia tidak mampu menahan lagi.

"Ya, Ivan. Aku memang pelacur. Ibu mertuaku mengatakan aku pelacur. Kamu mengatakan aku pelacur. Maddy juga mengatakan aku pelacur. Aku pelacur! Aku memang pelacur!" Vanilla memukul dadanya berulang kali sambil meneriakkan kata-kata 'Aku pelacur! "

" Sayang," Maddy cuba menenangkan isterinya. Dirangkulnya tubuh isterinya yang bergetar.

"Jangan panggil aku' sayang'. Aku pelacur. Aku tidak layak mendapatkan cinta. Aku tidak layak bahagia. Lepaskan aku, Maddy. Ceraikan aku. Please, release me, Maddy. Let me go, please!" Vanilla menangis senggugukan, tidak peduli lagi dirinya menjadi tontonan orang di situ.

" Tidak, sayang. Aku tidak akan melepaskanmu, " Maddy menuntun isterinya meninggalkan Opera House. Ivander memandang kepergian Vanilla dengan perasaan berat. Dia sudah menyakiti hati kekasihnya. Saat ini, dia merasa benar-benar jauh daripada Vanilla. Setelah apa yang dikatakannya, tidak mungkin Vanilla akan memaafkannya.

Meski tahu isterinya terluka dengan kata-kata Ivander, dalam diam Maddy tersenyum lebar. I'm the winner! Dia menjerit dalam hati.

Vanilla melangkah di samping suaminya menuju ke tempat penginapan mereka. Suara Milly, Maddy dan Ivander yang mengatakannya pelacur terngiang di telinganya. Mendadak Vanilla merasakan kepalanya berdenyut hebat. Dia memicit dahinya sambil mengerdipkan matanya berulang kali.

"Kau okey?" Maddy cemas saat dia menoleh pada Vanilla dan melihat wajah isterinya yang mendadak pucat. Vanilla tidak menyahut. Dia cuba membuka matanya, namun kelopak matanya terasa berat. Pandangannya samar-samar sebelum akhirnya semuanya menjadi gelap.

"Sayang!" Maddy menjerit saat tubuh isterinya hampir rebah. Nasib baik Maddy sempat menyambut tubuh Vanilla kerana tangannya memang sedari tadi memeluk pinggang isterinya itu.

" Sayang..." Maddy mengangkat tubuh isterinya memasuki lobi hotel.

"Help me. Please, call the doctor," katanya dengan suara bergetar. Dia terdudul di atas sofa di lobi hotel dengan Vanilla berada dalam gendongannya.

"Never leave me, Vanilla. I love you. I really love you," air mata lekakinya menitis. Dia begitu takut Vanilla akan pergi meninggalkannya.

💕💕💕

Di rumah orang tuanya, Aran berusaha memujuk ibunya. Nohan, wanita berusia enam puluh tahun itu asyik menangis sejak seminggu yang lalu, tepatnya saat mengetahui apa yang terjadi pada Vanilla, anak gadis kesayangannya.

"Apa yang sudah kau lakukan pada adikmu, Ran," dia memukul tubuh anak lelakinya itu.

"Kamu sampai hati pada adikmu. Kamu sanggup menukarnya dengan Anila," katanya sayu.

"Maafkan, Ani, ma," Anila memeluk tubuh ibu mertuanya itu.

"Aku tidak akan memaafkan kalian. Aku tidak akan mengampunkan kalian sebelum anak gadisku kembali ke rumah ini." Nohan berusaha menepis pelukan menantunya.

"Maafkan Anila, ma. Dia sedang mengandungkan cucu mama," Aran juga kini menangis.

Semua yang terjadi bukan kehendaknya. Apa yang dilakukannya dulu hanyalah bertujuan agar Maddy kelihatan curang pada Anila, agar perpisahan mereka seolah-olah  kerana kesalahan Maddy. Aran dan Anila tidak menduga Maddy akan bertindak lebih jauh dengan menikahi Vanilla.

"Dapat kau bayangkan kehidupan adikmu, Ran. Dia menikah dengan lelaki yang tidak mencintainya. Lelaki yang menikahinya kerana ingin membalas rasa sakit hati atas perlakuan kalian," Aran harus rela menelan kata-kata ibunya. Dia tahu bagaimana sifat Maddy. Lelaki yang sanggup melakukan apa sahaja untuk kepentingan dan kepuasan dirinya.

" Baiklah, ma. Ani akan kembali pada Maddy... " ucap Anila dengan berat. Dia meraba perutnya. Dengan perut yang sebentar lagi akan memboyot, mungkinkah Maddy mahu menerimanya kembali, Anila menyoal dirinya sendiri.

"Tidak, sayang. Aku tidak akan mengizinkanmu kembali pada lelaki itu. Kita akan mencari jalan lain untuk membebaskan Vanilla," Aran memeluk isterinya. Sebelah lagi tangannya memeluk ibunya. Mereka bertiga menangis sambil berpelukan.

Nohan, meski mulutnya mengatakan tidak akan pernah memaafkan anak dan menantunya itu sebelum mereka membawa Vanilla kembali, namun hati ibu mana yang sanggup melepaskan menantu yang kini sedang mengandungkan darah keturunannya sendiri.

"Jangan bawa cucu mama pergi," kata-kata yang membuat Aran dan Anila menitiskan air mata bahagia. Seminggu lamanya mereka menagih restu dan kemaafan daripada sang ibu, saat ini baru mereka mendapatnya.

Happy reading.
Tbc...

Please, Release Me ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang