Magical

562 63 5
                                    

« h a r e a d ♡ »

   Jihoon menunduk mendapati tatapan remeh yang ditunjukkan padanya, kaki pendeknya pun berjalan pelan menuju kursi miliknya. Dan setiap pergerakannya pun tak luput dari pandangan teman sekelasnya.

Dan seperti yang sudah ia duga, teman-temannya sudah menjebaknya. Kali ini dengan permen karet yang sekarang menempel pada kursi milik juga tulisan-tulisan menyayat hati di meja miliknya.

Jihoon mencoba menahan air matanya, karena itu cukup berbahaya ditempat ramai saat ini.

Srettt- dugh!

Jihoon jatuh tersungkur sesaat teman sekelasnya tersebut menarik tasnya dengan kasar, membuatnya ikut tertarik dan berakhir tersungkur.

Dirinya diseret hingga berada didepan kelas tanpa perasa, posisinya pun masih terduduk. Hingga tak lama, lemparan kotak susu itu menerpa dirinya, tak lupa seember air pembersih lantai yang membasahi seluruh tubuhnya. Cemoohan itu pun tak luput dari pendengarannya.

Hingga kelas yang tadinya sudah bersih dan rapih menjadi sangat berantakan dan kotor.

“Apa yang kalian lakukan?Memangnya aku berbuat salah pada kalian?” tanyanya dengan lemah.

Tuk!

“Sebenarnya tidak, tapi coba kau pikir. Memangnya orang cacat sepertimu pantas masuk sekolah elit seperti ini? Terlebih dalam kelas kami! Cih! Menjijikan sekali.” jawab salah satunya setelah melempar sekotak susu itu dan tepat mengenai tulang pipi kiri Jihoon.

“Harusnya kau bersyukur Sampah, kali ini Guanlin tidak ikut turun tangan melakukan hal ini padamu!”

“Sepertinya wajahmu perlu ku bersihkan.” salah seorang lainnya pun berjalan mendekat dan menumpahkan air mineral itu pada wajahnya.

Jihoon yang sudah tidak kuat menahan tangisnya pun segera meninggalkan kelas dan berlari menuju taman belakang.

Ia menumpahkan air matanya kala dirinya sampai dibalik pohon maple itu, yang dengan segera tangannya mengadah menahan agar air matanya tidak terjatuh melewati batas rahangnya.

Tapi apa yang bisa ia lakukan jika air matanya saja berlomba-lomba keluar dari manik galaxy kanannya. Kala tetes air mata itu melewati batas rahangnnya, dengan cepat tetesan itu berubah menjadi mutiara gold kecil yang mengkilap.

Tangan kanannya mengadah mengumpulkan mutiara itu, sedangkan tangan kirinya merogoh isi tasnya dan mengambil sapu tangan miliknya.

Dengan cepat, Jihoon memindahkan butir-butir mutiara itu pada sapu tangan miliknya.

Cacat yang dimaksud oleh teman-temannya adalah manik mata Jihoon yang berbeda warna. Mata asli Jihoon berwarna cokelat pekat, sedangkan cacatnya berwarna biru laut. Mereka menyebutnya ‘Half blind, dan sebab mereka berasal dari keluarga terpandang, mereka awam untuk hal-hal kekurangan seperti ini.

Mereka pun tak tahu bahwa manik mata Jihoon yang berwarna biru pekat, tepatnya mata cacatnya dapat mengeluarkan mutiara gold tiap kali ia melewati batas rahang Jihoon. Oh tentu jika kau menjual satu saja butir mutiara gold itu harganya bisa mencapai 270 ribu won!

Jihoon mengeluarkan kalung emas dengan bandul berbentuk Peri dari balik seragam sekolahnya. Lantas tangan kanannya menggenggam bandul tersebut dan ia menutup matanya, bibirnya pun bergerak membaca satu kalimat yang sudah ia hapal diluar kepala,

Vino la mine, dulcea mea basm.”

Hingga secercah cahaya menguar dari dada kirinya, dan muncul lah seorang peri dengan gaun emas nan anggun itu.

Hingga secercah cahaya menguar dari dada kirinya, dan muncul lah seorang peri dengan gaun emas nan anggun itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kau membangunkanku?” sapanya dengan suara lembut nan anggun.

Jihoon tersenyum dibuatnya, ia mengangguk dengan semangat. “Apakah Zana tidak keberatan jika Jihoon bangunkan?”

“Itu bukanlah sebuah masalah besar, sayang. Lantas ada apa Jihoon membangunkan Zana pada pagi hari ini hm?” Zana sang peri pun duduk bersebelahan dengan Jihoon.

Jihoon pun lantas menyamankan dirinya dengan bersandar pada Zana. “Tolong kembalikan seragamku seperti semula, Zana lihat sendiri bahwa seragam Jihoon benar-benar tak layak pakai.”

Zana mengangguk, “Kalau begitu, lantas berdirilah dihadapanku.” Jihoon yang mendapat perintah pun lantas menegakkan dirinya dan berdiri dihadapan sang Peri.

Zana meniupkan beberapa serbuk emas pada tubuh Jihoon, hingga kini dirinya kembali bersih seperti semula. “Multumesc Zana.”

Cu placere draga mea.”

Jihoon pun beranjak memeluk sang Peri dengan erat yang dibalas tak kalah erat. Tangan lentik Zana pun mengusap surai madu Jihoon dengan lembut. “Apa Jihoon masih mendapat perlakuan buruk dari teman-teman Jihoon?”

Jihoon mengangguk samar dalam pelukan sang Peri. “Apa Zana harus turun tangan, sayang?”

Ia menggeleng dengan cepat, “Tak perlu Zana. Mereka masih batas wajar mereka, tak apa. Jihoon masih bisa menangani mereka.”

Zana mengangguk, “Kalau begitu katakan kapanpun Jihoon membutuhkan bantuan Zana. Sekarang Jihoon kembalilah kedalam kelas.”

“Baiklah Zana, Multumesc. Jihoon akan kembali ke kelas.” Zana mengecup panjang kening Jihoon kala pelukan keduanya terlepas.

“Ah ya Zana, ini.” Jihoon memberikan sapu tangan berisikan mutiara gold miliknya pada Zana.

“Air mata Jihoon?” tanya Zana dengan lembut yang diangguki oleh Jihoon.

Ne vedem mai tarziu, Zana.”

Ne vedem mai tarziu, Jihoon.”

Jihoon berbalik dan hendak mengucapkan mantera untuk mengembalikan Zana ke dalam dirinya, sebelum ia menangkap sosok Guanlin yang menatap keduanya dengan terkejut. Ah! Sepertinya ia melihat semuanya sejak awal.

Situație de pericol.”












To be continued...


Back with another fantasy story, hehehe...
I wish that all of you enjoy with my imagination><

Ini jadi beberapa part kayak kemaren ya, hehe...

Romania Trans;

Zana : Fairy
Vino la mine, dulcea mea basm : Come to me, my sweet fairy tale
Multumesc : Thank you
Cu placere draga mea : You're welcome my dear
Ne vedem mai tarziu : See you later
Situație de pericol : Danger situation

One Of Our Love [Panwink]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang