Hai Adam dan Hawa kambek niiih hihi
Gimana kabar kalian mantemanku?
aku sehat (belom ada yang nanya padahal haha)
Vote dulu ya sebelum berselancar hehe
*
*
Sepanjang perjalanan keduanya hanya diam saja hanya alunan musik dari radio yang cukup membuat Hawa jengkel karena lagu Pelangi milik Hivi yang pas sekali dengan keadaannya sekarang.
Mengapa ku tak bisa jadi
Cinta yang takkan pernah terganti
Ku hanya menjadi
Cinta yang takkan terjadi
Hawa mengumpat dalam hatinya, diliriknya Adam yang tetap fokus pada jalanan yang walau pun mukanya terlihat datar tetap saja tampan bagi Hawa.
Hawa mengalihkan pandangannya pada pemandangan di luar jendela, beberapa pedagang kaki lima dan wisatawan sudah memadati jalan Mallioborro. Ayolah Hawa ingin segera sampai di apartemen Awan.
DRTTT
Ponsel Hawa bergetar, dilihatnya jika Jovan tengah menghubunginya. Astaga dia lupa telah meninggalkan lelaki itu di hotel tadi. Tanpa mengacuhkan Adam yang juga ikut memperhatikan siapa si penelpon Hawa pun sgera mengangkat panggilan Jovan.
"Halo, Wa. Lo dimana sih? Katanya pulang bareng gue,"
Hawa meringis saat setelah mengangkat telpon sang penelpon yang langsung memberondongnya pertanyaan. "Duh sorry ya, Van, gue ada urusan mendadak. Lupa juga ngabarin elonya, maafin ya."
Jovan menghela nafas di seberang sana, kayaknya dia kesal deh. "Ok, besok bareng gue ya pulangnya. Gue tuh tadi pengen ngajak lo pergi ke cafe yang baru buka di deket hotel itu loh."
"Iya, besok ya, Van. Sorry banget ya, gue jadi nggak enak nih sama lo," saat menjawab Hawa sedikit melirik pada Adam yang terlihat sesekali memperhatikannya. Kebiasaan Adam jika dia bertelepon dengan lawan jenis.
Jovan terkekeh kemudian berdehem. "Iya udah nggakpapa, besok ya, Wa. Ingat! See you, Wa."
"Iyeee," Hawa mematikan sambungannya dan kembali memasukkan ponselnya pada tasnya.
"Siapa tadi? Playboynya sales itu ya?" suara Adam menginterupsi keheningan diantara mereka.
"Namanya Jovan mas,"
Adam manggut-manggut, melirik sekilas pada Hawa yang masih setia menatap jalanan membuatnya merasa kesal sendiri. Apakah jalanan lebih menarik daripada dirinya?
"Besok dan seterusnya kamu berangkat dan pulang bareng sama mas atau nggak sama Awan dan Mega," ucap Adam dengan wajah datarnya.
Hawa berdecak kesal, dirinya menatap Adam yang kini tengah memarkirkan mobilnya pada baseman apartemen milik Awan. Lelaki ini mulai bertindak seenaknya dan menyebalkan. "Apa sih mas? Gaje banget."
"Mas nggak bercanda sama sekali, Wa. Mas serius, dan mas nggak suka dibantah," final Adam, dikecupnya puncak kepala Hawa kemudian diacak pelan rambunya. "Yuk, keluar. Kita sudah sampai."
KAMU SEDANG MEMBACA
Adam & Hawa
ChickLit"Mas bisa masakin buat kamu, Wa. Tinggal temenin belanja aja. Nanti juga ayo aja." "Nggak boleh gitu. Aduh mas gimana sih, nanti kalau mbak Jov tahu aku sama mas pergi bareng cemburu lagi, marahan lagi. Aku kan ja...