Waktu telah beranjak siang, dan sekarang adalah waktunya untuk pulang.
Penat menghiasi wajah para siswa yang saat ini sedang berkemas, serta membereskan kembali tenda-tenda yang kemarin mereka pasang.
Tadi, pemenang masakan terenak jatuh kepada regu Joy. Memang pantas si kalau regu mereka menang, karena salah satu orang tua dari mereka bekerja sebagai chef di restoran terkenal, jadi mungkin bakatnya turun ke anaknya.
Setelah selesai berkemas, mereka kembali berjalan menuju parkiran bus.
"Capek banget sih, mau pingsan tapi ga bisa bisa" Jennie terhuyung kedepan kemudian jongkok dibawah pohon rindang. Keringat sudah membanjiri seluruh tubuhnya, badannya juga terasa remuk, ditambah kepalanya yang senat senut.
Rose menatap Jennie sejenak, dia merasa tidak tega dengan temannya itu, jadi dia berinisiatif untuk memanggilkan petugas PMR.
"Kak Nayeon tolongin temen gue ya, kasian, ajalnya udah deket" pinta Rose kepada Nayeon yang telah membawa kotak P3K di tangannya.
Nayeon mengangguk mengiyakan. PMR itu ikut jongkok didepan Jennie kemudian membalurkan minyak angin di leher dan perut cewek itu.
Satu lagi temannya bertugas untuk memijat bahu dan kepala Jennie.
"Aduh kok lo jadi sakit begini" panik Changkyun yang baru saja menghampiri Jennie. Kini cowok itu menempelkan punggung tangannya di kening Jennie mencoba memeriksa suhu tubuh sang adik.
"Astaga, lo demam!" kekhawatiran Changkyun bertambah berkali kali lipat dari sebelumnya saat tau suhu tubuh adiknya meningkat.
Jennie menggeleng lemas, "udah gue ga apa apa, ayo ke bus aja, biar gue istirahat disana" Jennie berujar parau, matanya berkedip beberapa kali mencoba menetralkan penglihatannya.
Dengan sigap Changkyun langsung mengangkat tubuh Jennie ala brydal style dengan dua tas ransel yang tersanggah dikedua bahu lebarnya.
Mingyu ingin sekali membantu, tapi ia juga sedang membawakan ransel milik kekasihnya.
Kalau Hyungwon? Entahlah, dari tadi setelah membereskan tenda, tidak ada lagi yang tau dimana keberadaan cowok itu.
"Mau gue bantu?"
Changkyun menatap datar si lawan bicara.
"Ga perlu" balasnya singkat tanpa ekspresi.
Seokjin. Orang yang ingin membantu Changkyun hanya menipiskan bibir. Ia tidak mau memaksa karena akan menambah keributan.
Setelah cukup lama mereka berjalan. Akhirnya mereka tiba di parkiran bus, tanpa menunggu lama lagi mereka sudah diarahkan untuk segera masuk ke dalam bus.
Changkyun langsung mendudukan Jennie di bangku tengah yang kemarin mereka tempati. Dengan cekatan Changkyun menempelkan kompresan instant yang terselip di antara tas camilannya.
Tak lama mata Jennie terpejam, nafasnya terdengar teratur, selimut juga sudah membalut tubuhnya, dan jangan lupakan poni tipis yang menjuntai menutupi sebagian kompresan yang ada di keningnya.
Lucu, itulah kata yang tepat untuk mendeskripsikan wajah pucat pasi Jennie saat ini.
Satu persatu para penumpang bus mulai menempati bangkunya masing-masing. Seokjin yang ingin duduk sempat melirik ke belakang untuk melihat kondisi Jennie, kemudian bibirnya membentuk sebuah lengkungan tipis, sangat tipis, bahkan hanya dirinya yang tau bahwa dia sedang tersenyum.
Setelahnya datanglah Taehyung bersama dengan Somi. Dia memang tidak terlihat perduli, bahkan dia tidak melirik ke arah bangku didepannya sedikit pun. Tapi tidak ada yang tau bahwa fikirannya sangat tidak tenang saat ini. Raganya memang ada, tapi hati dan fikirannya melayang jauh kepada Jennie.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You but I Hate You [REVISI]
Teen Fiction❝I hate you!! I hate when you hurt my heart, but I also can't deny that I really love you❞