Tiga puluh tahun yang lalu, atau lebih tepatnya tanggal 4 februari 1990, lahirlah seorang bayi laki-laki dengan kondisi sehat, dan tanpa kekurangan suatu apa pun, puji Tuhan Atas Segala Rahmat Nya, dan bayi itu sekarang sudah menjadi seorang ayah, tak lain dan tak bukan adalah aku sendiri.
Terima kasih atas nikmat yang Tuhan berikan selama ini, sampai sekarang, dan kepercayaan Nya yang telah menganugerahkan buah hati yang begitu istimewa untuk kami.
Jika mengingat seperti apa aku dulu, rasanya sangat malu untuk meminta lagi padaMu, tapi aku tahu, pintu ampun Mu selalu terbuka untuk semua umat Mu yang ingin berserah diri sepenuhnya padaMu, Tuhan doa ku, semoga aku diberi kesehatan dan umur yang panjang agar bisa merawat dan mengasuh anak-anak ku sampai akhir nanti.
Amin.
Dan tepat tengah malam tadi, seseorang menelfonku, seseorang yang kehadiran nya sangat ku rindukan, seseorang yang suara tawanya mampu meluluhkan hati ku, entah sudah berapa hari kami tidak bertemu, dan itu nenyiksaku.Kriing. . . .
"Hallo"
"Selamat ulang tahun mas, doa terbaik untukmu" suara nta terdengar menyapa indera pendengaranku, rasanya ingin menangis, tapi aku malu, tenggorokan ku sakit jadi nya.
"Amin, terima kasih dek" jawab ku, tak berani berucap banyak, takut kelepasan.
"Aku tunggu di rumah, ku mohon datang lah untuk malam ini saja" undang nya.
Tanpa ragu, aku pun memakai hoodie hitamku, hujan masihlah turun meski hanya rintik-rintik, aku pun mendatangi rumah nya.
Ceklek.
Memasuki kamar dengan lampu yang menyala terang, aku mengerutkan kening ku, sambil menutup pintu, dia hanya tersenyum di sisi lemari pakain nya.
Thak!
Lampu padam, dan kamar hanya diterangi cahaya lilin dari kue ulang tahun yang sudah dia siapkan untuk ku, kemudian mengambilnta dari atas meja riasnya dan membawanya kehadapanku.
"Happy birthday to you. . . Happy birthday to you. . . Happy birthday. . . Happy birthday. . . Happy birthday to you. . ." Nyanyi nya lirih.
"Make a wish, dan tiup lilin nya" ucapnya.
Ku pejamkan kedua mataku dan berdoa pada Tuhan, lalu. . .
Huft. . .
Lilin padam sekali tiup, dia kembali menyalakan lampu kamar nya, menuntunku untuk duduk lesehan diatas karpet kamar nya.
"Aku bersyukur bisa merayakan ulang tahun orang yang aku sayangi, ku harap kamu pun begitu mas, karena Tuhan masih memberimu umur panjang" aku hanya tersenyum mendengar setiap perkataan nya, karena rasa rinduku membuat fokusku hilang.
"Untuk perayaan tahun depan, dan tahun-tahun yangvakan datang berikutnya, semuanya akan bahagia, karena aku memikirkanmu, aku akan bersyukur telah terlahir di dunia ini, karena orang yang kucintai masih sehat, jarena itu lah, hari ulang tahunmu, akan menjadi hari bahagia ku"
Cup
Dia mencium asal kapalaku, dan aku membalasnya dengan pelukan.
"Aku sudah menepati janjiku ya mas, untuk merayakan hari istimewa mu bersama-sama, aku sudah tak punya hutang lagi sekarang" ucapnya dipelukanku.
"Terima kasih dek, terima kasih" jawabku sambil mengangguk cepat.
"Nah, sekarang potong kue nya" kembali dia tersenyum pada ku dan menyerahkan pisau plastik untuk memotong kue ku.
Kami pun menghabiskan waktu kebersamaan ini untuk bercerita sambil memakan kue tanpa menyinggung hubungan kami.
"Mas, yang jual kue tadi kepo"
"Kepo gimana dek?"
"Kan dia nanya, mau di kasih tulisan ngga? Ku jawab dikasih tulisan 'happy birthday GUMINHO' ya mbk, trus dia nanya, Guminho itu nama apa tho mbk? Ku jawab, itu nama panggilan kesayangan kok mbk, trus dia nanya lagi, lha mbk manghil nya apa? Gum, Minho, atau Gumgum?
Aku yang mendengar ceritanya hanya tertawa terpingkal-pingkal.
"Terus kamu jawab apa?" Tanya ku.
"Aku belum jawab, dia sudah ditegur teman nya, mungkin teman nya sungkan, takut aku tersinggung mas" jawab nya.
Jika ditanya apa kami tidak melakukan hal yang lebih untuk mengobati rasa kangen kami? Jawabnya tidak, jujur aku sangat ingin melampiaskan nya, tapi aku tahan, aku tak ingin meruntuhkan usaha nya untuk melepasku selama ini.
Selama aku hidup, pengalaman merayakan ulang tahun dengan tiup lilin dan potong kue bersama mbk Lastri, adalah pengalaman pertama ku, dia selalu bisa membuatku terharu dengan perhatian-perhatian kecil nya, meski dia lebih muda dari ku.
Terima kasih mbak Lastri, untuk segalanya selama ini, semoga kamu pun juga segera menemukan kebahagiaan.
Sampai jumpa🖐
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart To Heart
Randomcinta itu tumbuh di hati, bukan di mata, cinta itu hati yang merasakan nya, bukan mata, atau pun telinga, selama kalian punya hati, kalian berhak untuk dicintai dan mencintai, tanpa peduli apa ada nya diri mu.