ENAM

473K 32.3K 6.4K
                                    

~• Rahasia Kita •~

Happy Reading 🖤
.
.
.
.
.


Hari ini Alysha merasa sangat lelah. Setelah tadi pagi otaknya dipusingkan dengan soal-soal fisika yang rumit, dan siang harinya ia dihadapkan oleh praktikum kimia, kini dirinya harus melewati perjalanan yang sangat melelahkan. Bagaimana tidak, ia dan Dika sudah sampai dirumah sakit, namun ternyata dokter Hendri sudah lebih dulu pulang. Sehingga membuat mereka mau tidak mau menyusul dokter itu ke kediamannya, dengan jarak yang cukup jauh. Waktu berjam-jam hanya mereka habiskan diperjalanan.

Gadis itu pun memutuskan untuk menyandarkan kepalanya dipunggung tegap milik Dika, walaupun dalam hati ia merasa sangat canggung dan takut jika lelaki didepannya akan beranggapan buruk tentang dirinya yang telah lancang seperti ini. Tapi ya sudahlah masa bodo, Alysha tak peduli, lagian mereka sudah menikah, jadi tidak ada salahnya kan?

Sementara Dika, awalnya ia terkejut atas perlakuan Alysha, tentu saja dirinya merasa risih namun ia mencoba menepis itu semua karena menurutnya, ia harus mulai terbiasa, mengingat status mereka yang sudah menikah.

Selama ia dan Alysha menikah, mereka tidak pernah sedekat ini. Jika diatas motor pun, Alysha biasanya hanya berpegangan pada bagian samping jaket yang ia kenakan.

Dika menghentikan motornya dihalaman sebuah rumah bercat putih. Lelaki itu mematikan mesin motornya lalu melepas helm yang ia kenakan. Alysha membuka matanya yang sedari tadi terpejam dan menegakkan tubuhnya yang bersandar pada punggung Dika.

"Turun dulu," titah Dika yang langsung dituruti oleh Alysha. Gadis itu melirik jam ditangannya yang menunjukkan pukul delapan lebih sepuluh menit.

Dika sudah berjalan lebih dulu memasuki pekarangan rumah dokter Hendri, sementara Alysha memutuskan untuk menunggu diluar daripada mengikuti lelaki itu masuk.

Sudah sekitar lima belas menit ia menunggu, namun Dika belum juga kembali. Alysha menggerutu karena kesal menunggu lama, ditambah rasa perih diperutnya yang belum terisi sejak tadi siang.

Mata Alysha berbinar seketika saat melihat Dika yang akhirnya berjalan keluar dari dalam rumah tersebut.

"Lama banget," keluh Alysha, namun tidak digubris oleh Dika. Menurutnya itu kesalahan Alysha sendiri yang tidak ikut kedalam dan lebih memilih menunggu diluar.

"Dika, gue laper," ujar gadis itu kembali.

Dika menghela napas panjang, "Mau makan apa?"

"Apa aja yang penting bisa dimakan," jawab Alysha pasrah, dirinya benar-benar butuh sesuatu untuk mengisi perut kosongnya. Dika tampak berpikir sejenak lalu kemudian lelaki itu bergegas menaiki motornya.

"Cepet naik."

.
.
.

Ternyata Dika membawa gadis itu ketempat penjual martabak. Ia menghentikan motornya tepat disebelah gerobak si penjual tersebut.

"Bang, martabak telor satu," pesan Dika dengan suara yang sedikit keras karena dirinya enggan beranjak dari motor.

"Yang biasa atau yang spesial?" tanya sang penjual.

"Yang spesial."

"Telor ayam atau bebek?"

Lelaki itu menatap jengah, "Terserah abang aja lah," jawabnya pasrah.

Setelah membayar pesanannya itu, ia langsung memberikan makanan tersebut kepada Alysha yang berada dibelakangnya.

"Ganjel dulu pake ini cukup kan? Kalo kita makan diluar takutnya bi Tuti udah masak, kasian kalo nggak dimakan," ujar Dika.

Rahasia Kita [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang